Você está na página 1de 31

Masyhud

20030310056

BAB I

DEFINISI
Adenotonsilitis kronis adalah radang kronis
pada tonsila palatina dan adenoid.
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin waldeyer
terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat didalam rongga mulut, yaitu : tonsil
faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil
faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah),
tonsil tuba eustachius (lateral band dinding
faring/gerlanchs tonsil).
Definisi adenotonsilitis kronis yang berulang
terdapat pada pasien dengan infeksi 6x atau
lebih per tahun.

ANATOMI
1. Adenoid
Adenoid merupakan kumpulan jaringan limfoid sepanjang
dinding posterior nasofaring di atas batas palatum mole.
Adenoid terletak postero-superior dinding nasofaring di antara
basis tengkorak dan dinding belakang nasofaring pada garis
media. Permukaan bebasnya dilapisi epitel pseudo kompleks
kolumner bersilia, permukaan dalamnya tidak berkapsul.
Permukaan bebasnya mempunyai celah-celah (kripte) yang
dangkal seperti lekukan saja.
2. Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang terletak di fosa
tonsilaris pada kanan kiri orofaring. Batas fosa tonsilaris
adalah bagian depan plika anterior yang dibentuk oleh otototot palatoglosus dan bagian belakang plika posterior yang
dibentuk oleh otot palatofaringeus terdapat 3 macam tonsil
yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual
yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin
Waldeyer.

FUNGSI ADENOID DAN


TONSIL

Adenoid
Jaringan limfoid : normal membantu sistem

imunitas, bila terjadi infeksi kronis terjadi pengikisan


dan fibrosis dari jaringan limfoid.

Tonsil
Fungsi tonsil yang sesungguhnya belum jelas

diketahui tetapi ada beberapa teori yang dapat


diterima antara lain :
Membentuk zat-zat anti dalam sel plasma pada waktu

terjadi reaksi seluler.


Mengadakan limfositosis dan limfositolisis.
Menangkap dan menghancurkan benda-benda asing
maupun mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh
melalui mulut dan hidung.

ETIOLOGI

Penyebab yang tersering pada


adenotonsilitis kronis adalah bakteri
Streptococcus hemoliticus grup A,
selain karena bakteri tonsillitis dapat
disebabkan oleh virus.
Kadang-kadang tonsillitis dapat
disebabkan oleh bakteri seperti
spirochaeta, dan Treponema Vincent.

PATOGENESIS DAN
PATOFISIOLOGI
Adenoid merupakan kumpulan jaringan limfoid
di sepanjang dinding posterior dan nasofaring,
fungsi utama dari adenoid adalah sebagai
pertahanan tubuh, dalam hal ini apabila terjadi
invasi bakteri melalui hidung yang menuju ke
nasofaring, maka sering terjadi invasi sistem
pertahanannya berupa sel-sel leukosit.
Apabila sering terjadi invasi kuman maka
adenoid semakin lama akan membesar
sebagai kompensasi, maka dapat terjadi
hiperplasi adenoid, akibat dari hiperplasi ini
akan timbul sumbatan koana dan sumbatan
tuba eustachius.

Akibat sumbatan tuba Eustachius akan terjadi otitis


media akut berulang, otitis media kronik dan
akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif kronik.
Akibat hiperplasia adenoid juga akan menimbulkan
gangguan tidur, tidur ngorok, retardasi mental dan
pertumbuhan fisik berkurang.
Pada tonsillitis kronis karena proses radang yang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami
pengerutan sehingga kripte melebar.
Secara klinik kripte tampak diisi oleh detritus,
proses ini berjalan terus sampai menembus kapsul
dan terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris.

FAKTOR RESIKO

Faktor predisposisi tonsillitis kronis :


rangsangan kronis (rokok, makanan),
pengaruh cuaca,
pengobatan radang akut yang tidak adekuat,

dan
higiene mulut yang buruk.

Faktor predisposisi untuk adenoiditis kronik


sering terjadinya infeksi saluran nafas bagian

atas, yang dapat menimbulkan sumbatan koana


dan sumbatan tuba eustachius.

