Você está na página 1de 52

TANNIN

Anti Nutrisi dan Faktor Penghambat Pakan

Prof. Dr. Ir. Yose Rizal, M. Sc

Oleh: Lili Anggreini, Ulvi Fitri Handayani,


Vabera Maslami, Yelsi Listiana Dewi,dan
Yusuf Mahlil

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015

TANIN

Tannin merupakan salah satu hasil metabolit sekunder tanaman yang termasuk dalam golongan polifenol
yang dibangun dari elemen C, H, dan O serta sering membentuk molekul besar dengan berat molekul
lebih besar dari 2000 Tanin dahulu digunakan untuk penyamakan kulit hewan karena sifatnya yang
mengikat protein. Selain itu juga dapat mengikat alkaloid dan glati.

Istilah tanin diperkenalkan oleh Seguil pada tahun 1796. Pada waktu itu belum diketahui bahwa tanin
tersusun dari campuran bermacam-macam senyawa,bukan hanya satu golongan senyawa saja.
Senyawa-senyawa tanin dapat diartikan sebagai suatu senyawa-senyawa alami dengan bobot molekul antara
500 dan 3000, serta mempunyai sejumlah gugus hidroksi fenolik dan membentuk ikatan silang
yang stabil dengan protein dan biopolimer lain, misalnya selulosa dan pectin

Beberapa ahli pangan berpendapat bahwa tanin terdiri dari katekin, leukoantosianin, dan
asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi dengan ion logam

Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak berwarna sampai berwarna
kuning atau coklat. Asam tanat yang dapat dibeli di pasaran mempunyai BM 1701 dan
kemungkinan besar terdiri dari sembilan molekul asam galat dan sebuah molekul glukosa.

secara kimiawi, memiliki sifat-sifat: merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol
yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tannin dapat diidentifikasi dengan kromotografi dan
senyawa polifenol dari tannin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna

Secara fisika tanin memiliki sifar-sifat : jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki
rasa asam dan sepat, jika dicampur dengan koloid dan glatin akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal,
dan dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga
tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitikk

senyawa phenol secara biologis dapat berperan sebagai khelat logam. Tanin terhidrolisis memiliki potensial
untuk menjadi pengkhelat logam. Kuatnya daya khelat dari senyawa tanin membuat khelat logam
menjadi stabil dan aman dalam tubuh. tapi jika tubuh mengkonsumsi tanin berlebihan maka akan
mengalami anemia karena zat besi dalam darah akan dikhelat oleh senyawa tanin.

Penggolongan

Tanin Terkondensasi
biasanya tidak dapat dihidrolisis tetapi dapat
tekondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin jenis
ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang
merupakan senyawa fenol yang dihubungkan melalui
ikatan C-8 dengan C-4

Tanin Terhidrolisis
biasanya berikatn dengan karbohidrat dengan
membentuk jembatan oksigen, sehingga tanin
ini dapat dihidrolisis dengan asam sulfat atau
asam klorida.

Tanin terhidrolisis biasanya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih rendah pada tanaman bila
dibandingkan dengan tanin terkondensasi. Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar dan
batang jaringan.

Tanin Terkondensasi (condensed tannins)

mempunyai nama lain Proanthocyanidin. Proantosianidin merupakan polimer dari flavonoid yang
dihubungkan melalui C8 dengan C4 Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini
merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin. Senyawa ini jika terkondensasi makan
menghasilkan flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil berupa floroglusinol.

Tanin Terhidrolisis
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka dari itu
tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakanasam sulfat atau asam klorida.Salah satu jenis
tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat denganasam galat.
Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yaitu ellagitanins.
Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxy diphenic (HHDP).
Senyawa ini dapat dipecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air

Gallotanin

aceritanin merupakan gallotanin yang ditemukan pada daun dari beberapa jenis maple (Acer), dan
hamamelitanin ditemukan pada kulit hazel (Hamamelis virginiana), oak (Quercus rubra) dan beberapa
spesies chestnut (Castanea sp)

