Você está na página 1de 39

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Dislokasi Sendi

Asuhan Keperawatan pada


pasien dengan Dislokasi Sendi
L/O/G/O
Lusia Henny M.,S.Kep.NS.M.Kep

Anatomi Sendi
Komponen Penunjang Sendi:
Kapsula sendi adalah lapisan
berserabut yang melapisi sendi. Di
bagian dalamnya terdapat rongga.
Ligamen (ligamentum) adalah
jaringan pengikat yang mengikat
luar ujung tulang yang saling
membentuk persendian. Ligamentum
juga berfungsi mencegah dislokasi.
Tulang rawan hialin (kartilago hialin)
adalah jaringan tulang rawan yang
menutupi kedua ujung tulang.
Berguna untuk menjaga benturan.
Cairan sinovial adalah cairan
pelumas pada kapsula sendi.

Trauma pada sendi:

1. Trauma Jaringan Lunak


(Soft tissue)
Sprain (laserasi otot pd
sendi)Terkilir
Strain (laserasi ligament
pada sendi) Keseleo
Ruptur ligamen (Putus
ligamen)
2. T. Jaringan Keras (Hard
tissue)
Dislokasi, subluksasi
Fraktur dislokasi

DEFENISI
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana
permukaan sendi tulang yang membentuk
sendi tak lagi dalam hubungan anatomis
(Brunner & Suddarth, 2002)
Keluarnya atau bercerainya kepala sendi dari
magkuknya, dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang membutuhkan pertolongan
segara (Arif Mansyur, 2000)

Dis + lokasi;

- Kepala sendi keluar


dari mangkok sendi
- Subluksasi
sebagian kepala
sendi
- Fraktur
DislokasiDisertai
dengan fr.
- Fraktur dan Dislokasi

Etiologi
1. Kongenital
Dislokasi yang terjadi sejak lahir,akibat kesalahan
pertumbuhan, paling sering terjadi pada sendi pinggul
2. Spontan atau patologik
Dislokasi akibat penyakit struktur sendi dan jaringan
sekitar sendi.misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis
tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
3. Traumatik
merupakan kedaruratan ortopedik((pasokan darah,
susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia). Terjadi karena
trauma yang kuat dan dpt merusak struktur sendi dan
jar sekitar. Contoh pd cedera olah raga, kecelakaan.

Patofisiologi
Faktor fisik, patologiksendi bergerak
lebih dari jangkauan normalnya kegagalan
tekanan (komponen tulang sendi, ligamen &
kapsula fibrous) dislokasi sendi

Klasifikasi
Brdasarkan tipe Kliniknya:
1. Dislokasi Akut; Umumnya terjadi pada shoulder, elbow,
dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di
sekitar sendi.
2. Dislokasi Kronik
3. Dislokasi Berulang; Jika suatu trauma dislokasi pada
sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi
berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan
patello femoral joint.

Manifestasi Klinik
1. Nyeri
2. Perubahan kontur sendi(deformitas)
. Hilangnya penonjolan tulang yg normal
. Perubahan sumbu tulang yang mengalami
dislokasi (pemendekan)
4. Kehilangan mobilitas normal (terbatasnya
pergerakan)
5. Adanya pembengkakan

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi untuk memastikan
arah dislokasi dan apakah disertai fraktur;
X-ray dan CT Scan

Komplikasi
A. Komplikasi Dini
1) shock
2) sepsisterutama yg terbuka
3) nekrosis kepala sendi
B. Komplikasi Lanjut
4) Kekakuan sendi bahu
5) Dislokasi yg berulang
6) ggg pertumbuhan cacat

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan RRR
1. Reposisi segera.mengembalikan posisi kaput
a)tertutup
Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di
tempat
kejadian tanpa anestesi, misalnya : dislokasi
siku,
dislokasi bahu,
b) Terbuka (open reduction), jika:
- gagal reposisi tertutup mis: dislokasi
disertai
fraktur
- neglected cases & dislokasi lama
2. Retaining mempertahankan hasil reposisi
3. Rehabilitation mengembalikan pd fungsi

Macam Dislokasi
A. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak
ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi
kaku kelak.
sendi jari dapat mengalami dislokasi kearah telapak
tangan atau punggung tangan

B. Dislokasi Sendi Siku

Jatuh pada tangan dapat menimbulkan dislokasi


sendi siku ke arah posterior
reposisi dilanjutkan dengan membatasi gerakan
dalam sling atau gips selama tiga minggu untuk
memberikan kesembuhan

C. Dislokasi Pergelangan Tangan


(Dislocation of the Lunate)
Dislokasi pergelangan tangan; tulang pembentuk sendi
pergelangan tangan mengalami pergesaran atau penguluran
baik secara langsung maupun tidak langsung.
1) Dislokasi Tulang Lunatum
Dislokasi ini jarang ditemukan, berupa dislokasi
ke anterior. Dislokasi tulang lunatum terjadi bila jatuh
dengan pergelangan tangan dalam keadaan dorsoflexy,
dan tulang lunatum terdorong ke arah palmar
2) Dislokasi tulang perilunatum
Seluruh korpus mengalami dislokasi ke arah dorsal kecuali
tulang lunatum masih tetap bersama-sama tulang radius.

