Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PURPOSE OF LAW
Tentang Legal Expediency Kemanfaatan Hukum
adl : Hukum bukan merupakan alat penguasa yang bisa
setiap saat terjadi abuase of power atau abuse of
authority, namun berlakunya hukum harus bisa
bermanfaat demi ketertiban, dan kepentingan masyarakat
secara komprehensif.
Tentang Legal Certainty Kepastian Hukum adl :
suatau keadaan dimana hukum yang telah berlaku
haruslah mengandung nilai kepastian dan keyakinan atas
keberlakuanya sehingga tidak menyebabkan keresahan
dalam masyarakat.
Tentang Legal Justice Keadilan Hukum adl : hukum
haruslah menjadi sarana yang bisa memberikan keadilan
baik terhadap pelaku, korban, atau semua pihak yang baik
secara langsung maupun tidak langsung merasakan
dampak atas keberlakuaanya hukum tersebut.
2
Ultimum
Remidium
Retroaktif Justice
Premium
Remidium
Hukum sebagai
tujuan (penjeraan)
Istilah korupsi berasal dari bahasa Latin tertua yakni corrumpere yang
berkembang menjadi "corruptio"/corruptus (Latin) atau "corruption"
(Inggris) atau "corruptie"(Belanda) atau corrupt (Prancis), atau
korupsi (Indonesia) yang mana arti harfiahnya menunjuk pada
perbuatan yang rusak, busuk, tidak jujur yang dikaitkan dengan
keuangan (Sudarto, 1976:1).
Atau Korup=busuk=palsu=suap (KBBI 1991)
Apa Yang
Dimaksud
Dengan
Korupsi
Beberapa
Pendapat
Tentang
Korupsi I
Beberapa
Pendapat
Tentang
Korupsi II
negara
jabatan
Tahun 1977 keluar Inpres No.9 Tahun 1977 tentang Operasi penertiban yang mana bertugas
melakukan pembersihan pungli, uang siluman, pembersihan aparat pemerintahan ;
Tahun 1982 untuk pertama kalinya dibentuk Tim Tas Tipikor ;
Tahun 1998 keluar Tap MPR No.XI/MPR/1998 tentang Pemerintahan yang bersih dan bebas dari
KKN ;
Tahun 1999 keluar UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
KKN ;
Kemudian keluar Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Dan keluar pula Keppres No. 27 Tahun 1999 tentang Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara
Negara yang mana bertugas sebagai pemeriksa kekayaan pejabat negara ;
Tahun 2000 keluar PP No. 19 Tahun 2000 tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tipikor yang mana
bertugas memberantas tipikor yang sulit ditangani.
Kemudian keluar Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UndangUndang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Tahun 2002 keluar UU No. 30 Tahun 2002 tentang Pembentukan KPK ;
Tahun 2004 keluarKeppres No. 59 Tahun 2004 tentang Pembentikan Pengadilan Khusus Tipikor ;
Tahun 2005 keluar Keppres No. 11 Tahun 2005 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pemberantasan
Tipikor.
10
11
12
Jenis
Korupsi
Penyebab
Korupsi
Menurut
Ahli
Penelitian yang dilakukan oleh BPKP, penyebab terjadinya korupsi di Indonesiaantara lain karena :
(i) moral yang rendah, (ii) sanksi yang lemah, (iii) disiplin yang rendah, (iv) sifat hidup yang
konsumtif, (v) kurangnya pengawasan dalam organisasi, (vi) contoh perilaku negatif dari atasan,
(vii) wewenang yang berlebihan, (viii) tersedianya kesempatan, (ix) budaya untuk memberi upeti,
(x) lemahnya pengawasan eksternal, (xi) lemahnya peran lembaga legislatif, (xii) peraturan yang
tidak jelas, (xiii) pengaruh lingkungan, (xiv) penghasilan yang rendah, dan (xv) sikap permisif
terhadap perilaku korupsi.