Ellagitanin

SUMBER SUMBER
TANNIN PADA TANAMAN
Tanin
banyak
tedapat
di
dalam
tumbuhan
berpembuluh, khususnya dalam jaringan kayu, selain
itu banyak terdapat pada bagian daunnya.
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam
tanaman , seperti daun, buah yang belum matang ,
batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang
Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan
batang jaringan. Sebagai contoh dari lokasi tanin
dalam jaringan batang adalah tanin sering ditemukan
di daerah pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder
dan xylem dan lapisan antara korteks dan epidermis.
Tanin dapat membantu mengatur pertumbuhan
jaringan ini

Jenis tanaman yang mengandung tanin antara


lain adalah daun sidaguri (Sida rhombifolia L.)
yang diketahui mengandung tanin cukup
tinggi dan telah digunakan sebagai pestisida
nabati pembunuh ulat ( larvasidal ) (Kusuma
et al., 2009; Islam et al., 2003). Daun melinjo
(Gnetum gnemon L.) juga mengandung tanin.
Daun gamal ( Gliricidia sepium Jacq.) dan
lamtoro (Leucaena leucocephala Lamk.)
mempunyai kandungan tanin 8-10% (Suharti,
2005; Sulastri, 2009). Biji pinang ( Areca
catechu L.) dan simplisia gambir (Uncaria
gambir Roxb.) telah dikenal luas sebagai
penghasil tanin dengan kandungan tanin
masing-masing sebesar 26,6% dan 30-40%
(Pambayun, 2007; Hadad et al., 2007).

Pegagan (Centella asiatica) atau antanan (Sunda),


daun kaki kuda (Melayu), gagan-gagan, rendeng
(Jawa), taidah (Bali) sandanan (Papua) broken copper
coin, buabok (Inggris), paardevoet (Belanda), gotu
kola (India), ji xue cao (Hanzi) juga diduga memiliki
kandungan senyawa tanin beserta asiaticoside,
thankuniside,
isothankuniside,
madecassoside,
brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic
acid,
meso-inositol,
centelloside,
carotenoids,
hydrocotylin, vellarine, serta garam mineral seperti
kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Zat
vellarine dan tanin yang ada dapat memberikan rasa
pahit.
Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk
dalam famili Piperaceae, tumbuh merambat dengan
bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, yang
tumbuh berselang-seling dari batangnya serta
penampakan daun yang berwarna merah keperakan
dan mengkilap. Dalam daun sirih merah terkandung
senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan
flavonoid.

Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji


(Psidium guajava) mengandung tanin, sedang
pada bunganya tidak banyak mengandung
tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat
lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam
ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam
oleanolat, asam guajaverin dan vitamin
(IPTEKnet, 15 Januari, 2007)
Daun dewa (Gynura divaricata) mengandung
zat saponin, minyak atsiri, flavonoid, dan
tanin. Efek farmakologis daun dewa adalah
antikoagulan
(koagulan=zat
yang
mempermudah dan mempercepat pembekuan
darah), mencairkan bekuan darah, stimulasi
sirkulasi,
menghentikan
perdarahan,
menghilangkan panas, dan membersihkan
racun

Ciplukan (Physalis minina) temasuk ke


dalam famili tumbuhan Solanaceae. Nama
lain dari ciplukan antara lain adalah morel
berry (Inggris), ceplukan (Jawa), cecendet
(Sunda),
yoryoran
(Madura),
lapinonat
(Seram), angket, kepok-kepokan, keceplokan
(Bali), dedes (Sasak), leletokan (Minahasa).
Tumbuhan ini mempunyai kandungan kimia
berupa chlorogenik acid, asam citrun, fisalin,
flavonoid,
saponin,
polifenol.
Buah
mengandung asam malat, alkaloid, tanin,
kriptoxantin, vitamin C dan gula. Biji
mengandung elaidic acid. Sifat tumbuhan ini
analgetik (penghilang rasa sakit), peluruh air
seni
(diuretik),
menetralkan
racun,
meredakan batuk, mengaktifkan fungsi
kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor

gambar tanaman yang mengandung tanin

1. Katekol berwarna hijau dengan 2 gugud fenol.


- Asam kirotamat yang terdapat pada kina
- Asam katekotanat pada tanaman Katechu (gambir)