B. Dislokasi Sendi Bahu


(D.Glenohumeralis)
keluarnya caput humerus dr
cavum gleinodalis
etio: 99% trauma
pembagian:
1) Dis. Anterior
2) Dis. Posterior
3) Dislokassi Inferior
) Mekanisme trauma:
1) adanya tarikan sendi
bahu tiba-tiba
2) Tarikan sendi bahu tibatiba
3)Tarikan dan puntiran tibatiba

E. Dislokasi Panggul
(Dis.Caput Femur)

Keluarnya caput femur dari acetabulum


Etio: 99% trauma
Pembagian :
1) Dislokasi posterior
2) Dis. Anterior
3) Dis Sentral

F. Dislokasi Sendi Lutut


Dislokasi pada sendi lutut biasanya
terjadi pada trauma yang berat
,yang langsung mengenai sendi lutut
Mekanisme terjadinya dislokasi
pada sendi lutut biasanya melalui
hiperekstensi dan torsi pada sendi
lutut
Dislokasi akut pada sendi lutut
sering disertai dengan kerusakan
pada pembuluh darah ataupun
persarafan pada popliteal space

Konsep Asuhan Keperawata


A. Pengkajian
1. Anamnesis:
a). Identitas Klien
b). Riwayat Penyakit saat ini: kaji riwayat terjadinya
trauma/kronologi terjadinya dislokasi
c). Riwayat Penyakit Dahulu: kemungkinan penyebab
terjadinya dislokasi dan penyakit yg pernah
diderita klien sebelumnya yg dpt memperparah
keadaan klien
2. Pemeriksaan fisik:
- pengkajian sistem B1-B6 (fokus B3 (brain) ); kaji
kesadaran klien,; B2kardiovaskuler/sirkulasi;kaji

Konsep Asuhan Keperawatan

kaji adanya nyeri pada daerah trauma, adanya


deformitas
3. pengkajian keperawatan (fokus pada)
a) Pola aktivitas dan latihan kaji kemampuan
dan keterbatasan gerak klien
b) Pola keamanan/perlindungan;
c) Pola kenyamanan: kaji karakteristik nyeri
klien
d) Pola persepsi dan konsep diri: kaji adanya
perasaan cemas, ketakutan

Konsep asuhan keperawatan


B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d cedera fisik atau trauma
2. Hambatan Mobilitas fisik b/d cedera
muskuloskeletal akibat dislokasi
3. Ansietas b/d krisis situasional, ancaman terhadap
konsep diri, sendi perubahan status kesehatan
4. Resiko Cedera dg faktor resiko;ggg mobilitas
fisik

C. Rencana asuhan Keperawatan


1. Nyeri b/d cedera fisik atau trauma
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan Nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria:
- skala nyeri berkurang/terkontrol (skala nyeri 1-3)
- klien tidak gelisah
- TTV normal

Rencana asuhan keperawatan


NIC:
a) Observasi TTV serta Kaji karakteristik nyeri
b) Ciptakan lingkungan yang nyaman
c) ajarkan manajemen nyeri; teknik relaksasi
pernafasan atau distraksi
d) Kolaborasi untuk pemberian analgetik
e) kolaborasi utk dilakukan reduksi atau dengan
pemasangan traksi/bidai

2. Hambatan Mobilitas fisik b/d cedera


muskuloskeletal
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
hambatan mobilitas hilang/berkurang/
teradaptasi.
Kriteria:
- Klien mampu melakukan mobilisasi fisik secara
bertahap
- klien mampu mengenal cara melakukan mobilisasi
- klien kooperatif mau melaksanakan teknik
mobilisasi secara bertahap

NIC:
a) Kaji kemampuan mobilisasi klien
b) kaji status neurologis ektremitas
c) bantu klien dalam melakukan aktivitas khususnya
dalam pemenuhan ADL
d) berikan pemahaman pada klien ttg pembatasan
aktifitas sementara pada ektremitas yg cedera
e) ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi sesuai
kemampuan

