Você está na página 1de 52

ASUHAN

KEPERAWATAN
INFEKSI PERNAPASAN

Definisi
Peradangan pada saluran napas, paru dan
pleura yang disebabkan oleh infeksi kuman
(mikroorganisme)
Ex: Sinusitis, faringitis, laringitis, bronkitis,
pneumonia, TB paru, pleuritis, dsb.

Tuberkulosis Paru
TB Paru adalah penyakit infeksi
pada jaringan parenkim paru yang
disebabkan oleh kuman
mikobakterium tuberkulosis.

Background

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi pembunuh nomor satu


di dunia. WHO memperkirakan 2 miliar orang menderita TBC laten,
dengan 3 juta orang di dunia meninggal tiap tahun karena TBC
WHO mengestimasi 8 juta orang menderita TB baru iap tahun, 95%
ada di negara berkembang. Dgn estimasi 2 juta orang meninggal tiap
tahunnya.
Estimasi antara th 2000 & 2020, diperkirakan mendekati 1 milyar
orang akan terinfeksi TBC, 200 juta akan menderita / sakit TBC, & 35
juta akan meninggal karena TBC.

Insidens TB didunia (WHO, 2004)

Lanjutan hal 5
MASALAH DI INDONESIA
Indonesia merupakan negara dgn pasien TB terbanyak ke-3 di dunia
setelah India & Cina. Diperkirakan pasien TB di Indonesia sekitar 10%
dari total jumlah pasien TB didunia.
Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) TB
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler
& penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor 1
dari golongan penyakit infeksi.
Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa
angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000
penduduk.

Lanjutan hal 6

Secara Regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia


dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu: 1) wilayah Sumatera angka
prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk; 2) wilayah Jawa dan
Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk; 3)
wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000
penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB
adalah 68 per 100.000 penduduk.
Mengacu pada hasil survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan
penurunan insiden TB BTA positif secara Nasional 3-4 % setiap
tahunnya.
Sampai tahun 2005, program Penanggulangan TB dengan Strategi
DOTS menjangkau 98% Puskesmas, sementara rumah sakit dan
BP4/RSP baru sekitar 30%.

Etiologi

TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular


dan kondisi yg optimal untuk penularan meliputi:
Kepadatan penduduk
Rendahnya personal hygiene
Rendahnya hygiene masyarakat
Peningkatan insidensi AIDS, TB menjadi problem tersendiri,
khususnya di negara-negara maju.
Estimasi dari populasi dunia (3.1 miliar) terinfeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium avium complex
berhubungan dgn AIDS & TB.
M tuberculosis is merupakan organisme yang tumbangnya lambat,
membutuhkan waktu 4-8 minggu utk tumbuh pd medium padat.

KUMAN & CARA


PENULARAN
TUBERKULOSIS
TBC adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tubeculosis,
sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ lain.
KUMAN TBC
Ditemukan pertama kali th 1882 oleh Robert Koch
Berbentuk batang
Tahan terhadap asam dan pewarnaan (BTA)
Cepat mati dgn sinar matahari langsung
Dapat hidup beberapa jam di tempat gelap dan
lembab, tahan bertahun-tahun di dlam lemari es
Dapat menjadi Dormant, tertidur lam selama
beberapa tahun

Lanjutan
CARA & RESIKO PENULARAN
Sumber penularan adalah pendrita TBC BTA positif
Proses penularan
Penderita batuk/bersin droplet di udara bertahan
beberapa jam dlm suhu kamar terhirup saluran
pernapasan orang lain menginfeksi paru dapat
menyebar ke organ lain
Daya penularan ditentukan oleh banyaknya kuman
dan derajat positif pemeriksaan dahak
Kemungkinan orang terinfeksi TBC ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut
Resiko penularan (Annual Risk of Tuberculosis
Infection / ARTI) 1 - 3 %

JENIS KUMAN
MYCOBACTERIUM TUBERCULOSAE COMPLEX:
M. Tuberculosae
Varian Asian
Varian African I
Varian African II
M. Bovis
MICOBACTERIA JENIS LAIN:
M. Kansasii
M. Avium
M. Intra Cellulare
M. Scrofulaceum
M. Malmacerse
M. Xenopi

