Você está na página 1de 75

Faring dan Laring

- Anatomi
- Fisiologi
- Pemeriksaan

FARING

Anatomi
Suatu kantong
fibromuskuler yang
berbentuk seperti corong
yang besar dibagian atas
dan sempit di bagian
bawah.
Superior

Rongga hidung

Inferior

Esofagus

Anterior

Rongga mulut

Posterior

Vertebra Servikalis

Unsur-unsur Faring
Mukosa
Nasofaring
: mukosa bersilia, epitel torak berlapis
yang
mengandung sel goblet
Orofaring : epitel gepeng berlapis dan tidak bersilia
Palut lendir (mucous blanket)
Berada pada nasofaring.
Berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang
terbawa oleh udara
Otot Faring

Otot Faring
m. konstriktor
faring superior
Otot
Sirkuler

m. konstriktor
faring media
m. konstriktor
faring inferior

Otot faring

m. Stilofaring
Otot
Longitudinal
m. Palatofaring

Terbagi 3 bagian:
1. Nasofaring/
Epifaring
2. Orofaring/
Mesofaring
3. Laringofaring/
Hipofaring

NASOFARING
Batas batas :
Superior :
Inferior
:
Anterior :
Posterior :
(C1)

Sinus Sfenoid
Palatum mole
Rongga hidung
Vertebra servikal

Bangunan pada Nasofaring


Adenoid/ Tonsila
Lushka
Fosa Nasofaring
Torus Tubarius
Fosa Rosenmuller

OROFARING
Batas batas :
Superior : Palatum
mole
Inferior
: Tepi atas
epiglotis
Anterior
: Rongga
mulut
Posterior : Vertebra
cervical (C23)

Bangunan pada Orofaring


Tonsila palatina (faucial tonsil = amandel)
Fosa tonsil
Tonsila lingualis
Dinding posterior faring
Uvula
Foramen sekum
Arcus faring anterior dan posterior

TONSIL

Massa yang terdiri


dari jaringan limfoid
dan ditunjang dengan
jaringan ikat dengan
kriptus di dalamnya

Jaringan Limfe
1. Adenoid : tonsila lushka : tonsila nasofaringea
2. Tonsila palatina : faucial tonsil : amandel
3. Tosila lingualis

Cincin
Waldeyer

LARINGOFARING
Batas Batas :
Superior : Tepi atas
epiglotis
Inferior
: Esofagus
Anterior : Laring
Posterior : Vertebra
servikal
(C4-6)

Bangunan Pada Laringofaring


Epiglotis
Valekule
Sinus Piriformis
Plika Vokalis

Arteri
Cabang a. karotis eksterna (cabang a. pharyngea ascendens dan a.
facialis)
Cabang a. maksila interna (cabang a. palatina superior)

Vena
superior plexus pterigoid, inferior vena jugularis interna

Inervasi
Pleksus Faring yg berasal dari :
- n. vagus (N. X)
- n. glosofaringeus (N.IX)
- Serabut simpatis

FUNGSI FARING

Respirasi

Resonans
i suara

Artikulasi

Menelan

LARING

Anatomi

Suatu rangkaian
tulang rawan yang
berbentuk corong
dan terletak setinggi
vertebra cervivalis IVVI

Batas-batas Laring
Superior

Aditus Laringeus (Tepi atas epiglotis,


Lig.Aryepiglotica, Cartilago Aritenoid)

Inferior

Kartilago krikoid dan berhubungan


dgn trakea

Anterior

Permukaan belakang epiglotis

Posterior

M. aritenoid transversus dan lamina


kartilago krikoid

Cavum Laring
Supraglotis (vestibulum
superior),

Yaitu ruangan diantara


permukaan atas pita suara palsu
dan inlet laring.

Glotis (pars media),

Yaitu ruangan yang terletak


antara pita suara palsu dengan
pita suara sejati serta
Membentuk rongga yang disebut
ventrikel laring morgagni.

Infraglotis (pars inferior)


Yaitu ruangan diantara pita
suara sejati dengan tepi bawah
kartilago krikoidea

KARTILAGO

LARING

LIGAMENTUM

OTOT-OTOT

Kartilago
Kel.Kartilag
o Mayor

Kel.Kartilag
o Minor

Kartilago
Tiroidea

Kartilago
Kornikulata
Santorini

Kartilago
Krikoidea

Kartilago
Kuneiforme
Wrisberg

Kartilago
Aritenoidea

Kartilago
Epiglotis

PERSENDIAN
Artikulasio
Krikotiroidea
Merupakan sendi antara
kornu inferior kartilago
tiroidea dengan bagian
posterior kartilago
krikoidea.
Artikulasio
Krikoaritenoidea
Persendian antara fasies
artikulasio
krikoaritenoidea dgn
tepi posterior cincin
krikoidea.

