Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KEPERAWATAN
INFEKSI PERNAPASAN
Definisi
Peradangan pada saluran napas, paru dan
pleura yang disebabkan oleh infeksi kuman
(mikroorganisme)
Ex: Sinusitis, faringitis, laringitis, bronkitis,
pneumonia, TB paru, pleuritis, dsb.
Tuberkulosis Paru
TB Paru adalah penyakit infeksi
pada jaringan parenkim paru yang
disebabkan oleh kuman
mikobakterium tuberkulosis.
Background
Lanjutan hal 5
MASALAH DI INDONESIA
Indonesia merupakan negara dgn pasien TB terbanyak ke-3 di dunia
setelah India & Cina. Diperkirakan pasien TB di Indonesia sekitar 10%
dari total jumlah pasien TB didunia.
Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) TB
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler
& penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor 1
dari golongan penyakit infeksi.
Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa
angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000
penduduk.
Lanjutan hal 6
Etiologi
Lanjutan
CARA & RESIKO PENULARAN
Sumber penularan adalah pendrita TBC BTA positif
Proses penularan
Penderita batuk/bersin droplet di udara bertahan
beberapa jam dlm suhu kamar terhirup saluran
pernapasan orang lain menginfeksi paru dapat
menyebar ke organ lain
Daya penularan ditentukan oleh banyaknya kuman
dan derajat positif pemeriksaan dahak
Kemungkinan orang terinfeksi TBC ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut
Resiko penularan (Annual Risk of Tuberculosis
Infection / ARTI) 1 - 3 %
JENIS KUMAN
MYCOBACTERIUM TUBERCULOSAE COMPLEX:
M. Tuberculosae
Varian Asian
Varian African I
Varian African II
M. Bovis
MICOBACTERIA JENIS LAIN:
M. Kansasii
M. Avium
M. Intra Cellulare
M. Scrofulaceum
M. Malmacerse
M. Xenopi
Pencegahan
Patogenesis
TUBERKULOSIS PRIMER
Cont patogenesis
TUBERKULOSIS SEKUNDER
Kuman Dormant (TBC primer) Infeksi endogen
TBC Dewasa Sarang dini TBC pada regio atas
paru (apikal-posterior lobus superior atau inferior)
Tuberkel Invasi parenkim paru
TBC sekunder dpt berasal dari infeksi eksogen,
tergantung dari jumlah kuman, virulensi dan
imunitas pasien. Sarang dini ini dpt menjadi:
1. Diresorbsi dan sembuh tanpa cacat
2. Sarang meluas Granuloma menghancurkan
jaringan ikat sekitar dan bagian tengah nekrosis
kaseosa (perkejuan) dibatukan keluar kavitas
dpt menjadi sarang pneumonia baru, memadat &
membungkus diri menjadi tuberkuloma, bersih dan
menyembuh.
Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kesehatan
- Riwayat gangguan immune
- Riwayat gizi
- Riwayat penggunaan obat-obat
immunosupresan
- Riwayat infeksi pernapasan
- Riwayat penyakit kronis: DM, GGK, dsb
- Riwayat penyulit: hemaptoe, efusi pleura, dsb
- Riwayat merokok
- Lingkungan rumah dan kerja
- Riwayat keluarga penderita TBC
- Pengetahuan pasien dan keluarga
Cont pengkajian
2.Pemeriksaan fisik
- Konjungtiva atau tubuh pucat
- Demam
- Badan kurus dan BB menurun
- Perubahan postur tubuh
- Perkusi redup pd infiltrat dan hipersonor pada
kavitas luas
- Auskultasi suara bronkial, vesikuler melemah
- Ronki basah, kering dan nyaring
- Pekusi dapat ditemukan suara redup (efusi
pleura) atau
hipersonor (pneumotoraks)
- Retraksi dada
- Batuk, hemaptoe, nyeri dada dan sesak napas
- Sputum kental purulen
- Tanda-tanda komplikasi
Cont pengkajian
3. Pemeriksaan penunjang
- BTA (SPS) +
- Tuberkulin +
- Radiologi : TBC aktif, kavitas,
infiltrat
- Darah rutin: Hb , leukosit , LED
- Test fungsi paru (spirometri)
Diagnosis keperawatan
1.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
kerusakan parenkim paru yang luas
2.Bersihan/jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan akumulasi sekret dan kelemahan
3.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kolaps paru
4.Intoleransi aktivitas b.d sesak napas / hipoksemia
5.Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan untuk menghindari
penularan
6.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
7.Kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan
pencegahan pasien TBC berhubungan dengan
kurangnya informasi
Intervensi keperawatan
1.Kaji frekwensi, pola dan suara napas
2.Monitor tanda-tanda vital, AGD, dan kesadaran
3.Encerkan dahak dgn:
* Rehidrasi cairan 45-50 ml/Kg BB/hari, kecuali
kontraindikasi
* Inhalasi / aerosol
* Kolaborasi ekspektoran dan agen mukolitik
4.Keluarkan dahak dgn latihan batuk efektif
5.Fisioterapi dada
6.Latihan napas dalam
7.Posisi tidur semi fowler/fowler/orthopnea
Cont intervensi
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Jenis OAT
1. Isoniasid (H)
Dikenal dgn INH, bakterisid, membunuh 90%, efektif
thd kumansedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg
BB, dosis intermiten 3 kali seminggu 10 mg/kg BB.