Kina

gambir

2. Pirogalatanin atau pirogalol


mengahasilkan warna biru
dengan FeCl3 dengan 3 gugus fenol
Gallotanin yang terdapat pada tanaman Nut gall (gallae)
Ellagitanin terdapat pada kulit delima ( Punica granatum)

Nut Gall (gallae)


kulit Delima

3. Psidii Folim
Tanaman asal : Psidium guajava
Suku : Myrtaceae

3. Sappan Lignum (Kayu saccang)


Tanaman Asal : Caesalpinea sappan Suku : Caesalpineaceae

4. Murrayae Folium (Daun Kemuning)


Tanaman Asal : Murraya paniculata Suku : Rutaceae

5. Polyanthi Folium (Daun Salam)


Tanaman Asal : Eugonia polyantha
Suku : Myrtaceae

6. Areca Semen (Biji Pinang)


Tanaman Asal : Areca catechu
Suku : Palmae

7. Caemferia amustifolia rhizome (kunyit pepet)


Tanaman Asal : Caemferia amustifolia
Suku : Zingiberacea

8. Cassiae folium (Ketepeng)


Tanaman Asal : Cassia alata
Suku : Leguminoceae

9. Tanaman kopi
Kingdom: Plantea
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianacea
Famili: Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies: Coffea arabica; Coffea robusta; Coffea liberica

10 . Tanaman Teh
nama ilmiah : Camellia sinensis
famili
:Theaceae

11. kulit manggis (Garcinia mangostana L)

12 buah Anggur

METODE ANALISIS
TANNIN
Cara 1 :
Persiapan sampel
1. Pembuatan Larutan Pereaksi
a. Larutan indigocarmin
Sebanyak 6 gram indigocarmin di larutkan ke dalam 500 ml
aquades dan dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan
aquades sampai satu liter lalu disaring
b. Larutan KMnO4 0,1 N
Di timbang KMNO4 3,2 gram kemudian dilarutkan 1 liter
aquades. Dididihkan selama 10-15 menit, kemudian disimpan
selama satu malam. Setelah itu disaring dan diencerkan 1
liter aquades. Larutan KMNO4 standar peru distandarrisasi
sebelum dipakai

2. Standarisasi Larutan KMnO4


1. Ditimbang 0,63 gram kristal asam oksalat dan dilarutkan
dalam 100 ml aquades.
2. Diambil 25 ml larutan asam oksalat, ditambahkan 5 ml
H2SO4 lalu dipanaskan sampai 700C.
3. Selanjutnya dalam keadaan panas dititrasi dengan
larutan KMNO4 standar sampai warna ungu dan tetesan
larutan permanganate tidak hilang, lalu dicatat volume titrasi.
4. Mengulangi cara kerja (2 dan 3) sebanyak 3 kali dan
masing masing volume titrasi dicatat.

Reaksi : 2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 2 MnSO4 + 10CO2


+ K2SO4 + 8 H2O
Normalitas larutan standar KMnO4 dihitung dengan
menggunakan rumus :

KmnO4 = W(mg) / BMx2x25/ 100


V (ml)

Keterangan : W = Berat kristal asarn oklasat yang ditimbang


(mg), BM = Berat molekul kristal asam oksalat (126), V =
volume titrasi), 25/100 = Faktor pengeceran, 2 = electron
valensi asam oksalat

3. Proses Ekstraksi
Sampel dibersihkan dan dipotong-potong.
Dikeringkan atau dimasukkan ke dalam oven (untuk
menghilangkan kadar air). Sampel dihaluskan dan
diayak,
kemudian
ditimbang
50
gram,lalu
dimasukkan ke dalam gelas piala 1000 ml.
Ke dalam gelas piala ditambahkan air 250 ml,
kemudian dipanaskan dengan penangas air yang
suhunya dapat dikontrol (waterbath) sambil diaduk
dengan pengaduk. Suhu ekstraksi 50 60C dan
lama ekstraksi 5 jam.
Hal yang sama juga dilakukan dengan
menggunakan pelarut etanol 96 %. Hasil ekstraksi
yang diperoleh didinginkan lalu disaring dan
dimasukkan ke dalam alat evaporator dengan suhu
50 60C untuk memisahkan tanin dan bahan
pelarut.
Setelah pelarut tersuling, tanin yang
terbentuk dicuci dengan petroleum eter, lalu
diupkan dikeringkan untuk uji kualitatif dan
pententuan kadar tanin.