GEJALA KLINIS

Gejala adenotonsilitis kronis adalah sering sakit


menelan, hidung tersumbat sehingga nafas
lewat mulut, tidur sering mendengkur karena
nafas lewat mulut sedangkan otot-otot relaksasi
sehingga udara menggetarkan dinding saluran
nafas dan uvula, sleep apnea symptoms.
Facies adenoid : mulut selalu membuka, hidung
kecil tidak sesuai umur, kurang pendengaran
karena adenoid terlalu besar menutup torus
tubarius sehingga dapat terjadi peradangan
menjadi otitis media, rhinorrhea, batuk-batuk.

Pasien yang datang dengan keluhan


sering sakit menelan, sakit leher, dan
suara yang berubah, merupakan tandatanda terdapat suspek abses
peritonsiler.
Pada klinis didapat pembesaran tonsil
yang permukaannya tidak rata,
pelebaran kriptus, dan sebagian kripti
terisi oleh detritus.

DIAGNOSIS

Diagnosa ditegakkan berdasarkan :


Tanda dan gejala klinik
Pemeriksaan Rinoskopi anterior : untuk

melihat tertahannya gerakan palatum mole


pada waktu fonasi.
Pemeriksaan Rinoskopi Posterior.
Pemeriksaan ASTO.

TERAPI

Pada keadaan dimana terdapat


adenotonsilitis kronis berulang lebih dari 6
kali per tahun selama dua tahun berturutturut, maka sangat dianjurkan melakukan
operasi adenotonsilektomi dengan cara
kuretase.
Indikasi adenotonsilektomi :
Fokal infeksi
Keberadaan adenoid dan tonsil sudah

mengganggu fungsi-fungsi yang lain, contoh :


sakit menelan.

KOMPLIKASI
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah
perdarahan bila pengerukan adenoid kurang bersih.
Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi kerusakan
dinding belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral
maka torus tubarius akan rusak dan dapat
mengakibatkan oklusi tuba eustachius dan akan timbul
tuli konduktif.
Komplikasi adenoiditis kronik adalah : faringitis,
bronkitis, sinusitis kronik, otitis media akut berulang,
otitis media kronik, dan akhirnya terjadi otitis media
supuratif kronik.
Komplikasi Tonilitis kronik : Rinitis kronis, sinusitis,
otitis media secara perkotinuitatum, dan komplikasi
secara hematogen atau limfogen (endokarditis,
miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis,
furunkulosis).

BAB II

IDENTITAS PASIEN

Nama
: An. N
Umur
: 12 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Pandean, Suruh, semarang

ANAMNESA

Keluhan Utama
:
Tenggorokan sakit, dan sering sulit benafas

Riwayat Penyakit Sekarang :


Os mengeluh tenggorokan sakit, sering sulit bernafas
dan terasa ada yang mengganjal di tenggorokan.
Susah menelan, tetapi masih bisa makan nasi.
Keluhan ini hilang timbul sudah lebih dari satu tahun
ini. Os juga sering batuk dan pilek. Keluarga pasien
mengatakan bahwa os mudah mengantuk, juga
mengalami penurunan prestasi sekolah. Os sering
diperiksakan ke puskesmas. Saat ini Os tidak batuk
pilek, tidak demam, suara tidak serak, tidak panas,
dan tidak terasa gatal. Tidak ada keluhan pada telinga,
dan hidung

TENGGOROKAN
Keluhan
Sakit tenggorokan

Sakit waktu menelan

Rasa banyak dahak

Rasa ada yang menyumbat

Gatal

Batuk

Panas tenggorokan

Suara parau / serak

Mengorok

Susah menelan

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien mengaku keluhan ini sering hilang timbul. Riwayat
alergi disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada riwayat keluhan yang sama pada keluarga.
Tidak ada riwayat alergi.

