Você está na página 1de 48

ASFIKSIA

KEDOKTERAN FORENSIK RSUP


FATMAWATI
PERIODE 2016

DEFINISI
suatu keadaan

Kematian

Gangguan
pertukaran udara
pernafasan

Organ tubuh
hipoksia hipoksik

Hipoksia disertai
hiperkapnea

Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut


anoksia atau hipoksia
Angka Kejadian : Urutan ke-3 setelah KLL dan
trauma mekanik

ETIOLOGI
ALAMIAH
Penyakit sumbatan saluran nafas : laringitis difteri atau
menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti
fibrosis paru.
MEKANIK
Suffocation, Hanging, Drowning, Pencekikan/jerat
emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks
bilateral; sumbatan pada saluran napas
KERACUNAN
Barbiturat dan Narkotika

FISIOLOGI
1. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)
Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paruparu karena: - Tidak ada atau tidak cukup O2.
Bernafas dalam ruangan tertutup, kepala di
tutupi kantong plastik, udara yang kotor atau
busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan
tetutup atau di pegunungan yang tinggi. Ini di
kenal dengan asfiksia murni atau sufokasi.
Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam
jalan nafas seperti pembekapan, gantung diri,
penjeratan, pencekikan, pemitingan atau
korpus alienum dalam tenggorokan. Ini di kenal
dengan asfiksia mekanik.

2. Anoksia Anemia (Anemia anoxia)


Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa
oksigen. Ini didapati pada anemia berat dan
perdarahan yang tiba-tiba.
3. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)
Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa
oksigen.
Ini bisa karena gagal jantung, syok dan sebagainya.
Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi,
tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini
diibaratkan lalu lintas macet tersendat jalannya.

4. Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)


Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga
jaringan atau tubuh tidak dapat menggunakan oksigen
secara efektif.
Tipe ini dibedakan atas:
- Ekstraseluler Anoksia yang terjadi karena gangguan di
luar sel.
- Pada keracunan Sianida terjadi perusakan pada enzim
sitokrom oksidase, yang dapat menyebabkan kematian segera.
- Pada keracunan Barbiturat dan hipnotik lainnya, sitokrom
dihambat secara parsial sehingga kematian berlangsung
perlahan.

- Intraselular
- Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel-sel tubuh karena
penurunan permeabilitas membran sel, misalnya pada
keracunan zat anastetik yang larut dalam lemak seperti
kloform, eter dan sebagainya

Metabolik
Di sini asfiksia terjadi karena hasil
metabolik yang mengganggu
pemakaian O2 oleh jaringan seperti
pada keadaan uremia.

Substrat
Dalam hal ini makanan tidak mencukupi
untuk metabolisme yang efisien,
misalnya pada keadaan hipoglikemia.

PATOLOGI
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari
asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.

PRIMER
(Akibat langsung
dari asfiksia)

Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan demikian


bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen.
Perubahan yang karakteristik terlihat pada sel-sel serebrum, serebellum, dan basal
ganglia.
Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada
organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya
perubahan akibat kekurangan oksigen langsung atau primer tidak jelas.

SEKUND
ER

Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah


dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena
meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup
untuk kerja jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung
dengan cepat. Keadaan ini didapati pada:

- Penutupan mulut dan hidung (pembekapan).

- Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan,


pencekikan dan korpus alienum dalam saluran napas atau pada
tenggelam karena c airan menghalangi udara masuk ke paru-paru.

- Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan


(Traumatic asphyxia).

- Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat


pernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.

STADIUM ASFIKSIA

APNEU
KEJANG
DSYPN
EU

Fase 1 dan 2 berlangsung 3-4 menit . Masa dari saat


asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat
bervariasi. Umumnya berkisar antara 3-5 menit