Uji Kualitatif Tanin


Filtrat ditambahkan dengan gelatin terbentuk endapan
Filtrate ditambahkan larutan FeCl3 0,5 M shingga larutan
menjadi biru kehitaman kemudian ditambahkan larutan H2SO4
pekat, terbentuk endapan coklat.

Penentuan Kadar Tanin


Prosedur Kerja :
Ditimbang 1,5 gr tanin, kemudian dimasukkan kedalam
gelas piala 100 ml lalu ditambahkan air 50 ml. dipanaskan pada
suhu 40 60C selama 30 menit. Setelah dingin larutan disaring ke
dalam labu ukur 250 ml, lalu ditambahkan dengan air sampai
tanda garis.
Dari larutan di atas diambil 25 ml dimasukan kedalam
Erlenmeyer ditambahkan 20 ml larutan indigocarmin kemudian
dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N, tiap kali penambahan
sebanyak 1 ml KMnO4 hingga warna berubah dari biru menjadi
hijau selanjutnya titrasi dilakukan tetes demi tetes hingga warna
hijau menjadi warna kuning emas. Misalnya diperlukan volume
titran A ml.
Penetapan blanko dilakukan dengan memipet 20 ml larutan
indigocarmin kedalam erlemneyer dan ditambahkan air lalu
dititrasi seperti contoh di atas. Misalnya diperlukan volume titran B
ml.

Kadar tanin dapat di hitung dengan


menggunakan rumus sebagai berikut:

% Tanin = 10 (A-B) x N x 0,00416 x 100%


Sampel (g)

Keterangan :
A = Volume titrasi tanin (ml)
B = Volume titrasi blanko (ml)
N = normalitas KmnO4 standar (N)
10 = factor pengenceran
1 ml KmnO4 0,1 N : setara 0,00416 gram
tanin

Cara 2 :
Metode Penetapan Kadar Tanin
Kadar tanin dapat ditetapkan dengan
menggunakan berbagai macam metode.
Metode yang biasanya digunakan untuk
menentukan kadar tanin total adalah sebagai
berikut :
1.Metode Gravimetri
Analisis
dengan
menggunakan
metode
gravimetri adalah cara analisis kuantitatif
berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya.
Reagen atau pereaksi yang ditambahkan
adalah berlebih untuk menekan kelarutan
endapan.
2.Metode volumetri/permanganometri
Berdasarkan
reaksi
kimianya,
metode
volumetri dikelompokkan menjadi 4 jenis
reaksi, yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks,
reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan
kompleks.

3.Metode Kolorimetri
Contoh metode penetapan kadar tanin dari
sebuahpaper,
misalnya
dengan
menggunakan metode kolorimetri dalam
menentukan jumlah tanin total pada daun Jati
Belanda, menggunakan pereaksi biru prusia.
Prinsipnya yaitu reaksi reduksi senyawa besi
(III) menjadi senyawa besi (II) oleh tanin
membentuk warna biru-hitam selanjutnya
dengan penambahan pereaksi biru prusia,
akan membentuk suatu kompleks berwarna
biru tinta yang dapat diukur menggunakan
spektrofotometer pada daerah sinar tampak.
Reaksi yang teradi adalah sebagai berikut :
Fe3+ + tanin Fe2+
Fe2+ + K3Fe(CN)6 3KFe[Fe(CN)6]
Kompleks yang terbentuk berwarna biru tinta.