14
15
Sifat tamak
Ketimpangan penghasilan sesama Pegawai Negeri/ Pejabat Negara
Gaya hidup yang konsumtif
Penghasilan yang tidak memadai
Kurang adanya keteladanan dari pimpinan
Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Sistem akuntabilitas di Instansi pemerintahan yang kurang memadai
Lemahya sistem pengendalian manajemen
Manajemen yang cenderung menutup perilaku korupsi dalam organisasinya
Nilai-nilai/ budaya perilaku negatif yang terjadi dalam masyarakat
Kesadaran masyarakat yang kurang atas dampak korupsi
Moral dan etika yang lemah
Kurangnya pembelajaran atas nilai-nilai Pancasila
Kebutuhan hidup yang mendesak
Perilaku malas bekerja
Ajaran agama yang tidak optimal penerapanya dalam kehidupan
Lemahnya penegakan hukum
Sanksi yang lemah
Faktor politik suatu bangsa
Budaya organisasi pemerintah yang negatif
16
M O R AL
NEEDS/
kebutuhan
GREEDS/
keserakahan
CORRUPTION
by...
ETIKA
EXPOSURES/
dipamerkan
OPPORTUNITY/CHANCE
kesempatan
17
negara
suap) (pasal 5, 6, 11, 12 huruf a,b,c,d, UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001) ;
Berkaitan dengan
(pasal 7 UU No.
Tahun 2001) ;
Berkaitan dengan
kerakusan/ keserakahan
gratifikasi
Berkaitan dengan
Tahun 2001) ;
No. 20 Tahun 2001).
20
21
22
24
Dampak
Dan
Modus Korupsi
Di Indonesia
25
Dampak Perbuatan
Korupsi Secara Umum
1. Aspek kekayaan dan aset negara, yang telah beralih secara tidak sah ketangan koruptor
2. Aspek kerusakan lingkungan dan fisik
3. Aspek hancurnya moral dan etika bangsa
4. Aspek struktur sosial/ masyarakat yang tidak sesuai dengan norma bangsa
5. Menurunya kualitas pelayanan publik
6. Terenggutnya hak-hak dasar sebagai warga negara
7. Rusaknya sendi-sendi prinsip dari sistem pengelolaan keuangan negara
8. Meningkatnya kesenjangan sosial
9. Hilangnya kepercayaan investor
10.Terjadinya degradasi moral dan etos kerja
11. Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
12. Berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat dan pergaulan dunia
13. Menyusutnya pendapatan negara
14. Rapuhnya keamanan dan ketahanan negara
15. Rusaknya mental bangsa
16. Hilanganya kewibawaan hukum
17. Meningkatnya kejahatan dan pelanggaran hukum
26
PELAYANAN PUBLIK
TERABAIKAN
HAK AZASI MANUSIA
TERLANGGAR
DEMOKRASI
TERCEDERAIA
HANCURNYA
KUALITAS
HIDUP/
PENDIDIKAN
THE EFFECT OF
CORRUPTION
Berdampak pada
beberapa ASPEK
VITAL
PASAR
TDK STABIL
KESEJAHTERAAN
UMUM TERABAIKAN
PENEGAKAN HUKUM
YG TDK TEGAS
27
1.
2.
3.
4.
Penyuapan (bribery)
Penggelapan (emblezzemen)
Pemalsuan (fraud)
Penyalahgunaan wewenang (abuse of power,
abuse of authority)
5. Usaha/ perbuatan sendiri tanpa melibatkan
pihak lain (internal trading)
6. Pemerasan (extortion)
7. N e p o t i s m e
8. Pilih Kasih/ main tunjuk sesukanya (favoritism)
9. Menerima Komisi/persekongkolan (comission)
10.Sumbangan illegal (illegal contribution)
29
30
Dasar
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
Berbagai Ketetapan MPR :
Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Melakukan
3 (tiga) pendekatan
konkret yakni : Hukum, Ekonomi, dan
Moral terhadap berbagai sektor dalam
pemerintahan yang tertuang dalam
stranas
Adanya pemimpin yang berani, bersih,
jujur, bermoral tinggi sehingga
menjadi teladan
Pencegahan korupsi berfokus pada
perbaikan
sistem
(hukum,
kelembagaan, ekonomi) dan perbaikan
manusianya (moral, kesejahteraan,
pendidikan)
Peningkatan dukungan political will
country, political will
parlemen,
political will governance, political will
law enforcement
33
dari Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistle Blower) dan Saksi Pelaku yang
Bekerjasama (Justice Collaborator) di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.
Whistle blower adalah pihak yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana
tertentu dan bukan merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
Justice collaborator merupakan salah satu pelaku tindak pidana tertentu, mengakui
yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam kejahatan tersebut serta memberikan
keterangan sebagai saksi di dalam proses peradilan.