TANDA KARDINAL ASFIKSIA


peningkatan tekanan vena
secara akut yang
menyebabkan overdistensi
dan rupturnya dinding perifer
vena
kelopak mata, dibawah kulit
dahi, kulit dibagian belakang
telinga, circumoral skin,
konjungtiva dan sklera mata
jantung, paru dan otak. Bisa
juga terdapat pada lapisan
Tardieus
viseral
dari pleura,
perikardium,
spotperitoneum,
timus, mukosa laring dan
(Petechial
faring

hemorrage
s)

tanda yang lebih tidak


spesifik dibandingkan
dengan ptekie
Kongesti adalah
terbendungnya pembuluh
darah, sehingga terjadi
akumulasi darah dalam
organ yang diakibatkan
adanya gangguan
sirkulasi pada pembuluh
darah

Kongesti
dan
Oedema

bagian dari mitologi


forensik.
Hal ini tidak relevan
dalam diagnosis asfiksia

Tetap
cairnya
darah

warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput


lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb
tereduksi
Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher,
sianosis hampir selalu diikuti dengan kongesti pada wajah,
seperti darah vena yang kandungan hemoglobinnya
berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung
kembali dan menjadi lebih biru karena akumulasi darah.

Sianosis

TANDA KHUSUS
Didapati sesuai dengan jenis asfiksia :
a. Pada pembekapan
kelainan terdapat disekitar lobang hidung dan mulut. Dapat
berupa luka memar atau lecet. Perhatikan bagian di
belakang bibir luka akibat penekanan pada gigi, begitu pula
di belakang kepala atau tengkuk akibat penekanan.
Biasanya korban anak-anak atau orang yang tidak berdaya.
Bila dilakukan dengan bahan halus, kadang-kadang sulit
mendapatkan tanda-tanda kekerasan.
b. Mati tergantung.
Kematian terjadi akibat tekanan di leher oleh pengaruh
berat badan sendiri. Kesannya leher sedikit memanjang,
dengan bekas jeratan di leher. Ada garis ludah di pinggir
salah satu sudut mulut. Bila korban cukup lama tergantung,
maka lebam mayat didapati di kedua kaki dan tangan.
Namun bila segera diturunkan, maka lebam mayat akan
didapati pada bagian terendah tubuh.

Muka korban lebih sering pucat, karena


peristiwa kematian berlangsung cepat,
tidak sempat terjadi proses
pembendungan. Pada pembukaan kulit di
daerah leher, didapati resapan darah
setentang jeratan, demikian juga di
pangkal tenggorokan dan oesophagus.
Tanda tanda pembendungan seperti pada
keadaan asfiksia yang lain juga didapati.
Yang khas disini adalah adanya
perdarahan berupa garis yang letaknya
melintang pada tunika intima dari arteri
karotis interna, setentang dengan tekanan
tali pada leher. Tanda-tanda diatas tidak
didapati pada korban yang digantung

PEMERIKSAAN JENAZAH
Pada pemeriksaan luar jenazah dapat
ditemukan
1. Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.
2. Pembendungan sistemik maupun pulmoner
dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda
klasik pada kematian akibat asfiksia.
3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap
dan terbentuk lebih cepat.
4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut
5. Gambaran pembendungan pada mata berupa
pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi
dan palpebra yang terjadi pada fase 2

Pada pemeriksaan dalam jenazah dapat ditemukan

Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer


Busa halus di dalam saluran pernapasan.
Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh
sehingga menjadi lebih berat, berwarna lebih gelap dan
pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.
Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus,
epikardium pada bagian belakang jantung belakang daerah
aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di
lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit
kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal,
mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.
Edema paru sering terjadi pada kematian yang
berhubungan dengan hipoksia.
Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan,
seperti fraktur laring langsung atau tidak langsung,
perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid
(pleksus vena submukosa dengan dinding tipis).

ASFIKSIA MEKANIK
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang
terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh
berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik)
misalnya:
1. Penutupan lubang saluran nafas bagian
atas
2. Penekanan dinding saluran pernafasan
3. Penekanan dinding dada dari luar
4. Saluran nafas terisi air

ASFIKSIA MEKANIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

PEMBEKAPAN/SMOTHERING (1)
GAGGING & CHOKING(1)
PENCEKIKAN (2)
PENJERATAN / STRANGULASI(2)
GANTUNG / HANGING(2)
TRAUMATIC ASFIKSIA(3)
TENGGELAM (4)

