Você está na página 1de 23

ANATOMI & FISIOLOGI

SINUS PARANASAL
Oleh :
Nadia Rizki Rahmawati, S.Ked
Rizqi Shabrina, S.ked
Kharisma Ridho, S.Ked

Pembimbing : dr. Iriana Maharani, Sp. THT-KL

Sinus Paranasal
Sinus paranasal adalah rongga yang berisi udara yang dilapisi oleh mukosa
nasal dan bermuara pada cavum nasi.
Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,
sehingga terbentuk rongga dalam tulang.
Secara klinis, sinus paranasal dibagi menjadi 2 kelompok :
1. Kelompok anterior : sinus maksila, frontal dan etmoid anterior. Sinus ini
bermuara pada meatus media lalu ke cavum nasi.
2. Kelompok posterior : sinus etmoid posterior yang bermuara pada meatus
superior dan sinus spenoid yang bermuara pada sphenoethmoidal
recess.

Sinus
Paranasal
Maksila

Frontal

Etmoid

Sfenoid

Probst et al, 2006

Fungsi
Air conditioning
Penahan suhu
Membantu keseimbangan kepala
Membantu resonansi suara
Peredam perubahan tekanan udara
Membantu produksi mukus

Sinus Maksila

Sinus Maksila
Merupakan sinus terbesar
Bentuk: piramid
Batas :
Anterior: permukaan fasial os
maksila (fosa kanina)
Posterior: permukaan infratemporal maksila
Medial: dinding lateral rongga
hidung
Superior: dasar orbita
Inferior: prosesus alveolaris dan
palatum

Sinus Maksila

Sinus Frontalis

Sinus Frontal
Kanan dan kiri biasanya tidak simetris, lebih besar
Bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk
Dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa
serebri anterior mudah terkena infeksi
Drainase melalui ostium yang terletak di resesus frontal, yang
berhubungan dengan infundibulum etmoid.

Sinus Frontal

Sinus Etmoid

Sinus Etmoid
Berongga-rongga, seperti sarang tawon yang terdapat dalam massa bagian lateral
os etmoid
Terletak di setengah atas dari dinding cavum nasi sisi luar
Anterior ethmoid cells Rongga sinus terletak di depan-bawah dari konka media
Posterior ethmoid cells: Rongga sinus terletak di belakang atas dari konka media
Batas:
Medial : Middle turbinate
Superior: Fovea ethmoidalis (Ant cranial fossa)
Posterior: Sphenoid sinus
Lateral: Lamina papyruses (orbit)

Sinus Etmoid
Muara anterior : infundibulum
Muara media

: meatus media, diatas bulla ethmoidalis

Muara posterior

: meatus superior

Di bagian terdepan sinus etmoid anterior


ada bagian yang sempit, resesus
frontal berhubungan dengan sinus
frontal
Di daerah etmoid anterior terdapat suatu
penyempitan infundibulum, tempat
bermuaranya ostium sinus maksila.

Sinus Etmoid

SINUS SPHENOIDALIS

(Fehrenbach dan Herring, 2012)

LETAK

Di dalam os sphenoid, di belakang sinus etmoid posterior.

BATAS

- Superior : Fossa cerebri media dan kelenjar hipofisis


- Lateral : Sinus cavernosus, a. carotis interna, fissura
orbitalis superior
- Inferior : Atap nasopharynx
- Posterior

UKURAN

: fossa cerebri posterior (sella turcica)

Tinggi 2 cm, kedalaman 2.3 cm dan lebarnya 1.7 cm.


Volume bervariasi dari 5-7.5 ml

VASKULARISASI

Cabang nasal dari A.Sphenopalatine dan A. Ethmoidalis


Posterior

INERVASI

- V.1 & V.2


- N. nasociliaris (cabang n. V.1) berjalan menuju n.
ethmoidalis posterior dan mempersarafi atap sinus
- Cabang n. sphenopalatina (V.2) mensarafi dasar sinus

EMBRIOLOGI

Belum berkembang hingga usia 3 tahun.


7 tahun pneumatisasi telah mencapai sella turcica.
18 tahun sinus sudah mencapai ukuran penuh.
(Ballenger, 2003; Soetjipto, 2007)

KOMPLEKS OSTEO-MEATAL
- Merupakan unit fungsional yang merupakan tempat ventilasi
dan drainase.
- Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung (meatus media),
ada muara-muara saluran dari:
-sinus maksila
-sinus frontal
-sinus etmoid anterior
- Terdiri dari infundibulum etmoid, prosesus uncinatus, resesus
frontalis, ostium sinus maksila dan sinus ethmoid anterior.

SISTEM MUKOSILIER

Suatu mekanisme pertahanan


lokal mukosa dengan cara
mengangkut partikel-partikel
asing yang terperangkap ke arah
nasofaring.
Terdiri dari dua sistem yang
bekerja simultan, yaitu gerakan
silia dan mukus.

Daftar Pustaka
Probst-Grevers-Iro, R. Basic Otorhinolaryngology. 2006. Thieme
Fehrenbach dan Herring. 2012. Illustrated Anatomy of the Head and Neck. Elsevier.
John J., Ballenger, MD. 2003. Ballerngers Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery. Edisi 16. Decker Inc.
Mangunkusumo E, Soetjipto D. 2007. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar HN.
Editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga-hidung-tenggorok. Edisi keenam. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI; 2007. 150-154
PL Dhingra. 2014. Diseases of Ear, Nose and Throat. 6th edition. India: Elsevier.

Terima Kasih

Você também pode gostar