3. Ansietas b/d krisis situasional, ancaman terhadap konsep


diri, sendi perubahan status kesehatan
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ansietas
klien berkurang/hilang.
Kriteria: - Klien tampak rileks
- Klien mengatakan bahwa cemasnya hilang
atau berkurang
NIC:
a) Kaji tingkat kecemasn klien
b) bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya
c) hindari tindakan konfrontasi
d) ciptakan lingkungan yang nyaman, tenang dan aman
e) orientasikan klien terhadap prosedur rutin & aktivitas
yg diharapkan

4. Resiko cedera dg faktor resiko ggg


mobilitas
NOC: cedera tidak terjadi
NIC :
Batasi aktivitas klien
Orientasikan pasien terhadap lingkungan,
dekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke
tubuhnya.
Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan
benda-benda yang dapat menimbulkan
kecelakaan.
Awasi / temani pasien saat melakukan

Discharge planning
1. Anjurkan klien untuk istrahat adekuat
2. Anjurkan klien untuk kontrol sesuai jadwal
3. Anjurkan untuk menjaga masukan nutrisi yang
seimbang
4. Anjurkan untuk minum obat sesuai yang diresepkan
dan segera memeriksakan diri jika ada keluhan
5. Anjurkan untuk menghindari aktivitas yang dapat
menimbulkan trauma berulang
6. Anjurkan untuk melakukan ROM sesuai yang
dianjurkan terapis

Kontusio (memar)
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan
untuk cedera pada jaringan lunak yang diakibatkan
oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung
mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau
jatuh (Arif Muttaqin,2008)
Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat
kekerasan tumpul,mis : pukulan, tendangan atau
jatuh (Brunner & Suddart,2001)
Kontusio adalah cedera yang disebabkan oleh
benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah
permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil
pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes
ke jaringan sekitarnya

Kontusio adalah suatu injuri yang biasanya


diakibatkan adanya benturan terhadap benturan
benda keras atau pukulan.
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam
jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit.
Kontusio yang disebabkan oleh cedera akan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan, meskipun
demikian luka memar di bagian kepala mungkin dapat
menutupi cedera yang lebih gawat dalam kepala.
Kontusio dapat menjadi bagian dari cedera yang
luas, misalnya karena kecelakaan bermotor (Agung
Nugroho

Etiologi
Benturan benda keras.
Pukulan
Manifestasi klinik
- Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena
rupture pembuluh darah kecil, juga berhubungan
dengan fraktur.
-Nyeri,
- Bengkak
- perubahan warna.
-Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan
yang luas dan kehilangan darah yang banyak (Brunner &
Suddart,2001)

Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan
kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio dapat juga
terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan rusak
dibanding orang lain.
Saat pembuluh darah pecah darah akan keluar dari
pembuluhnya ke jaringan kemudian
menggumpalmenjadi Kontusio atau biru.
Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalami
fagositosis dan didaur ulang oleh makrofag. Warna
biru atau ungu yang terdapat pada kontusio merupakan
hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi
bilirubin. Lebih lanjut bilirubin akan dikonversi
menjadi hemosiderin yang berwarna kecoklatan.

Patofisilogi
Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap
berbentuk cairan dan tetap mengalir dalam sirkulasi
darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi
pembuluh darah, jumlah dan kondisi sel darah
trombosit, serta mekanisme pembekuan darah yang
harus baik.

Penatalaksanaan
1. Tinggikan daerah injury
2. Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30
menit setiap pemberian) untuk vasokonstriksi,
menurunkan edema, dan menurunkan rasa tidak nyaman
3. Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah
24 jam prtama (20-30 menit) 4 kali sehari
melancarkan sirkulasi dan absorpsi
4. lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan
bengkak
5. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan
mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang
rusak.
6. kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas
setiap 4 jam bila ada indikasi

Konsep asuhan keperawatan


A. Pengkajian
1. Anamnesis:
a). Identitas Klien
b). Riwayat Penyakit saat ini: kaji riwayat terjadinya
trauma/kronologi terjadinya kontusio
c). Riwayat Penyakit Dahulu: kemungkinan penyebab
terjadinya kontusio dan penyakit yg pernah
diderita klien sebelumnya yg dpt memperparah
keadaan klien
2. Pemeriksaan fisik:
- inspeksi karakteristik memar pd daerah trauma,
- palpasi utk mengidentifikasi daerah yg mengalami

pengkajian keperawatan (fokus pada)


a) Pola aktivitas dan latihan; kaji kemampuan
dan keterbatasan gerak klien
b) Pola keamanan: kaji karakteristik nyeri klien
c) Pola persepsi dan konsep diri: kaji adanya
perasaan cemas, ketakutan

Thank you

Você também pode gostar