PEMBEKAPAN/SMOTHERING
DEFINISI
Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat
pemasukan udara ke paru-paru
CARA KEMATIAN
Bunuh diri
Kecelakaan
Pembunuhan
Tanda Kekerasan
Bergantung jenis benda yang digunakan
Berupa luka lecet tekan/geser, goresan kuku, luka memar pada
ujung hidung,bibir,pipi dan dagu akibat perlawanan.
Luka memar/lecet pada bagian dalam bibir akibat bibir yang
terdorong dan menekan gigi,gusi dan lidah
Luka memar pada bagian tubuh belakang
Periksa kerokan kuku korban darah dan epitel pelaku

GAGGIGN DAN CHOKING


Definsi
Sumbatan jalan nafas oleh benda asing
hambatan udara masuk ke paru-paru
Gagging orofaring
Choking laringofaring
Mekanisme kematian
Asfiksia
refleks vagal rangsang n.vagus di arcus
faring inhibisi kerja jantung cardiac
arrestkematian

GAGGING DAN CHOKING (2)


Cara Kematian
Bunuh diri
Pembunuhan
Kecelakaan
Pemeriksaan Jenazah
Tanda asfiksia
Ditemukan sumbatan pada
orofaring/laringofaring
Bila tidak ada benda asing cari
kemungkinan adanya tanda kekerasan akibat
benda asing

PENCEKIKAN/MANUAL
STRANGULATION
Definsi
Penekanan leher dengan tangan dd saluran
nafas atas tertekan penyempitan sal nafas
udara pernafasan tidak dapat lewat
LUKA LECET KECIL2 BENTUK BULAN SABIT DI
LEHER --- KUKU.
LUKA MEMAR KULIT/OTOT LEHER
PATAH TULANG LIDAH
PATAH TULANG RAWAN GONDOK
PERBENDUNGAN MUKA/KEPALA.
ASFIKSIA / VAGAL REFLEX.

PENJERATAN /STRANGULASI
JERAT--- JEJAS JERAT/SIM PUL
JEJAS = LUKA LECET TEKAN
1. MENDATAR ,SELURUH LEHER
2. DIBAWAH RAWAN GONDOK.
3. SIMPUL MATI.
JEJAS JERAT --- TALI PENJERAT
---KERAS, KECIL, KASAR ---JELAS

PENJERATAN (Cont.)

--HALUS, LEBAR. LUNAK ---- T.JELAS


ASFIKSIA / VAGAL REFLEX.
PERBENDUNGAN MUKA JELAS.
RESAPAN DARAH SUBCUTIS/OTOT
- LEHER DIBWH. JEJAS.
JEJAS POST MORTAL T. JELAS

MATI GANTUNG
DEFINISI
suatu bentuk kematian akibat pencekikan dengan alat
jerat, di mana gaya yang bekerja pada leher berasal dari
hambatan gravitasi dari berat tubuh atau bagian tubuh

ETIOLOGI
Asfiksia, Kongesti vena, kombinasi asfiksia dan
kongesti vena, Iskemik otak, syok vagal,
fraktur/dislokasi cervikal 2-3
JENIS PENGGANTUNGAN
Total
Parsial
Tipikal/Atipikal

PEMBUNUHAN & BUNUH DIRI


KASUS GANTUNG
1. ALAT PENJERAT :
SIMPUL,LILITAN,ARAH.
2. KORBAN :
JEJAS DILEHER,PERLAWANAN
LUKA LAIN, JARAK DG LANTAI.
3. T.K.P. :
LOKASI,KONDISI,PAKAIAN,SURAT

TANDA POST MORTEM

sangat berhubungan dengan penyebab kematian atau


tekanan di leher.
Kalau kematian terutama akibat sumbatan pada saluran
pernafasan maka dijumpai tanda-tanda asfiksia, respiratory
distress, sianose dan fase akhir konvulsi lebih menonjol.
Bila kematian karena tekanan pembuluh darah vena, maka
sering didapati tanda-tanda pembendungan dan
perdarahan (ptechial) di konjungtiva bulbi, okuli dan di otak
bahkan sampai ke kulit muka.
Bila tekanan lebih besar sehingga dapat menutup arteri,
maka tanda-tanda kekurangan darah di otak lebih menonjol
(iskemi otak), yang menyebabkan gangguan pada sentra
respirasi dan berakibat gagal nafas.
Tekanan pada sinus karotikus menyebabkan jantung tibatiba berhenti dengan tanda-tanda post mortem yang
minimal. Tanda- tanda di atas jarang berdiri sendiri, tetapi
umumnya akan didapati tanda-tanda gabungan (Amir,

