Você está na página 1de 24

Perdarahan yang

Bersangkutan dengan
Konsepsi
Santi Prima Natasya Pakpahan
102011143

Ny. B dan suaminya adalah pasangan yang


baru menikah 6 bulan lalu. Suatu hari
ketika suaminya sedang bekerja, perut Ny.
B terasa mules dan keluar darah dari
kemaluannya. Sebenarnya ia sudah
terlambat bulan tetapi belum memberitahu
suaminya karena akan memberi surprise
pada suami tercinta.

Skenario 3

Identitas
Riwayat

haid

Kapan HPHT?
Menarche umur berapa?
Haid teratur atau tidak?
Nyeri saat haid?

Riwayat

kehamilan

Berapa kali hamil?


Ada komplikasi pada kehamilan terdahulu?
Pernah keguguran berapa kali? Saat usia kehamilan?
Riwayat

persalinan

Berapa kali bersalin?


Bagaimana persalinan terdahulu?
Berapa kali menikah? Pernikahan sekarang sudah berapa lama
Riwayat penyakit pasien
Riwayat penyakit keluarga

Anamnesis

Inspeksi
Palpasi

(Leopold)
Auskultasi dengan
fetal heart detector
(Doppler) atau
dengan stetoskop
kebidanan.

Pemeriksaan fisik

Inspeksi

vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak


jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari
vulva
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar
dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dario ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

Pemeriksaan ginekologi

Darah

lengkap : kadar Hb untuk menilai


anemia, leukosit dan laju endap darah.
Tes kehamilan : kadar beta hCG positif
bila janin masih hidup, bahkan 2 3
minggu setelah abortus
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup.2

Pemeriksaan Penunjang

TD

: 110/70
Nadi : 22x/menit
HPHT : 1 April 2015 (2 bulan 16 hari = 8
minggu 9 hari = trimester 1)
Beta HCG +
Vagina mengalir darah

Ny.

B diduga mengalami abortus spontan


pada usia kehamilan trimester 1.

Hipotesis

Abortus
Abortus
Spontan
Abortus
Buatan

pengakhiran kehamilan
sebelum masa gestasi 20
minggu atau sebelum janin
mencapai berat 500 gram.

abortus artificialis
therapicus
Abortus provocatus
criminalis

Kelainan

kromosom, terutama trisomi


autosom dan monosomi X
Infeksi dan penyakit ibu
Faktor lingkungan
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus,
obat-obatan, tembakau atau alkohol.

Etiologi

Perdarahan

desiduabasalis nekrosis jaringan sekitar hasil


konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan < 6 minggu villi korialis belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam
hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
daripada plasenta.
Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum)
janin lahir mati, janin masih hidup, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.

Patogenesis

Terlambat

haid atau amenore kurang dari 20

minggu.
Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak
lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya
jaringan hasil konsepsi
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas
simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus

Manifestasi Klinis

Perdarahan,

syok dan infeksi


Pada missed abortion dengan retensi lama
hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah

Komplikasi

Berdasarkan

keadaan janin yang sudah


dikeluarkan, abortus dibagi atas:
Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang
dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang
meningkat.
Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi
serviks.
Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan
dari uterus. Bila abortus in komplit disertai infeksi genetalia
disebut abortus infeksiosa
Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari
uterus
Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

Jenis
abortus

perdarahan

serviks

Hasil
konsepsi

Besar uterus

Gejala lain

Abortus
iminens

Sedikit sedang

tertutup

Masih di
uterus

Sesuai usia
kehamilan

Kram dan nyeri


perut, nyeri
punggung bawah

Abortus
insipien

Sedang banyak

terbuka

Masih dalam
uterus

Sesuai / lebih
kecil dari usia
kehamilan

Kram dan nyeri


perut

Abortus
inkomplit

Sedikit
tidak ada

tertutup

Keluar
seluruhnya

Lebih kecil
dari usia
kehamilan

Kram dan nyeri


perut, keluar
jaringan

Abortus
komplit

Sedikit
tidak ada

tertutup

Keluar
seluruhnya

Lebih kecil
dari usia
kehamilan

Nyeri dan kram


perut tidak
dirasakan atau
hanya sedikit bila
ada. Uterus agak
kenyal

Missed
abortion

Tidak ada

tertutup

Tdak ada
(mati)

Lebih kecil
dari usia
kehamilan

Tanda-tanda
kehmilan
menghilang

Kehamilan

Ektopik
Molahidatidosa

Diagnosis Banding

Gejala

amenorea,
nyeri abdomen bagian
bawah, dan
perdarahan dari uterus.
Terapi

metotreksat, baik secara


sitemik maupun dengan
injeksi ke kehamilan
ektopik melalui laparoskopi
atau dengan bantuan USG.

Kehamilan ektopik

adalah

plasenta dengan vili korialis yang berkembang yang


tidak sempurna dengan gambaran adanya pembesaran,
edema dan vili vesikuler sehingga menunjukkan berbagai
ukuran trofoblas profileratif tidak normal.
Gambaran klinis pada pasien dengan molahidatidosa tidak
berbeda dengan kehamilan normal seperti amenore, mual
muntah, pusing, hiperemesis, nafsu makan menurun, dan
dalam usg didapati gambaran seperti sarang madu atau
honeycoomb appearance. Kemudian gambaran dalam
perkembangan selanjutnya dapat dijumpai pembesaran
uterus, pendarahan lewat vagina, nyeri perut bagian
bawah, tidak ada DJJ da bagian janin.

Molahidatidosa

Usia

ibu yang lanjut


Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan
(misalnya diabetes, penyakit Imunologi sistemik dsb).
berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok,
obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom
ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan
dengan terjadinya abortus.

Faktor Risiko/Predisposisi Abortus

Abortus

iminens :

Tirah baring
Analgesik untuk meredakan nyeri
Abortus

insipien dan abortus inkomplit :

Evakuasi sisa hasil konsepsi dengan kuretase tajam atau


aspirasi vakum manual. Kuretase dapat dilakukan dengan
menggunakan blok paraservikal (analgesik) dan infus 1020 U oksitosin dalam NaCl 0,9%.
Missed

abortion

Pada trimester kedua, uterus dikosongkan dengan


metode dilatasi dan evakuasi. Serviks dipersiapkan
dengan menggunakan misoprosol.

Penatalaksanaan

Pada

abortus iminens, janin biasanya


masih dapat diselamatkan, bergantung
pada jumlah perdarahan yang dialami
sang ibu. Prognosis ibu pada abortus
iminens juga baik.
Pada abortus insipien, inkomplit, dan
komplit, prognosis ibu baik.

Prognosis

Anjurkan

ibu untuk melakukan


pemeriksaan awal kehamilan.
Perlindungan terhadap paparan zat-zat
kimia/lingkungan yang berbahaya bagi
kehamilan.
Kontrol kondisi seperti hipertensi dan
diabees melitus juga diperlukan.

Pencegahan dan Edukasi

Perdarahan,

perforasi, syok dan infeksi


Pada missed abortion dengan retensi lama
hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah.

Komplikasi

Ibu

tersebut didiagnosis sebagai abortus


spontan karena terjadi perdarahan pada 8
minggu setelah hari pertama haid
terakhir. Kondisi ini diperkirakan karena
faktor genetik, adanya kelainan pada
uterus, faktor endokrin, imunologis, dan
lingkungan.

Kesimpulan

Você também pode gostar