Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
TANIN
Tannin merupakan salah satu hasil metabolit sekunder tanaman yang termasuk dalam golongan polifenol
yang dibangun dari elemen C, H, dan O serta sering membentuk molekul besar dengan berat molekul
lebih besar dari 2000 Tanin dahulu digunakan untuk penyamakan kulit hewan karena sifatnya yang
mengikat protein. Selain itu juga dapat mengikat alkaloid dan glati.
Istilah tanin diperkenalkan oleh Seguil pada tahun 1796. Pada waktu itu belum diketahui bahwa tanin
tersusun dari campuran bermacam-macam senyawa,bukan hanya satu golongan senyawa saja.
Senyawa-senyawa tanin dapat diartikan sebagai suatu senyawa-senyawa alami dengan bobot molekul antara
500 dan 3000, serta mempunyai sejumlah gugus hidroksi fenolik dan membentuk ikatan silang
yang stabil dengan protein dan biopolimer lain, misalnya selulosa dan pectin
Beberapa ahli pangan berpendapat bahwa tanin terdiri dari katekin, leukoantosianin, dan
asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi dengan ion logam
Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak berwarna sampai berwarna
kuning atau coklat. Asam tanat yang dapat dibeli di pasaran mempunyai BM 1701 dan
kemungkinan besar terdiri dari sembilan molekul asam galat dan sebuah molekul glukosa.
secara kimiawi, memiliki sifat-sifat: merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol
yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tannin dapat diidentifikasi dengan kromotografi dan
senyawa polifenol dari tannin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna
Secara fisika tanin memiliki sifar-sifat : jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki
rasa asam dan sepat, jika dicampur dengan koloid dan glatin akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal,
dan dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga
tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitikk
senyawa phenol secara biologis dapat berperan sebagai khelat logam. Tanin terhidrolisis memiliki potensial
untuk menjadi pengkhelat logam. Kuatnya daya khelat dari senyawa tanin membuat khelat logam
menjadi stabil dan aman dalam tubuh. tapi jika tubuh mengkonsumsi tanin berlebihan maka akan
mengalami anemia karena zat besi dalam darah akan dikhelat oleh senyawa tanin.
Penggolongan
Tanin Terkondensasi
biasanya tidak dapat dihidrolisis tetapi dapat
tekondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin jenis
ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang
merupakan senyawa fenol yang dihubungkan melalui
ikatan C-8 dengan C-4
Tanin Terhidrolisis
biasanya berikatn dengan karbohidrat dengan
membentuk jembatan oksigen, sehingga tanin
ini dapat dihidrolisis dengan asam sulfat atau
asam klorida.
Tanin terhidrolisis biasanya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih rendah pada tanaman bila
dibandingkan dengan tanin terkondensasi. Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar dan
batang jaringan.
mempunyai nama lain Proanthocyanidin. Proantosianidin merupakan polimer dari flavonoid yang
dihubungkan melalui C8 dengan C4 Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini
merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin. Senyawa ini jika terkondensasi makan
menghasilkan flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil berupa floroglusinol.
Tanin Terhidrolisis
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka dari itu
tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakanasam sulfat atau asam klorida.Salah satu jenis
tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat denganasam galat.
Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yaitu ellagitanins.
Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxy diphenic (HHDP).
Senyawa ini dapat dipecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air
Gallotanin
aceritanin merupakan gallotanin yang ditemukan pada daun dari beberapa jenis maple (Acer), dan
hamamelitanin ditemukan pada kulit hazel (Hamamelis virginiana), oak (Quercus rubra) dan beberapa
spesies chestnut (Castanea sp)
Ellagitanin
SUMBER SUMBER
TANNIN PADA TANAMAN
Tanin
banyak
tedapat
di
dalam
tumbuhan
berpembuluh, khususnya dalam jaringan kayu, selain
itu banyak terdapat pada bagian daunnya.
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam
tanaman , seperti daun, buah yang belum matang ,
batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang
Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan
batang jaringan. Sebagai contoh dari lokasi tanin
dalam jaringan batang adalah tanin sering ditemukan
di daerah pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder
dan xylem dan lapisan antara korteks dan epidermis.