PEMERIKSAAN LUAR
1. Bekas jeratan
2. Kita dapat memastikan letak simpul dengan
menelusuri jejas jeratan
3. Leher bisa didapati sedikit memanjang karena lama
tergantung, bila segera diturunkan tanda memanjang
ini tidak ada. Muka pucat atau bisa sembab, bintik
perdarahan Tardieus spot tidak begitu jelas, lidah
terjulur dan kadang tergigit, tetesan saliva dipinggir
salah satu sudut mulut, sianose, kadang-kadang ada
tetesan urin, feses dan sperma.
4. Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam
mayat didapati di kaki dan tangan bagian bawah.
Bila segera diturunkan, lebam mayat bisa di dapati di
bagian depan atau belakng tubuh sesuai dengan
letak tubuh sesudah diturunkan. Kadang penis

Pemeriksaan Dalam
1. Jaringan otot setentang jeratan didapati
hematom, saluran pernafasan congested,
demikian juga paru-paru dan organ dalam
lainnya. Terdapat Tardieus spot di permukaan
paru-paru, jantung dan otak. Darah berwarna
gelap dan encer
2. Patah tulang lidah (os hyoid) sering didapati,
sedangkan tulang rawan yang lain jarang
3. Didapati adanya robekan melintang berupa
garis berwarna merah (red line) pada tunika
intima dari arteri karotis interna.

TENGGELAM
Definisi
Kematian akibat mati lemas (asfiksia), karena masuknya
cairan ke dalam saluran pernapasan
Terbenamnya korban dalam air yang menyebabkan
kehilangan kesadaran dan mengancam jiwa
Suatu kematian karena gangguan pertukaran CO2
dengan O2 dalam paru akibat masuknya cairan ke dalam
saluran napas melalui hidup dan mulut

KLASIFIKASI Drowning
Wet drowning
Cairan masuk ke dalam
saluran pernapasan
setelah korban tenggelam

Dry drowning
Cairan tidak masuk ke
dalam saluran pernapasan
akibat spasme laring

Secondary drowning
Gejala beberapa hari
setelah korban tenggelam
dan korban meninggal
akibat komplikasi

Immersion syndrome
Tiba-tiba meninggal setelah
terendam air dingin akibat
refleks vagal

Mekanisme kematian pada


korban tenggelam
Asfiksia akibat spasme laring
Asfiksia akibat Gagging dan Choking
Refleks vagal
Fibrilasi ventrikel (air tawar)
Edema pulmoner (air asin)

31

Tenggelam Di Air Tawar


(Hipotonik)
Elektrolit air tawar <
darah, cairan pindah ke
dalam tubuh
Hemodilusi darah
Pelepasan ion K+ dari
serabut otot jantung

Mati
(dalam 5 menit)
anoksia otak

Hemolisis

Fibrilasi ventrikel
Hipotensi

Ion K+ plasma
Perubahan keseimbangan ion
K+ dan Ca++ dlm otot jantung

Tenggelam Di Air Asin (Hipertonik)

Elektrolit air asin > darah


Air ditarik dari sirkulasi pulmonal ke
jaringan interstitial paru

Mati
(dalam 8 9 menit)
Payah jantung

Edema pulmonal
Hemokonsentrasi
Hipovolemi
kadar Mg dalam darah

Sirkulasi Lambat

Hal Penting Pada Pemeriksaan


Jenazah
Menentukan identitas korban
Mengetahui apakah korban sudah meninggal sebelum
atau sesudah tenggelam
Mengetahui sebab kematian
Faktor yang berperan pada proses kematian
Mengetahui tempat dimana korban pertama kali
tenggelam
Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat
kematian
34