Identifikasi Senyawa Tanin


Dalam melakukan identifikasi senyawa tanin dari suatu
tanaman, dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Untuk menganalisam secara kulitatif senyawa tanin, dapat
dilakukan dengan metode sebagai berikut:
Memberikan larutan FeCl3 yang berwarna biru tua / hitam
kehijauan.
Menambahkan Kalium Ferrisianida yang ditambahkan
dengan amoniak berwarna cokelat.
Mengendapkan dengan garam Pb, Sn, Cu, dan larutan
Kalium Bikromat berwarna cokelat
Untuk menganalisis senyawa tanin secara kuantitatif dapat
diguanakan metode sebagai berikut :
Metode analisis berdasarkan gugus fungsinya.
Dengan menggunakan kromatografi, seperti HPLC dan UVVis.
Metode analisis fenol secara umum, menggunakan pereaksi
blue prussian dan pereaksi Folin.
Metode presipitasi dengan menggunakan protein.

Cara 3 :
Uji Kualitatif
Ke dalam gelas kimia dimasukkan sebanyak 0,5
gram serbuk sampel, kemudian ditambahkan 20 mL
aquades laludididihkan dan disaring. Setelah itu0,5
mLfiltratditambahkan ferriklorida 0,1% dan diamati
terjadinya perubahan warna.
Uji Kuantitatif
Sebanyak
500
mgsampeldimasukkan
ke
dalamErlenmeyer,
lalu
ditambahkan
50
mL
aquades,diaduk dengan menggunakan pengocok
mekanik selama 1 jam. Setelah itu larutan disaring
dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan
ditambahkan air hingga tepat tanda batas. Kemudian
dipipet 5 mL filtrat ditambah 0,8 mL kalium
heksasianoferrat(III) 0,008 M dalam 0,1 N asam
klorida dan 0,8 mL ferriklorida 0,1 M dalam 0,1 N
asam klorida.Kemudian didiamkan,setelah itu diukur
serapannya dengan menggunakan spektrofotometer
ultraungu-tampak pada panjang gelombang 420 nm.

Mekanisme Keracunan dan


Efek yang Ditimbulkan
oleh Tannin terhadap Ternak

Tannin : mekanisme pertahanan tanaman untuk melawan patogen,


herbivora dan gangguan pada lingkungan
Pada umumnya tannin bersifat negatif ketika dikonsumsi. Tannin ini
menimbulkan rasa tidak enak jika dikonsumsi dan dapat memperlambat
respon terhadap antinutrisi atau efek racun.
Tannin berpengaruh negatif terhadap konsumsi, kecernaan pakan dan
efisiensi produksi ternak. Pengaruh ini tergantung pada kandungan dan
tipe tannin serta toleransi ternak, hal ini tergantung pada karakter
seperti tipe saluran pencernaan, tingkah laku makan, ukuran badan
dan mekanisme detoksifikasi.
Lokasi aksi tannin :
-Oral cavity (rongga mulut), penguyahan pakan dan bertemunya protein
dan karbohidrat dengan tannin
-Rumen dan gastrointestinal tract lumen, pemutusan ikatan kompleks
tannin dengan protein pakan dan protein metabolik (e.g. bakteri, enzim,
sel epitel)

Mekanisme

tannin terhadap pengaruh daya cerna dapat dipahami dengan


kemampuan tannin untuk membentuk ikatan kompleks dengan protein.
Tannin akan membentuk ikatan kompleks dengan protein dengan menghambat
protein endogenous seperti protein enzim (Kumar dan Singh, 1984).
Kompleks tannin-protein terlibat dalam pengikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik.
Pengendapan kompleks tannin-protein tergantung pada pH, kekuatan ion dan
ukuran molekul tannin.
Pengendapan dan gabungan fenolik tannin menyebabkan peningkatan endapan
dengan meningkatkan ukuran molekul tannin (Kumar dan Horigome, 1986).
Akan tetapi, ketika berat molekul sangat besar (>5000), tannin menjadi tidak
larut dan kehilangan kemampuannya untuk mengendapkan protein.
Oleh karena itu, ukuran dari profil fenolik menentukan total fenol, padatan
tannin, kemampuan pengendapan protein dan tingkat polimerisasi menjadi
sangat penting untuk mengetahui pengaruh tannin terhadap pemanfaatan
nutrisi pada ruminansia (Kumar, 1983; Lowry, 1990).
Tannin pada daun tanaman terletak pada NDF dan ADF, di mana pada jumlah
yang signifikan menyebabkan terbentuknya ikatan yang kuat pada dinding sel
dan protein sel sehingga menyebabkan penurunan kecernaan ( Reed et al,
1990).