Tanin dapat membantu mengatur pertumbuhan
jaringan ini
Kina
gambir
3. Psidii Folim
Tanaman asal : Psidium guajava
Suku : Myrtaceae
9. Tanaman kopi
Kingdom: Plantea
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianacea
Famili: Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies: Coffea arabica; Coffea robusta; Coffea liberica
10 . Tanaman Teh
nama ilmiah : Camellia sinensis
famili
:Theaceae
12 buah Anggur
METODE ANALISIS
TANNIN
Cara 1 :
Persiapan sampel
1. Pembuatan Larutan Pereaksi
a. Larutan indigocarmin
Sebanyak 6 gram indigocarmin di larutkan ke dalam 500 ml
aquades dan dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan
aquades sampai satu liter lalu disaring
b. Larutan KMnO4 0,1 N
Di timbang KMNO4 3,2 gram kemudian dilarutkan 1 liter
aquades. Dididihkan selama 10-15 menit, kemudian disimpan
selama satu malam. Setelah itu disaring dan diencerkan 1
liter aquades. Larutan KMNO4 standar peru distandarrisasi
sebelum dipakai
3. Proses Ekstraksi
Sampel dibersihkan dan dipotong-potong.
Dikeringkan atau dimasukkan ke dalam oven (untuk
menghilangkan kadar air). Sampel dihaluskan dan
diayak,
kemudian
ditimbang
50
gram,lalu
dimasukkan ke dalam gelas piala 1000 ml.
Ke dalam gelas piala ditambahkan air 250 ml,
kemudian dipanaskan dengan penangas air yang
suhunya dapat dikontrol (waterbath) sambil diaduk
dengan pengaduk. Suhu ekstraksi 50 60C dan
lama ekstraksi 5 jam.
Hal yang sama juga dilakukan dengan
menggunakan pelarut etanol 96 %. Hasil ekstraksi
yang diperoleh didinginkan lalu disaring dan
dimasukkan ke dalam alat evaporator dengan suhu
50 60C untuk memisahkan tanin dan bahan
pelarut.
Setelah pelarut tersuling, tanin yang
terbentuk dicuci dengan petroleum eter, lalu
diupkan dikeringkan untuk uji kualitatif dan
pententuan kadar tanin.
Keterangan :
A = Volume titrasi tanin (ml)
B = Volume titrasi blanko (ml)
N = normalitas KmnO4 standar (N)
10 = factor pengenceran
1 ml KmnO4 0,1 N : setara 0,00416 gram
tanin
Cara 2 :
Metode Penetapan Kadar Tanin
Kadar tanin dapat ditetapkan dengan
menggunakan berbagai macam metode.
Metode yang biasanya digunakan untuk
menentukan kadar tanin total adalah sebagai
berikut :
1.Metode Gravimetri
Analisis
dengan
menggunakan
metode
gravimetri adalah cara analisis kuantitatif
berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya.
Reagen atau pereaksi yang ditambahkan
adalah berlebih untuk menekan kelarutan
endapan.
2.Metode volumetri/permanganometri
Berdasarkan
reaksi
kimianya,
metode
volumetri dikelompokkan menjadi 4 jenis
reaksi, yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks,
reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan
kompleks.
3.Metode Kolorimetri
Contoh metode penetapan kadar tanin dari
sebuahpaper,
misalnya
dengan
menggunakan metode kolorimetri dalam
menentukan jumlah tanin total pada daun Jati
Belanda, menggunakan pereaksi biru prusia.
Prinsipnya yaitu reaksi reduksi senyawa besi
(III) menjadi senyawa besi (II) oleh tanin
membentuk warna biru-hitam selanjutnya
dengan penambahan pereaksi biru prusia,
akan membentuk suatu kompleks berwarna
biru tinta yang dapat diukur menggunakan
spektrofotometer pada daerah sinar tampak.
Reaksi yang teradi adalah sebagai berikut :
Fe3+ + tanin Fe2+
Fe2+ + K3Fe(CN)6 3KFe[Fe(CN)6]
Kompleks yang terbentuk berwarna biru tinta.
Cara 3 :
Uji Kualitatif
Ke dalam gelas kimia dimasukkan sebanyak 0,5
gram serbuk sampel, kemudian ditambahkan 20 mL
aquades laludididihkan dan disaring. Setelah itu0,5
mLfiltratditambahkan ferriklorida 0,1% dan diamati
terjadinya perubahan warna.