Penularan & prognosis

Pencegahan

Patogenesis
TUBERKULOSIS PRIMER

Batuk/bersin droplet nuclei udara (1-2 jam) inhalasi


jalan napas/paru dihadapi pertama kali oleh neutrofil
kemudian makrofag kebanyakan mati & dibersihkan dari
trakheobronkial
Bila kuman menetap di paru kembang biak dlm
sitoplasma makrofag pneumonia TBC fokus primer
(Ghon) peradangan saluran getah bening pembesaran
kelenjar getah bening kompleks primer (proses 3-8
minggu).
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi:
- Sembuh tanpa cacat
- Sembuh dgn sedikit bekas garis-garis fibrotik, kalsifikasi
di hilus
- Berkomplikasi dan menyebar scr: per kontinuatum,
bronkogen,
limfogen dan hematogen

Cont patogenesis
TUBERKULOSIS SEKUNDER
Kuman Dormant (TBC primer) Infeksi endogen
TBC Dewasa Sarang dini TBC pada regio atas
paru (apikal-posterior lobus superior atau inferior)
Tuberkel Invasi parenkim paru
TBC sekunder dpt berasal dari infeksi eksogen,
tergantung dari jumlah kuman, virulensi dan
imunitas pasien. Sarang dini ini dpt menjadi:
1. Diresorbsi dan sembuh tanpa cacat
2. Sarang meluas Granuloma menghancurkan
jaringan ikat sekitar dan bagian tengah nekrosis
kaseosa (perkejuan) dibatukan keluar kavitas
dpt menjadi sarang pneumonia baru, memadat &
membungkus diri menjadi tuberkuloma, bersih dan
menyembuh.

Tanda & Gejala


GEJALA UTAMA
Batuk terus menerus selama 3 minggu atau lebih
GEJALA TAMBAHAN
Dahak bercampur darah
Batuk darah (hemoptoe)
Sesak napas dan nyeri dada
Badan lemah, anoreksia, BB menurun dan malaise
Berkeringat malam hari
Demam subfebril lebih dari sebulan

Pemeriksaan penunjang &


Komplikasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Periksa dahak sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) BTA
Darah rutin
Tes Tuberkulin
Radiologi
KOMPLIKASI
- Pleuritis
Efusi pleura
- Empiema
Laringitis
- Menjalar ke organ lain
Pneumothoraks
- Bronkiektasis
Insufisiensi
kardiopulmonar
- Hemoptisis berat
Kolaps lobus paru
- ARDS
Obstruksi jalan napas

Alur Diagnosis TB paru

Sistem skoring (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang TB

Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kesehatan
- Riwayat gangguan immune
- Riwayat gizi
- Riwayat penggunaan obat-obat
immunosupresan
- Riwayat infeksi pernapasan
- Riwayat penyakit kronis: DM, GGK, dsb
- Riwayat penyulit: hemaptoe, efusi pleura, dsb
- Riwayat merokok
- Lingkungan rumah dan kerja
- Riwayat keluarga penderita TBC
- Pengetahuan pasien dan keluarga

Cont pengkajian
2.Pemeriksaan fisik
- Konjungtiva atau tubuh pucat
- Demam
- Badan kurus dan BB menurun
- Perubahan postur tubuh
- Perkusi redup pd infiltrat dan hipersonor pada
kavitas luas
- Auskultasi suara bronkial, vesikuler melemah
- Ronki basah, kering dan nyaring
- Pekusi dapat ditemukan suara redup (efusi
pleura) atau
hipersonor (pneumotoraks)
- Retraksi dada
- Batuk, hemaptoe, nyeri dada dan sesak napas
- Sputum kental purulen
- Tanda-tanda komplikasi

Cont pengkajian
3. Pemeriksaan penunjang
- BTA (SPS) +
- Tuberkulin +
- Radiologi : TBC aktif, kavitas,
infiltrat
- Darah rutin: Hb , leukosit , LED
- Test fungsi paru (spirometri)

Diagnosis keperawatan
1.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
kerusakan parenkim paru yang luas
2.Bersihan/jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan akumulasi sekret dan kelemahan
3.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kolaps paru
4.Intoleransi aktivitas b.d sesak napas / hipoksemia
5.Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan untuk menghindari
penularan
6.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
7.Kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan
pencegahan pasien TBC berhubungan dengan
kurangnya informasi