Tannin dan Toksisitas


Tannin terhidrolisa dan condensed tannin membentuk kompleks
larut reversibel dengan protein, CT yang lebih luas pada tanaman,
lebih stabil dan kurang rentan terhadap hidrolisis dibandingkan HT.
HT biasanya sangat beracun untuk non-ruminansia, tetapi kurang
beracun untuk ternak ruminansia karena dapat terdegradasi oleh
hidrolisis asam atau enzimatik dalam rumen, dan fenol yang
diserap diekskresikan dalam urin sebagai glucuronidase.
Toksisitas HT biasanya dikaitkan dengan tingkat konsumsi yang
melebihi kapasitas rumen untuk degradasi, dan HT yang diserap
dapat menyebabkan hati dan nekrosis ginjal, sakit kuning, fotosensitisasi dan kematian pada kasus yang berat. Efek racun dari CT
kurang dipahami dengan baik, tetapi umumnya mengikat protein
tanaman dan karbohidrat dinding sel (Van Soest et al. 1986)
menurunkan kecernaan biasanya protein dan terkadang serat.

Konsumsi
Tannin akan menurunkan konsumsi dengan mengurangi palatibilitas
dan berefek negatif terhadap kecernaan
-Palatibilitas menurun karena tannin adalah astringent. Astrigency
adalah sensasi yang disebabkan oleh formasi kompleks antara tannin
dan salivary glicoprotein. Palatibilitas yang turun menekan konsumsi
dan berpengaruh terhadap produksi
-Kecernaan menurun karena avaibilitas nutrisi pakan menurun

Kecernaan Pakan
Kondensed tannin tidak diserab dalam saluran pencernaan. Tannin bebas dan bentuk
kompleksnya tertinggal di rumen, menurunkan protein dan kecernaan fraksi serat.
Kecernaan karbohidrat
-Tannin menurunkan kec. BO dan serat
-Kecernaan menurun disebabkan oleh interaksi tannin dengan enzim selulosa dan
bakteri rumen
-Rendahnya kecernaan di rumen adalah kompensasi dari tingginya protein yang bebas
dari rumen
Kecernaan protein
-Kecernaan protein menurun hebat ketika tannin berada dalam bahan pakan
-Condenced tannin menyebabkan protein berikatan kuat dengan dinding sel tanaman
dan berpengaruh negatif terhadap kecernaan. Setelah dicerna, condensed tannin akan
membentuk ikatan komplek detergent insoluble tannin-protein . Hal ini menyebabkan
NDIN dan ADL dikeluatran bersama feses
-Tannin yang meningkat menyebabkan peningkatan ekskresi nitrogen
-Meskipun
terjadi penurunan kecernaan apperent nitrogen, peningkatan retensi
nitrogen sebagai hasil dari penurunan ekskresi urin
-Tannin larut memainkan peranan dalam menentukan efisiensi tannin dalam mengikat
protein dan serat. Jika rasio soluble lebih tinggi dibandingkan dengan insoluble,
kecernaan protein lebih efektif dibandingkan kecernaan serat. Jika rasio sama rendah,
kecernaan serat sangat efektif

Keracunan pada Mikroorganisme


Keracunan tannin pada m.o rumen pada beberapa
spesies bakteri, yaitu Streptococcus bovis, Butyvibrio
fibrosolvens,
Fibrobacter
succinogenes,
Prevotella
ruminicola, and Ruminobacter amylophilis
-3 mekanisme keracunan yang telah diidentifikasi, yaitu
penghambatan enzim dan pengurangan substrat, beraksi
pada membran serta pengurangan ion metal
-Tannin menginduksi perubahan morfologi pada beberapa
spesies bakteri rumen
-Mekanisme pertahanan m.o, yaitu mensekresikan ikatan
polimer, sintesis tannin resisten enzim dan biodegradasi
tannin

