Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
Ivanna Octaviani
07120100021
Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada
mata yang paling sering dan disebabkan oleh
reaksi inflamasi pada konjungtiva yang
diperantarai oleh sistem imun.
Epidemiologi
Demografis
Musim
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
Anatomi
Patofisiologi
Hipersensitivitas tipe I
Hipersensitivitas tipe IV
Gejala Klinis
Gejala Klinis
Konjungtivitis Hay Fever
Gatal, kemerahan, mata berair, mata merah
Chemosis ++
Seakan-akan tenggelam dalam jaringan sekitarnya
Disertai riwayat rhinitis alergi, serta alergi terhadap
tepung sari, rumput dan rumput
Gejala Klinis
Konjungtivitis Vernal
Rasa gatal hebat,
Trantas dots
ropy discharge
Konjungtiva terlihat seperti susu kental
Papillae halus di konjungtiva tarsal bawah.
Cobblestone pada konjungtiva palpebra
Eosinofil ++ pada kerokan konjungtiva
Gejala Klinis
Konjungtivitis Atopik
Sensasi terbakar,
Discharge mukoid,
Photofobia,
Tepi kelopak mata kemerahan, dan
Konjungtiva terlihat seperti susu.
Papil halus yang lebih sering ditemukan di tarsus
bagian bawah
Gejala Klinis
Konjungtivitis Giant Papillar
Ditemukan papilla berukuran besar (biasanya
berdiameter > 0,3mm)dengan puncak yang rata.
Gejala Klinis
Phlyctenulosis
Respon hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein
microbial, termasuk spesies staphylococcus, Candida
Albicans dan yang paling sering adalah tubercle bacillus.
Berawal dari lesi kecil berdiameter 1-3mm yang teraba keras,
berwarna merah, timbul, dan dikelilingi oleh zona yang juga
berwarna kemerahan.
Berbentuk segitiga dengan apex nya mengarah ke kornea
disertai pusat berwarna putih keabuan.
Gejala Klinis
Konjungtivitis sekunder akibat kontak
Kemerahan,
Hipertropfi papil ringan,
Discharge mukoid
Pemeriksaan dengan Giemsa sering hanya
menunjukan adanya sedikit sel polimorfonuklear,
mononuklear, dan epitel yang derdegradasi tanpa
adanya eosinofil.
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Kerokan konjungtiva: untuk kemudian dilihat
adanya eosinophil atau sel lain yang biasanya
dilakukan dengan pewarnaan Giemsa
Tes flurosensi: untuk melihat apakah ada
ulkus kornea
Serum IgE dan Leukosit: untuk membedakan
dengan konjungtivitis virus atau bakteri
Tatalaksana
Menghindari paparan dengan zat atau benda yang
berpotensi mencetuskan alergi,
Air mata buatan yang berfungsi sebagai pelicin,
lubrikan sekaligus untuk membuang benda asing
dan allergen dari mata
Kompres dengan air dingin vasokontriksi
sehingga dapat membantu mengurangi gejala
hyperemia, chemosis
Medikamentosa
Tatalaksana
Medikamentosa
(1) Antihistamines,
Livostin (0.05% levocabastine hydrochloride, Novartis) dan
Emadine (0.05% emedastine dif umarate, Alcon)
(2) Mast cell stabilizers,
Opticrom (4% cromolyn sodium, Allergan), Alomide (0.1%
lodoxamide tromethamine, Alcon), Alocril (2% nedocromil
sodium, Allergan), dan Alamast (0.1% pemirolast postassium,
Santen)
(3) Kombinasi antihistamine + mast cell stabilizer,
Patanol (olopatadine hydrochloride, Alcon), Zaditor (ketotifen
fumarate, Novartis), dan Optivar (0.05% azelastine
hydrochloride, Bausch & Lomb)
Tatalaksana
Medikamentosa
(4) Corticosteroids,
Alrex (0.2% loteprednol etabonate, Bausch & Lomb),
Vexol (1% rimexolone, Alcon), dan Pred Forte (1%
prednisolone ace-tate, Allergan)
(5) NSAIDs,
Acular (0.5% ketorolac tromethamine, Allergan).
Komplikasi dan
Prognosis
Komplikasi
Ulkus kornea
Keratokonjungtivitis
Prognosis
Ad Vitam
: Bonam
Ad Sanactionam: Dubia ad malam
Ad Functional : Dubia ad bonam
Ad Kosmetikam
: Dubia ad bonam