Intervensi keperawatan
1.Kaji frekwensi, pola dan suara napas
2.Monitor tanda-tanda vital, AGD, dan kesadaran
3.Encerkan dahak dgn:
* Rehidrasi cairan 45-50 ml/Kg BB/hari, kecuali
kontraindikasi
* Inhalasi / aerosol
* Kolaborasi ekspektoran dan agen mukolitik
4.Keluarkan dahak dgn latihan batuk efektif
5.Fisioterapi dada
6.Latihan napas dalam
7.Posisi tidur semi fowler/fowler/orthopnea

Cont intervensi
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Berikan oksigen sesuai kebutuhan


Perawatan WSD pada komplikasi EP atau
Pneumotoraks sesuai indikasi
Batasi aktivitas / bedrest
Pemenuhan kebutuhan ADL
Tingkatkan asupan nutrisi dgn diet TKTP
Isolasi pernapasan
Monitor BB / hari
Monitor lab: hb, leu & x-ray
Ajarkan ttg proses penularan TBC dan cara
pencegahannya (HE)
Kolaborasi OAT
Pantau efek samping OAT

Jenis OAT
1. Isoniasid (H)
Dikenal dgn INH, bakterisid, membunuh 90%, efektif
thd kumansedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg
BB, dosis intermiten 3 kali seminggu 10 mg/kg BB.
2. Rifampisin (R)
Bakterisid, membunuh kuman semi dormant. Dosis 10
mg/kg BB utk harian dan intermiten 3 kali seminggu.
3. Pirazinamid (Z)
Bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel
dgn suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg BB,
intermiten 3 kali seminggu 35 mg/kg BB
4. Streptomisin (S)
Bakterisid. Dosis harian dan intermiten 3 kali seminggu
15 mg/kg BB, utk usia sampai 60 tahun 0,75 gr/hari, >
60 tahun 0,5 gr/hari
5. Etambutol (E)
Bakteriostatik. Dosis harian 15 mg/kg BB, intermiten 3
kali seminggu 30 mg/kg BB.

Jenis, sifat & dosis OAT

Katagori OAT

Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Lanjutan
PADUAN OAT DI INDONESIA
Katagori 1:
Diberikan pada:
2HRZE / 4H3R3
- Penderita baru TBC, BTA +
2HRZE / 4HR- Penderita TBC, BTA +, Ro 2HRZE / 6 HE
- Penderita TBC ekstra paru berat
Katagori 2:
- Penderita kambuh (relaps)
2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
- Penderita gagal
(failure)
2HRZES / HRZE / 5HRE - Penderita lalai (efter default)
Katagori 3:
2HRZ / 4H3R3
- Penderita baru BTA -, Ro +
2HRZ / 4 HR - Penderita ekstra paru ringan
2HRZ / 6HE

Efek samping OAT


1.
Isoniasid
Berat: hepatitis (0,5%), hentikan obat sampai ikterus
membaik
Ringan: tanda keracunan syaraf tepi kesemutan,nyeri
otot, ggn kesadaran. Berkurang dgn pemberian vit B6 510 mg/hari atau vit B kompleks; kelainan menyerupai
defisiensi piridoksin; kelainan kulit.
2.Rifampisin
Berat: hepatitis (jarang), pengobatan dihentikan &
diulang bila hepatitis sembuh; sindrom respirasi (sesak
napas); purpura,anemia hemolitik, syok dan gagal ginjal
Ringan: sindrom kulit spt gatal-gatal kemerahan;
sindrom flu berupa demam, menggigil, nyeri tulang;
sindrome perut berupa nyeri perut, mual, muntah,
kadang-kadang diare.

Efek samping OAT


3.

4.

5.

Pirazinamid
Berat: hepatitis; nyeri sendi (Atritis Gout)
Ringan: reaksi hipersensitifitas demam,mual,
kemerahan dan reaksi kulit.
Streptomisin
Berat: kerusakan syaraf kranial ke-8
(keseimbangan & pendengaran); reaksi
hipersensitifitas spt demam, skit kepala, muntah
dan eritema dosis dikurangi.
Ringan: reaksi setempt pd beks suntikan,
kesemutan sekitar mulut dan telinga mendenging,
dosis dikurangi.
Etambutol
Berat: keracunan okuler berupa gangguan
penglihatan dan buta warna merah dan hijau;
reaksi hipersensitifitas, obat dihentikan.