Keracunan pada Ruminansia


Hydrolizable tannins
Hydrolizable tannins, racun bagi ruminansia
Metabolisme mikroba dan pencernaan lambung merubah HTs menjadi berat moleku
rendah sehingga dapat diserab sehingga bersifat racun
-Luka yang terkontaminasi dengan racun HT adalah hemorrhagic gastroenteritis, necrosis
pada liver, and kerusakan ginjal dengan proximal tuberal necrosis
-Tingkat mortilitas dan morbiditas yang tinggi telah diteliti pada domba yang memakan
oaks dan spesies lainnya dengan lebih 20% HT
Protanthocyanidins/ Condensed Tannin
Racun dari PA sulit untuk dipisahkan dari proses pencernaan protein dan karbohidrat
-PAs sulit untuk diserap oleh saluran pencernaan
-PAs dapat merusah mukosa saluran pencernaan, menurunkan absorbsi nutrisi
-PAs dapat menurunkan absorbsi asam amino esensial., seperti lisin dan metionin.
Penurunan avaibilitas metionin dapat meningkatkan keracunan glikosida sianogen
karena metionin sebagai detoksifikasi sianida melalui perubahan methylation menjadi
thiocyanate.

Keracunan pada Monogastrik


Ransum ternak dengan level tannin di bawah 5% menunjukkan :
-Penurunan rata-rata pertumbuhan
-Menurunkan pemanfaatan protein
-Merusak dinding mukosa saluran pencernaan
-Perubahan pada ekskresi
-Peningkatan ekskresi protein dan asam amino
Pada unggas, sedikit tannin dalam ransum berpengaruh merugikan
-level 0.5-2.0% dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan dan produksi telur
-Level 3-7% dapat menyebabkan kematian
Pada angsa, efek bahaya tannin yang sama telah ditemukan

Methods of detoxifying tannins


Dalam rangka untuk
menonaktifkan atau mengurangi
anti - nutrisi dalam pakan non konvensional , beberapa metode
pengolahan yang sederhana telah
diusulkan yang akan
mempengaruhi kandungan anti
nutrisinya ( Babour et al , 2001;
Farran et al , 2001) . Strategi ini
secara luas diklasifikasikan sebagai
metode fisik dan kimia .

07/14/16

Metode fisika
Cooking (Pemasakan/perebusan)
Mbajuwa (1995), melaporkan bahwa dengan perebusan dapat menurunkan kandungan tannin dengan cara
menginaktifkan aktifitas tannin. Ogundipe et al. (2008) menunjukan bahwa 71.91% kandungan tannin
dapat di turunkan dengan perebusan selama 30 menit.

Soaking (perendaman dengan air)


Ayenor (1985), Marfor and Oke (1988) and Iyayi and Losel (1999) merekomendasi metode pemrosesan
dengan cara soaking dapat menurunkan tannin pada non-conventional legume dan jenis jenis sereal.
Ahamefule and Odemelam (2008) melaporkan dengan perendaman selama 24 jam menunjukan hasil
terbaik untuk menurunkan kandungan sianida dan tannin pada bahan pakan.
Germination (Sprouting)/ menumbuhkan
Germination (Sprouting) di disebutkan adalah perlakuan yang sangat efektif untuk mengurangi antinutritional factors pada bahan pakan ternak.
berdasarkan Esonu et al. (1998), Sprouting menginisiasi 3 bentuk perubahan kimia pada biji yaitu; 1.
memutus beberapa ikatan kimia 2. mentransport mineral mineral ke barbagai bagian lain contoh dari
endosperm ke embrio, atau dari katiledon untuk menunjang pertumbuhan; 3. adanya hasil sintesis baru
yang berasal dari pemutusan ikatan kimia.
Rooney (2004) melaporkan bahwa adanya penurunan condensed tannin selama masa perkecambahan.

07/14/16

lanjutan....