2. Rifampisin (R)
Bakterisid, membunuh kuman semi dormant. Dosis 10
mg/kg BB utk harian dan intermiten 3 kali seminggu.
3. Pirazinamid (Z)
Bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel
dgn suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg BB,
intermiten 3 kali seminggu 35 mg/kg BB
4. Streptomisin (S)
Bakterisid. Dosis harian dan intermiten 3 kali seminggu
15 mg/kg BB, utk usia sampai 60 tahun 0,75 gr/hari, >
60 tahun 0,5 gr/hari
5. Etambutol (E)
Bakteriostatik. Dosis harian 15 mg/kg BB, intermiten 3
kali seminggu 30 mg/kg BB.
Katagori OAT
Lanjutan
PADUAN OAT DI INDONESIA
Katagori 1:
Diberikan pada:
2HRZE / 4H3R3
- Penderita baru TBC, BTA +
2HRZE / 4HR- Penderita TBC, BTA +, Ro 2HRZE / 6 HE
- Penderita TBC ekstra paru berat
Katagori 2:
- Penderita kambuh (relaps)
2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
- Penderita gagal
(failure)
2HRZES / HRZE / 5HRE - Penderita lalai (efter default)
Katagori 3:
2HRZ / 4H3R3
- Penderita baru BTA -, Ro +
2HRZ / 4 HR - Penderita ekstra paru ringan
2HRZ / 6HE
4.
5.
Pirazinamid
Berat: hepatitis; nyeri sendi (Atritis Gout)
Ringan: reaksi hipersensitifitas demam,mual,
kemerahan dan reaksi kulit.
Streptomisin
Berat: kerusakan syaraf kranial ke-8
(keseimbangan & pendengaran); reaksi
hipersensitifitas spt demam, skit kepala, muntah
dan eritema dosis dikurangi.
Ringan: reaksi setempt pd beks suntikan,
kesemutan sekitar mulut dan telinga mendenging,
dosis dikurangi.
Etambutol
Berat: keracunan okuler berupa gangguan
penglihatan dan buta warna merah dan hijau;
reaksi hipersensitifitas, obat dihentikan.
PNEUMONIA
Peradangan pada jaringan parenkim paru dan jaringan
sekitarnya yang disebabkan oleh infeksi
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana
pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi
oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau
parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia
atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit
lainnya, seperti kanker paru-paru, aspirasi atau terlalu banyak
minum alkohol.
Patofisiologi
Infeksi kuman
ISPA
Paru
Inflamasi
Hipersekresi
Edema
Obstruksi
Retriksi/ggn difusi
Hipoksemia
Hiperkapnia
Konsolidasi
Pengkajian Keperawatan
1.
Riwayat kesehatan
- Riwayat gangguan immune
- Riwayat gizi
- Riwayat penggunaan obat-obat
immunosupresan
- Riwayat infeksi pernapasan (ISPA)
- Riwayat penyakit infeksi lain spt : infeksi
telinga, dsb
- Riwayat aspirasi
- Riwayat tindakan invasif pada saluran napas
- Riwayat kontak dengan unggas/ternak
- Riwayat penyakit kronis: DM, GGK, dsb
- Riwayat merokok
- Lingkungan rumah dan kerja
- Riwayat keluarga penderita TBC
- Pengetahuan pasien dan keluarga
Cont pengkajian
2.
Pemeriksaan fisik
- Suhu tubuh (demam tinggi)
- Mual, muntah dan selera makan menurun
- Perubahan postur tubuh
- Perkusi redup pd infiltrat dan konsolidasi
- Auskultasi suara bronkial, vesikuler melemah
- Ronki basah, kering dan nyaring
- Wheezing terdengar pada bronkopnemonia
- Retraksi dada, napas cuping hidung
- Batuk dan sesak napas
- Sputum kental purulen, mukoid
- Tanda-tanda komplikasi
Cont pengkajian
3. Pemeriksaan penunjang
- Kultur (biakan sputum)
- Khusus (virus)
- Radiologi : infiltrat, konsolidasi
- Darah rutin: leukosit , LED
- Test fungsi paru (spirometri)
- AGD
Diagnosis keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Intervensi keperawatan
1. Kaji frekwensi, pola dan suara napas
2. Monitor tanda-tanda vital, AGD, dan kesadaran
3. Encerkan dahak dgn:
* Rehidrasi cairan 45-50 ml/kg BB/ hari, kecuali
kontraindikasi
* Inhalasi / aerosol
* Kolaborasi ekspektoran dan agen mukolitik
4. Keluarkan dahak dgn latihan batuk efektif
5. Fisiotherapi dada
6. Latihan napas dalam
7. Posisi tidur semi fowler/fowler/orthopnea
Cont intervensi
8. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
9. Batasi aktivitas / bedrest
10.Pemenuhan kebutuhan ADL
11.Tingkatkan asupan nutrisi dgn diet TKTP
12.Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi, vitamin &
mineral
13.Isolasi pernapasan untuk pneumonia menular spt:
H5N1, H1 N1
14.Monitor BB / hari
15.Monitor lab: leu, LED & x-ray
16.Kolaborasi untuk kultur dan pemmeriksaan khusus
lain
17.Ajarkan ttg proses penularan penyakit dan cara
pencegahannya (HE)
18.Kolaborasi pemberian antibiotik
19.Bila gagal napas siapkan intubasi & ventilator