Ligamentum
Faring
Ligamentum ekstrinsik :

Membran tirohioid
Ligamentum tirohioid
Ligamentum tiroepiglotis
Ligamentum hioepiglotis
Ligamentum kriotrakeal

Ligamentum intrinsik :
Membran quadrangularis
Ligamentum vestibular
Konus elastikus
Ligamentum krikotiroid media
Ligamentum vokalis

Otot Otot Laring


* Otot Ekstrinsik
1. Otot-otot suprahioid/
elevator laring
- M. Stilohioideus
- M. Geniohioideus
- M. Genioglosus
- M. Miohioideus
- M. Digastrikus
- M. Hioglosus
2. Otot-otot infrahioid
/depresor laring
- M. Omohioideus
- M. Sternohioideus
- M. Tirohioideus

Otot Intrinsik

1. Otot-otot adduktor :
Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik
M. Krikotiroideus
M. Krikotiroideus lateral
Berfungsi untuk menutup pita suara.

2. Otot-otot abduktor :
M. Krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk membuka pita suara.

3. Otot-otot tensor :
Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis
Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus

Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara.

PERSARAFAN
Laring dipersarafi oleh
cabang N. Vagus yaitu
- Nn. Laringeus
Superior (Cabang
interna dan eksterna)
- Nn. Laringeus Inferior
(Nn. Laringeus Rekuren)
kiri dan kanan.

VASKULARISASI
Sistem Arteri Laring
Laring mendapat
perdarahan dari cabang
A. Tiroidea Superior dan
Inferior

A. Laringeus Superior
dan Inferior.

Sistem Vena
Laring
Darah vena dialirkan
melalui V.Laringeus
Superior & Inferior

V. Tiroidea Superior &


Inferior

V.Jugularis Interna

Sistem Limfatik
Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, :

1. Daerah bagian atas pita suara sejati,


pembuluh limfe berkumpul
membentuk saluran yang menembus
membrana tiroidea kelenjar limfe
cervical superior profunda.
Limfe ini juga menuju ke superior
dan middle jugular node.
2. Daerah bagian bawah pita suara
sejati bergabung dengan sistem limfe
trakea, middle jugular node, dan
inferior jugular node.
3. Bagian anterior laring berhubungan
dengan kedua sistem tersebut dan
sistem limfe esofagus.

Fungsi Laring
FONASI
PROTEK
SI

EMOSI

MENELA
N

FUNGSI

FIKSASI

SIRKULA
SI

RESPIRA
SI

FISIOLOGI FARING &


LARING

Laring

Faring

Respirasi
Menelan
Artikulasi suara
Resonansi suara

Proteksi
Batuk
Respirasi
Sirkulasi
Menelan
Emosi
Fonasi

Respirasi
- Untuk mengatur besar kecilnya rima
glotis
Bila m. krikoaritenoid posterior kontraksi
Menyebabkan prosesus vokalis kartilago
aritenoid bergerak ke lateral
Sehingga rima glotis terbuka (abduksi)

Menelan

3 mekanisme

Gerakan laring
bagian bawah
ke atas

Menutup aditus
laring

Mendorong
bolus makanan
turun ke
hipofaring dan
tidak mungkin
masuk ke
dalam laring

Proses
menelan

Fase oral

Fase faringal

Fase
esofageal

1. Fase oral
Terjadi secara sadar
Makanan yg telah dikunyah dan
bercampur dengan liur makanan akan
membentuk bolus makanan

Bolus bergerak dari rongga mulut melalui


dorsum lidah, terletak di tengah lidah akibat
kontraki otot instriksik lidah

Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga


pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole
terangkat dan bagian atas dinding posterior faring
(Passavants ridge) terangkat pula
Karena lidah terangakat ke atas, sehingga bolus akan
terdorong ke posterior
Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring
sebagai akibat kontraksi m. levator veli palatini
Selanjutnya terjadi kontraksi m. palatoglosus yang
menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh
kontraksi m. palatofaring, sehingga bolus makanan tidak
akan berbalik ke rongga mulut

2. Fase faringal
Terjadi secara refleks pada fase oral, yaitu
perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus.
Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi m.
stilofaring, m. salfingofaring, m. tirohioid, dan m.
palatofaring
Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan
ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika
ventirkularis dan plika vokalis tertutup karena
kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obliqus

Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian


aliran udara ke laring karena refleks yang
menghambat pernapasan
Sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke
dalam saluran napas
Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah
esofagus, karena valekula dan sinus piriformis
sudah dalam keadaan lurus

3. Fase esofageal
a/ fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke
lambung.
Dalam keadaan istirahat introitus esofagus selalu
tertutup
Karena ada rangsangan bolus makanan pada akhir fase
faringeal, maka akan terjadi relaksasi m. krikofaring
Sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus
makanan masuk ke dalam esofagus.

Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan


berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitus
esofagus pada waktu istirahat
Sehingga makanan tidak akan kembali ke faring.
Refluks dapat dihindari
Adanya kontraksi dari m.konstriktor faring inferior
pada akhir fase faringeal, mempengaruhi gerakan
bolus di bagian esofagus atas
Selanjutnya bolus makanan akan didorong ke distal
oelh gerakan peristaltik esofagus

Dalam keadaan istirahat sfingter esofagus bagian


bawah akan tertutup dg tekanan rata-rata 8 mmHg
> tekanan di dlm lambung.
Pada akhir fase esofageal sfingter ini akan terbuka
secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus
servikal u/ mendorong bolus makanan ke distal
Selanjutnya setelah bolus makanan lewat,
makasfingter akan menutup kembali

Proteksi
u/ mencegah makanan dan benda asing masuk ke
dalam trakea
Caranya: dengan jalan menutup aditus laring dan rima
glotis secara bersamaan
Kontraksi otot-otot ekstrinsik laring pengangkatan
laring keatas

Penutupan aditus laring

Kartilago aritenoid bergerak ke depan (kontraksi


m.tiroaritenoid & m.aritenoid) & m. ariepiglotika
berfungsi sebagai sfingter.

Penutupan rima glotis


Karena aduksi plika vokalis
Kartilago aritenoid kiri dan kanan
mendekat karena aduksi otot- otot
intrinsik

Sirkulasi
Berfungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah
Terjadinya perubahan trakeo-bronkial akan
dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari
alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi
darah

Emosi
Fungsi sebagai ekspresi dari emosi : berteriak,
menangis

Fonasi
f/ laring sbg fonasi : dengan membuat suara serta
menentukan tinggi rendahnya nada
Ketegangan plika vokalis
Plika vokalis aduksi
( m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke
bawah & ke depan, menjauhi kartilago aritenoid)
bersamaan ( m. krikoaritenoid posterior akan
menahan atau menarik kartilago aritenoid ke
belakang)

Sebaliknya kontraksi m. krioaritenoid akan


mendorong kartilago arotenoid ke depan sehingga
plika vokalis akan mengendor
Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan
menentukan tinggi rendahnya nada

Klasifikasi
Berdasarkan ada
tidaknya dahak
Dahak
Kering

Berdasarkan
waktu
Akut (< 3
mngg)
Sub akut (3-8
mngg)
Kronis (> 8
mngg)

PEMERIKSAAN
FARING DAN LARING

Anamnesis
Keluhan Utama Pada
Faring :

Nyeri tenggorok
Nyeri menelan
Dahak di tenggorokan
Sulit menelan
Rasa sumbatan di
leher

Keluhan utama pada


laring :

Suara serak
Batuk
Disfagia
Rasa ada sesuatu di
leher

Lama keluhan
Progresifitas (mendadak atau perlahan-lahan)

Anamnesis
Keluhan tambahan
Riwayat pekerjaan
Riwayat keluarga
Riwayat kebiasaan merokok, minum
alkohol

Pemeriksaan Faring
Menggunakan lampu kepala dan tongue spatel
tongue
Pada pemeriksaan ini pasien disuruh membuka
mulut dan sinar kepala di arahkan ke faring.
Kemudian pemeriksa menekan dengan lembut
pada 2/3 posterior lidah.
Kemudian dinilai apakah terdapat kelainan pada
faring.

Pemeriksaan Faring
Lampu kepala
Spatula lidah
Laringoskopi posterior

Memeriksa Besarnya Tonsil


T0: tonsil dalam fosa tonsil
atau telah diangkat
T1: besarnya arkus anterior
uvula
T2: besarnya arkus anterior
uvula
T3: besarnya arkus anterior
uvula
T4: besarnya mencapai uvula
atau lebih

Memeriksa mobilitas tonsil


Digunakan 2 spatula

Spatula 1: letakkan diatas lidah anterior tonsil (paramedian)


Spatula 2: posisi ujungnya vertikal menekan jaringan
peritonsil, sedikit lateral dari arkus anterior
Hasil
fiksasi tumor tonsil
Mobil, nyeri tonsilitis kronik

Memeriksa patologi tonsil dan


palatum mole
Tonsilitis akut
Semua merah, titik putih pada tonsil

Tonsilitis kronis
arkus anterior merah

Difteri
pseudomembran warna kotor, bila diangkat mudah berdarah, bull
neck

Tumor Tonsil

Tonsil keras, terfiksasi

Korpus alienum
Duri, tulang

Pemeriksaan Laring
Pemeriksaan luar : inspeksi dan palpasi

Laringoskopi indirek : cermin laring


Dengan menggunakan kaca laring dapat dinilai
anatomi dari laring seperti epiglotis, korda
vokalis, komisura anterior dan posterior, plika
ariepiglotika, dll.
Selain itu dinilai apakah terdapat massa, udem,
sekret, dll

Pemeriksaan nasofaring
Rinoskopi posterior
Alat yang digunakan adalah kaca
nasofaring ( uk. lebih kecil daripada kaca
laring).
Dapat digunakan untuk menilai :
Keganasan pada nasofaring,
Menilai koana,
Ujung posterior dari konka,
Adenoid,
Ostium tuba,
Ujung posterior septum

TERIMAKASIH

Você também pode gostar