Pemeriksaan luar jenazah

Basah, berlumuran pasir atau lumpur


Busa halus pada hidung dan mulut, kadang berdarah
Mata setengah terbuka atau tertutup
Kutis anserina terutama pada ekstremitas
Washer womans hand
Kaku pada sebagian otot / cadaveric spasm
Luka lecet akibat gesekan / benturan dalam air
Pelebaran pembuluh darah atau perdarahan
35

Busa halus pada


mulut dan
hidung

Cutis anserina
goose bumps

Cadaveric spasm

Washer womans hand

Luka lecet karena benturan


atau gesekan dalam air

Pemeriksaan dalam jenazah


Busa halus dan benda asing (pasir, lumpur) dalam
saluran pernapasan
Paru-paru membesar (balon) sembab, lebih berat,
banyak cairan
Petekie sdikit sekali, mungkin terdapat bercak paltauf
Dapat ditemukan paru-paru yg biasa
Otak, ginjal, hati dan limpa dapat mengalami
perbendungan
Lambung dapat sangat membesar
39

PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Pemeriksaan
laboratorium
Hati/ otak/
sumsum tulang
Tes diatom
+ diatom =
tenggelam

Jaringan paru

Tes kimia darah

Getah paru

Destruksi paru
+ diatom = 4-5/LPB atau 10-20 per satu sediaan

PEMERIKSAAN DIATOM

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Diatom
Diatom ganggang bersel satu dengan dinding terikat
silikat yang tahan panas dan asam kuat
Pemeriksaan dilakukan pada jaringan paru mayat segar. Bila
telah membusuk jaringan ginjal, otot skelet atau sumsum
tulang paha

42

Pemeriksaan Getah Paru


Kegunaan : mencari benda asing (pasir, lumpur,
tumbuhan, telur cacing) dalam getah paru-paru mayat

Permukaan paru
di siram dengan
air bersih

Iris bagian
perifer, peras dan
ambil cairannya

Taruh di gelas
objek dan tutup

Lihat dibawah
mikroskop

43

Pemeriksaan Destruksi
(Digesti Asam)
Kegunaan : mencari ada tidaknya diatome dalam paru mayat.
Syarat : Paru harus masih dalam keadaan segar, yang diperiksa
bagian kanan perifer paru, jenis diatome harus sama dengan
diatome di perairan tersebut.
Ambil jaringan
perifer paru 100
gr, masukan ke
labu ukur

Tambahkan
asam sulfat
pekat sampai
terendam

Diamkan 12
jam, agar
jaringan hancur

Panaskan
dalam lemari
asam, teteskan
as. Nitrat pekat

Periksa di
bawah
mikroskop

Ambil endapan
dengan pipet,
teteskan pada
gelas objek

Centrifuge
cairan sampai
ada endapan
hitam

Sampai
terbentuk cairan
jernih, kemudian
dinginkan 44

Pemeriksaan Kimia Darah (Gettler


Test)
Tujuan : untuk memeriksa kadar NaCl dan kalium.
Korban mati tenggelam dalam air tawar :
Kadar Cl jantung kiri < jantung kanan.
Kadar Na dan kadar K dalam plasma.

Korban mati tenggelam dalam air laut :


Kadar Cl jantung kiri > jantung kanan.
Kadar Na dan kadar K sedikit dalam plasma.

45

Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi dapat ditemukan
adanya bintik perdarahan di sekitar bronkioli yang
disebut Partoff spot.
Perbendunga
n pembuluh
darah

Alveoli
meregang

Sekat alveoli
menipis

Alveoli
robek

KESULITAN KASUS TENGGELAM

Perbandingan udara : air : tanah = 1 : 2 :8


Mayat ditemukan sudah dalam keadaan membusuk lanjut.
Tanpa identitas
Sudah tidak dapat di identifikasi secara visual
Bila mayat telah busuk dpt dilihat dari diatome pd paru dan
apabila ditemukan juga di ginjal, otot skelet dan sumsum
tulang maka diagnosis tenggelam menjadi makin pasti
Pada mayat yang masih segar dapat kita temukan hal-hal
tersebut diatas

TERIMA KASIH

Você também pode gostar