RESUME ANAMNESIS
Os mengeluh tenggorokan sakit, sering sulit bernafas dan
terasa ada yang mengganjal di tenggorokan, susah
menelan,. Keluhan ini hilang timbul sudah lebih dari satu
tahun ini. Os juga sering batuk dan pilek. Os mudah
mengantuk, juga mengalami penurunan prestasi sekolah.
Os sering diperiksakan ke puskesmas. Saat ini Os tidak
batuk pilek, tidak demam, suara tidak serak, tidak panas,
dan tidak terasa gatal. Tidak ada keluhan pada telinga,
dan hidung

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Baik, CM


Berat badan
: 32 Kg
Vital Sign
: TD = 110/80 mmHg
N = 88x/menit, T = 36,9 0 C, RR = 20x/menit
Kepala & Leher
: Conjuctiva anemis ( - ),
Sclera ikterik ( - )
Thoraks
: DBN
Abdomen
: DBN
Ekstremitas
: DBN

STATUS LOKALIS

TELINGA
Telinga

Dekstra

Sinistra

Tragus Pain

Aurikula

DBN

DBN

DBN

DBN

Canalis Aurikularis
Discharge
Membran Timpani

HIDUNG
Hidung

Dekstra

Sinistra

Dorsum Nasi

DBN

DBN

Septum Nasi

DBN

DBN

Cavum Nasi

DBN

DBN

- Concha

- Mukosa

Discharge

Test Positional

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Test Provokasi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

MULUT & TENGGOROKAN


Mulut & Tenggorokan
Labialis

DBN

Palatum

DBN

Glossus

DBN

Ginggiva

DBN

Pharing

Hiperemis ringan

Tonsil

Hiperplasi kanan & kiri

Uvula

DBN

Lain lain

Kripta melebar
Adenoid hiperplasi

RESUME PEMERIKSAAN
Telinga

: tidak ada kelainan


Hidung
: tidak ada kelainan
Mulut & Tenggorokan :tonsil hiperplasi kanan dan
kiri, kripta melebar, adenoid hiperplasi

DIAGNOSIS KERJA
Adenotonsilitis kronis

DIAGNOSIS BANDING
Tonsilitis kronis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin :
AL
: 6, 5 x 103/L
(4,5 10)
AE
: 4, 59 x 106/L (L:4,5-5,5
Hb
: 12, 6 g/dl
(L:14-18
Ht
: 37, 9 %
(L:40-54
AT
: 248 x 103/L
(150-450)
Gol
:O
CT
: 300
(2-5)
BT
: 330
(3-5)
TERAPI
Adenotonsilektomi

P:4-5)
P:12-16)
P:38-47)

BAB III

Pada anamnesis penderita sering merasa sering


susah bernafas, terasa ada yang mengganjal,
susah menelan, tapi saat ini pasien masih bisa
makan nasi. Selain itu juga mengeluh sering
mengorok saat tidur. Keluhan ini hilang timbul
sudah lebih dari satu tahun ini. Pasien mengaku
sering sakit batuk pilek, dan selalu diperiksakan ke
puskesmas. Pasien menjadi mudah mengantuk,
dan mengalami penurunan prestasi sekolah. Saat
ini pasien tidak demam, batuk dan pilek. Keluhan
pada hidung dan telinga tidak ada. Pada
pemeriksaan tenggorokan di dapatkan tonsil yang
membesar kanan dan kiri, berwarna merah muda,
berbenjol-benjol, kripta melebar. Selain itu adenoid
juga membesar.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


fisik tersebut, maka kasus ini dapat
didiagnosis adenotonsilitis kronis.
Adenotonsilitis kronis adalah suatu massa
yang terdiri dari jaringan limfoid yang
terletak pada dinding posterior nasofaring
yang merupakan radang kronis, keadaan ini
hilang timbul dan sudah berlangsung lebih
dari 1 tahun.
Hal ini sudah sesuai dengan keadaan
pasien yaitu adanya gejala peradangan
adenoid dan tonsil, serta lamanya infeksi ini
berlangsung.

Penatalaksanaan pasien adalah dilakukan


adenotonsilektomi karena infeksi ini sudah
berulang terjadi, untuk mencegah
komplikasi yang lebih jauh. Prognosis
pasien ini baik karena terapi yang
dilakukan telah optimal. Hal ini sesuai
dengan tinjauan pustaka yang menyatakan
bahwa terapi yang sesuai dapat
menyembuhkan pasien secara tuntas dan
dapat mencegah kemungkinan terjadinya
komplikasi pada pasien.

Pemantauan perlu dilakukan untuk


mengetahui berhasil atau tidaknya
penanganan yang dilakukan. Edukasi
juga sangat penting dalam proses
penyembuhan adenotonsilitis kronis.

SEKIAN

Você também pode gostar