PNEUMONIA
Peradangan pada jaringan parenkim paru dan jaringan
sekitarnya yang disebabkan oleh infeksi
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana
pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi
oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau
parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia
atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit
lainnya, seperti kanker paru-paru, aspirasi atau terlalu banyak
minum alkohol.

Patofisiologi
Infeksi kuman
ISPA
Paru
Inflamasi
Hipersekresi

Edema
Obstruksi

Retriksi/ggn difusi
Hipoksemia
Hiperkapnia

Konsolidasi

Tanda dan Gejala


Demam (39-40o C) dan menggigil.
Batuk dgn dahak kental berwarna kuning, hijau atau
mungkin mengandungi darah (mukus dikeluarkan dari paruparu)
Nyeri dada terutama ketika batuk atau sewaktu menarik
nafas dalam
Bernafas dengan cepat dan pendek
Kelesuan yang jauh teruk dari yang anda sangkakan.
Berkeringat dan muka kelihatan merah
Hilang selera makanm mual dan muntah
Kekakuan sendi dan otot (jarang)
Retraksi dada & napas cuping hidung
Ronki basah (rales)

Pengkajian Keperawatan
1.

Riwayat kesehatan
- Riwayat gangguan immune
- Riwayat gizi
- Riwayat penggunaan obat-obat
immunosupresan
- Riwayat infeksi pernapasan (ISPA)
- Riwayat penyakit infeksi lain spt : infeksi
telinga, dsb
- Riwayat aspirasi
- Riwayat tindakan invasif pada saluran napas
- Riwayat kontak dengan unggas/ternak
- Riwayat penyakit kronis: DM, GGK, dsb
- Riwayat merokok
- Lingkungan rumah dan kerja
- Riwayat keluarga penderita TBC
- Pengetahuan pasien dan keluarga

Cont pengkajian
2.

Pemeriksaan fisik
- Suhu tubuh (demam tinggi)
- Mual, muntah dan selera makan menurun
- Perubahan postur tubuh
- Perkusi redup pd infiltrat dan konsolidasi
- Auskultasi suara bronkial, vesikuler melemah
- Ronki basah, kering dan nyaring
- Wheezing terdengar pada bronkopnemonia
- Retraksi dada, napas cuping hidung
- Batuk dan sesak napas
- Sputum kental purulen, mukoid
- Tanda-tanda komplikasi

Cont pengkajian
3. Pemeriksaan penunjang
- Kultur (biakan sputum)
- Khusus (virus)
- Radiologi : infiltrat, konsolidasi
- Darah rutin: leukosit , LED
- Test fungsi paru (spirometri)
- AGD

Diagnosis keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bersihan / jalan napas tidak efektif


berhubungan dengan akumulasi sekret
Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan kerusakan parenkim paru yang luas
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kolaps paru
Resiko tinggi penyebaran infeksi
berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk menghindari penularan
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
Gangguan aktivitas: ADL b.d kelemahan dan tirah baring
Kurangnya pengetahuan tentang perawatan
dan pencegahan pasien TBC berhubungan
dengan kurangnya informasi

Intervensi keperawatan
1. Kaji frekwensi, pola dan suara napas
2. Monitor tanda-tanda vital, AGD, dan kesadaran
3. Encerkan dahak dgn:
* Rehidrasi cairan 45-50 ml/kg BB/ hari, kecuali
kontraindikasi
* Inhalasi / aerosol
* Kolaborasi ekspektoran dan agen mukolitik
4. Keluarkan dahak dgn latihan batuk efektif
5. Fisiotherapi dada
6. Latihan napas dalam
7. Posisi tidur semi fowler/fowler/orthopnea

Cont intervensi
8. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
9. Batasi aktivitas / bedrest
10.Pemenuhan kebutuhan ADL
11.Tingkatkan asupan nutrisi dgn diet TKTP
12.Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi, vitamin &
mineral
13.Isolasi pernapasan untuk pneumonia menular spt:
H5N1, H1 N1
14.Monitor BB / hari
15.Monitor lab: leu, LED & x-ray
16.Kolaborasi untuk kultur dan pemmeriksaan khusus
lain
17.Ajarkan ttg proses penularan penyakit dan cara
pencegahannya (HE)
18.Kolaborasi pemberian antibiotik
19.Bila gagal napas siapkan intubasi & ventilator

Você também pode gostar