Autoclaving
Abeke and Otu, 2008 menyebutkan bahwa pengukusan adalah perlakuan yang paling
efektif untuk menghilangkan zat anti nutrisi dalam bahan pakan.
Toasting/roasting (Memanggng)
(Akpodiete et al.,2001) melaporkan bahwa Toasting effektif untuk menurunkan faktor
anti nutrisi biji kacang kedelai yang di berikan pada broiler.
pumpkin pod husk yang diberikan perlakuan dengan Toasting dapat meningkatkan
performa dan tidak berpengaruh pada palatabelitasnya.

07/14/16

Dehulling (pengupasan kullit)


tannin dapat di hilangkan atau di netralisir dengan cara Dehulling (Edwards and
Duthie, 1973; Marquardt et al., 1977; Ward et al., 1977)
Bressani (2002) melaporkan bahwa dehulling dapat meningkatkan kualitas protein
dari Phaseolus vulgaris. yang diperkirakan tannin yang menyebabkan terganggunya
pencernaan protein hilang dengannya.

methode kimia

Addition of tallow (fat)


Douglas et al. (1988) melaporkan bahwa sorgum memiliki nilai Apparent Metabolizable Energy (AME) yang
rendah dan kandungan tannin yang tinggi 13.4 dan 11.9 mg/kg maka nilai AME dapat ditingkatkan dengan
penambahan lemak hewan.
Use of Tannin Biding Agents (TBAs) (menggunakan agen pengikat tannin)
penambahan Tannin Biding Agents (TBAs) seperti arang aktif, Polyvinyl Polypyrrolidone (PVPP), Compound
Polyethylene Glycol (CPEG) dapat menghilangkan pengaruh tannin yang mengikat protein (Jones and Mangan,
1977).
Jones and Mangan (1977) melaporkan bahwa pemberian zat kimia tertentu dapat memutuskan ikatan tanin yang
mengikat mineral mineral pada bahan pakan seperti polyethylene Glycol-4000

Use of enzymes

Urea treatment
Udedibie et al. (1994) melaporkan bahwa pemberian urea pada ransum yang mengandung jackbean yang
mengandung tannin dapat toleransi hingga 20 %.

07/14/16

Use of wood ash (Penggunaan abu kayu)


Etiegni and Campbell (1991) menyebutkan bahwa abu kayu digunakan oleh orang orang uganda untuk
menghilangkan tannin pada sorgum
Kyarisiima et al. (2004) menyebutkan bahwa perendaman sorgum pada ekstrak abu kayu sangat efektif untuk
menurunkan kandungan tannin tanpa menurunkan kandungan nutrisinya.

Cara pemanenan

07/14/16

beberapa penelitian menyimpulkan bahwa


kandungan terbanyak tannin adalah pada bagian
daunnya oleh karena itu managemen pemanenan
butuh di perhatikan, pemanenan yang tepat
adalah di saat kandungan tannin pada daun
terendah

contoh penggunaan bakteri


(penggunaan bakteri pendegradasi tannin dari ternak ruminansia Indonesia)

Lima bakteri yang dapat menurunkan kadar tannin diisolasi dari


kambing yang di beri pakan kaliandra. Bakteri bisa tumbuh pada
Brain Heart Infusion medium yang mengandung 3 % asam tanat
atau 1 % tannin kental . Bakteri ini mampu mengurangi 52 % dari
konsentrasi asam tanat (dari 1 % menjadi 0,48 % ) dalam medium
selama 12 jam . Sementara itu, konsentrasi tannin berkurang 48%
( dari 0,5% menjadi 0,26 % ) dalam 72 jam in vitro . Berdasarkan
hasil eksperimen , dapat disimpulkan bahwa kambing Indonesia
memiliki bakteri yang mampu menurunkan condensed and
hydrolysable tannins dan inokulasi ke dalam kambing perlakuan
yang menggunakan pakan kaliandra bisa meningkatkan daya cerna (
in vitro ) dan bobot badan .

07/14/16

FERMENTASI
Contoh fermentasi menggunakan jamur tiram pada pod cacao
07/14/16

Wasalamualaikum, wr, wb
Thanks for attention

Você também pode gostar