Uji Kuantitatif
Sebanyak
500
mgsampeldimasukkan
ke
dalamErlenmeyer,
lalu
ditambahkan
50
mL
aquades,diaduk dengan menggunakan pengocok
mekanik selama 1 jam. Setelah itu larutan disaring
dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan
ditambahkan air hingga tepat tanda batas. Kemudian
dipipet 5 mL filtrat ditambah 0,8 mL kalium
heksasianoferrat(III) 0,008 M dalam 0,1 N asam
klorida dan 0,8 mL ferriklorida 0,1 M dalam 0,1 N
asam klorida.Kemudian didiamkan,setelah itu diukur
serapannya dengan menggunakan spektrofotometer
ultraungu-tampak pada panjang gelombang 420 nm.
Mekanisme
Konsumsi
Tannin akan menurunkan konsumsi dengan mengurangi palatibilitas
dan berefek negatif terhadap kecernaan
-Palatibilitas menurun karena tannin adalah astringent. Astrigency
adalah sensasi yang disebabkan oleh formasi kompleks antara tannin
dan salivary glicoprotein. Palatibilitas yang turun menekan konsumsi
dan berpengaruh terhadap produksi
-Kecernaan menurun karena avaibilitas nutrisi pakan menurun
Kecernaan Pakan
Kondensed tannin tidak diserab dalam saluran pencernaan. Tannin bebas dan bentuk
kompleksnya tertinggal di rumen, menurunkan protein dan kecernaan fraksi serat.
Kecernaan karbohidrat
-Tannin menurunkan kec. BO dan serat
-Kecernaan menurun disebabkan oleh interaksi tannin dengan enzim selulosa dan
bakteri rumen
-Rendahnya kecernaan di rumen adalah kompensasi dari tingginya protein yang bebas
dari rumen
Kecernaan protein
-Kecernaan protein menurun hebat ketika tannin berada dalam bahan pakan
-Condenced tannin menyebabkan protein berikatan kuat dengan dinding sel tanaman
dan berpengaruh negatif terhadap kecernaan. Setelah dicerna, condensed tannin akan
membentuk ikatan komplek detergent insoluble tannin-protein . Hal ini menyebabkan
NDIN dan ADL dikeluatran bersama feses
-Tannin yang meningkat menyebabkan peningkatan ekskresi nitrogen
-Meskipun
terjadi penurunan kecernaan apperent nitrogen, peningkatan retensi
nitrogen sebagai hasil dari penurunan ekskresi urin
-Tannin larut memainkan peranan dalam menentukan efisiensi tannin dalam mengikat
protein dan serat. Jika rasio soluble lebih tinggi dibandingkan dengan insoluble,
kecernaan protein lebih efektif dibandingkan kecernaan serat. Jika rasio sama rendah,
kecernaan serat sangat efektif
07/14/16
Metode fisika
Cooking (Pemasakan/perebusan)
Mbajuwa (1995), melaporkan bahwa dengan perebusan dapat menurunkan kandungan tannin dengan cara
menginaktifkan aktifitas tannin. Ogundipe et al. (2008) menunjukan bahwa 71.91% kandungan tannin
dapat di turunkan dengan perebusan selama 30 menit.
07/14/16
lanjutan....
Autoclaving
Abeke and Otu, 2008 menyebutkan bahwa pengukusan adalah perlakuan yang paling
efektif untuk menghilangkan zat anti nutrisi dalam bahan pakan.
Toasting/roasting (Memanggng)
(Akpodiete et al.,2001) melaporkan bahwa Toasting effektif untuk menurunkan faktor
anti nutrisi biji kacang kedelai yang di berikan pada broiler.
pumpkin pod husk yang diberikan perlakuan dengan Toasting dapat meningkatkan
performa dan tidak berpengaruh pada palatabelitasnya.
07/14/16
methode kimia
Use of enzymes
Urea treatment
Udedibie et al. (1994) melaporkan bahwa pemberian urea pada ransum yang mengandung jackbean yang
mengandung tannin dapat toleransi hingga 20 %.
07/14/16
Cara pemanenan
07/14/16
07/14/16
FERMENTASI
Contoh fermentasi menggunakan jamur tiram pada pod cacao
07/14/16
Wasalamualaikum, wr, wb
Thanks for attention