Yang dimaksud sbg. Tindak Pidana Tertentu (selain tindak pidana korupsi) yakni
tp. terorisme, tp. narkotika, tp. pencucian uang, tp. perdagangan orang, maupun
tindak pidana lainnya yang bersifat terorganisir yang menimbulkan masalah dan
ancaman serius bagi stabilitas dan keamanan masyarakat.
35
Keberadaan dua istilah ini bertujuan untuk menumbuhkan partisipasi publik dalam
mengungkap suatu tindak pidana tertentu tersebut. Salah satu acuan SEMA adalah pasal 37
ayat (2) dan ayat (3) Konvensi PBB Anti Korupsi (United Nations Convention Against
Corruption) tahun 2003. Ayat (2) berbunyi, setiap negara peserta wajib
mempertimbangkan, memberikan kemungkinan dalam kasus-kasus tertentu mengurangi
hukuman dari seorang pelaku yang memberikan kerjasama yang substansial dalam
penyelidikan atau penuntutan suatu kejahatan yang diterapkan dalam konvensi ini.
Ayat (3) berbunyi, setiap negara peserta wajib mempertimbangkan kemungkinan sesuai
prinsip-prinsip dasar hukum nasionalnya untuk memberikan kekebalan dari penuntutan bagi
orang yang memberikan kerjasama substansial dalam penyelidikan atau penuntutan (justice
collaborator) suatu tindak pidana yang ditetapkan berdasarkan konvensi ini.
Whistle blower atau saksi pelapor tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana maupun
perdata atas laporan, kesaksian yang akan, sedang atau yang telah diberikan.
Sedangkan justice collaborator atau saksi sekaligus tersangka dalam kasus yang sama tidak
dapat dibebaskan dari tuntutan pidana apabila terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah. Namun, kesaksiannya dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan
pidananya
36
Stephen Covey
keharusan
keharusan
a. Democracy;
b. Law culture;
c. Fairness
a.
b.
c.
d.
e.
Transparancy;
Accountability;
Responsibility;
Independency;
Fairness.
a.
b.
c.
d.
e.
Democracy;
Transparancy;
Accountability;
Law culture;
Fairness.
REGULASI
MASYARAKAT
ASPEK ETIKA &
NILAI SOSIAL
YANG
BERKESINAMBUNGAN
ASPEK LEGAL
FORMAL YANG
TERARAH
ASPEK
MANAJEMEN
PEMERINTAHAN
48
I N T E G R I TAS
Istilah integritas berasal dari bahasa Inggris yakni integrity, yang berarti menyeluruh, lengkap
atau segalanya.
Kamus Oxford menghubungkan arti integritas dengan kepribadian seseorang yang meliputi
jujur dan utuh.
Ada juga yang mengartikan integritas sebagai keunggulan moral dan menyamakan integritas
sebagai jati diri.
Integritas juga diartikan sebagai bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik.
Dengan kata lain integritas diartikan sebagai satunya kata dengan perbuatan.
Paul J. Meyer menyatakan bahwa integritas itu nyata dan terjangkau dan mencakup sifat
seperti : bertanggung jawab, jujur, menepati kata-kata, dan setia.
Jadi, ketika kita berbicara tentang integritas, pastilah tidak pernah lepas dari kepribadian dan
karakter seseorang, yaitu sifat-sifat seperti dapat dipercaya, komitmen, tanggung jawab,
kejujuran, kebenaran, dan kesetiaan.
Baharudin Lopa menulis bahwa : Integritas moral tidak dapat dipisahkan dari budaya malu.
Seseorang yang bermoral sesuai dengan ajaran agama Islam tidak akan melakukan perbuatan
yang tidak terpuji, karena malu adalah sebagian dari iman.
Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang bathil, dan
janganlah kamu sembunyikan yang baik sedang kamu mengetahuinya
(Q.S Al-Baqarah, ayat 42)
"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui
(Q.S Al-Baqarah, ayat 188)
Sesungguhnya beberapa orang yang mengambil hak Alloh dengan cara tidak
benar, maka bagi mereka pada hari kiamat akan masuk neraka
(Hadits Nabi Muhammad Rosullulloh SAW)
saja
u
k
A
nsip
i
p
a
puny
e for
m
i
t
.
I t s
y.....
t
s
e
hon
TERIMA KASIH
SEMOGA BERKAH DAN BERMANFAAT
55