Você está na página 1de 20

ASSALAMUALAIKUM

KELOMPOK 3

MOCHAMMAD RANGGA

ANISA YUNINGSIH

RIMA NURAISAH

NISA NURANISA

SOPIAH

KESELAMATAN KERJA PADA


PEKERJA KONSTRUKSI
BANGUNAN

A. PENDAHULUAN
Kegiatan proses produksi manusia memegang peranan yang
sangatlah penting selain faktor mesin dan bahan baku.
Sebagaimana diketahui bahwa keselamatan kerja merupakan
suatu spesialisasi tersendiri, karena pelaksanaannya dilandasi
oleh peraturan perundang-undangan.
Perusahaan besar pada umumnya banyak mempekerjakan
karyawan dari berbagai lapisan dasar pendidikan dan
ketrampilan yang berbeda. Mengingat hal tersebut, pihak
perusahaan benarbenar memberikan latihan dan pendidikan
dalam peningkatan ketrampilan kerja agar supaya dalam
menjalankan tugasnya benarbenar mengerti cara
mengoperasikan serta menjalankan mesin, hal ini khususnya
pekerja yang mempunyai resiko kecelakaan kerja yang cukup
tinggi (Striaji, 2009). UU no 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan menjelaskan tentang pentingnya perlindungan
terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja.

Undang-undang tersebut didukung oleh UU no 1 tahun 1970 tentang


keselamatan kerja. UU no 1 tahun 1970 tersebut menjelaskan bahwa
pentingnya keselamatan kerja baik itu di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air, dan di udara di wilayah Republik
Indonesia.

Implementasi K3 diberlakukan di tempat kerja yang menggunakan


peralatan berbahaya, bahan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya),
pekerjaan konstruksi, perawatan bangunan, pertamanan dan berbagai
sektor pekerjaan lainnya yang diidentifikasi memiliki sumber bahaya
(Striaji, 2009). Menurut permenaker PER.05 / MEN / 1996 Bab I, salah
satu upaya dalam mengimplementasikan K3 adalah SMK3 (Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

SMK3 meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung


jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif penerapan, pencapaian, aman,
produktif. SMK3 merupakan upaya integratif yang harus
dilakukan tidak hanya dilakukan oleh pihak manajemen tetapi
juga para pekerja yang terlibat langsung dengan pekerjaan.
Perundang-undangan yang dihasilkan tentu saja harus selalu
diawasi dalam proses implementasinya.

Proses pengawasan tersebut diharapkan bisa menekan angka


kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
menghasilkan angka zero accident ( Anonim, 2009). Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha,
pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO
(International Labour Organisation), setiap tahun di seluruh dunia
2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja.
Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal.
Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang
mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena
penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk
bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan
kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan
penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25
triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Di Indonesia selama Januari-Maret 2008 terdapat 24.894 kasus
kecelakaan kerja sedangkan Januari-Maret 2009 terdapat 24.652
kasus kecelakaan kerja akibat konstruksi.

Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang


empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Di negaranegara berkembang, kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
terjadi di bidang-bidang pertanian, perikanan dan perkayuan,
pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan
pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode
keselamatan kerja mengakibatkan tingginya angka kematian yang
terjadi karena kebakaran dan pemakaian zat-zat berbahaya yang
mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak terungkap termasuk
kanker, penyakit jantung dan stroke. Masalah-masalah K3 merupakan
bagian penting dalam agenda ILO. Konperensi Perburuhan Internasional
pada tahun 2003 membicarakan standar-standar K3 sebagai bagian dari
pendekatan yang terintegrasi dan mencapai persetujuan mengenai
strategi K3 global yang menghimbau dilakukannya suatu aksi yang
jelas dan terpusat untuk mengurangi angka kematian, luka-luka dan
penyakit akibat kerja.

Untuk itu perlu dilakukan usahausaha guna melindungi para pekerja dalam
menjalankan pekerjaannya. Kecelakaan kerja akan berdampak negative bagi
perusahaan itu sendiri, dari masalah pembiayaan pengobatan karyawan, perbaikan
mesin yang rusak, kompensasi cacat apabila karyawan mengalami cacat tubuh,
bahkan terhentinya proses produksi. Untuk mengantisipasi halhal diatas
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja harus benarbenar diperhatikan oleh pihak
perusahaan, apabila dilaksanakan dengan baik akan membantu hubungan antara
tenaga kerja dengan kelancaran dan peningkatan hasil produksi perusahaan.
Perlindungan pekerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan
keselamatan, kesehatan, pemeliharaaan serta perlakuan bermaksud agar tenaga
kerja secara aman melakukan pekerjaaannya sehari-hari untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas nasional

LOKASI
Adapun lokasi atau tempat dimana saya melakukan observasi yaitu di UIN SUNAN
KALIJAGA, Yogyakarta.
WAKTU PENGAMATAN
Hari : Sabtu
Tanggal : 3 April 2010
Jam : 11.30
JUMLAH PEKERJA
Adapun umlah pekerja sewaktu saya melakukan kobservasi yaitu berjmlah 80 orang
LINGKUNGAN

B. BATASAN MASALAH
Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu
medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang sama
yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Istilah Hiperkes menurut
Undang Undang tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja yaitu lapangan
kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan dan mempertinggi derajat
kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan
tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang
memenuhi norma-norma hiperkes untuk mencegah penyakit baik sebagai akibat
pekerjaan, maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga
kerja. Sedangkan Kesehatan Kerja sendiri mempunyai pengertian spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial, dengan
usaha-usaha preventif & kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umum. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja &
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut
segenap proses produksi distribusi baik barang maupun jasa.

C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Penyebab Kecelakaan Kerja pada Proyek
Dapat ditinjau dari 3 faktor, yaitu:
Manusia
Lingkungan dan alat kerja
Peralatan keselamatan kerja
Pelaksana proyek harus memperhatikan ketiga faktor tersebut, dimana ketiga faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Manusia. Mengingat semakin meningkatnya persyaratan kerja dan kerumitan hidup,
manusia harus meningkatkan efisiensinya, dengan bantuan peralatan dan
perlengkapan, semakin canggih peralatan yang digunakan manusia, semakin besar
bahaya yang mengancamnya.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap tindakan manusia yang tidak aman (kecerobohan)
serta kondisi lingkungan yang berbahaya di lokasi proyek:
Pembawaan diri
Persoalan pribadi
Usia dan pengalaman kerja
Perasaan bebas dalam melaksanakan tugas
Keletihan fisik para pekerja

Lingkungan dan alat kerja. Kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan dalam mencegah
kecelakaan kerja, terutama yang disebabkan oleh:
Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya: suara bising yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan terganggunya konsentrasi pekerja
Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja, sehingga menurunkan efektivitas kerja
Cuaca (panas, hujan)
Peralatan keselamatan kerja. Berfungsi untuk mencegah dan melindungi pekerja dari kemungkinan
mendapatkan kecelakaan kerja. Macam-macam dan jenis peralatan keselamatam kerja dapat berupa:
Helm pengaman (safety helmet)
Sepatu (safety shoes)
Pelindung mata (eye protection)
Pelindung telinga (ear plugs)
Penutup lubang (hole cover)

Analisis Masalah dan Pembahasan


Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata K3 dilapangan belum sepenuhnya dilaksanakan dan
diterapkan. Antara lain masih banyak pekerja yang tidak menggunakan alat-alat keselamatan
kerja. Setelah dikonfirmasi pada penanggung jawab konstruksi ternyata dari para pekerjanya
yang memang tidak mau menggunakan alat-alat keselamatan kerja, Pihak pekerjanya juga
mengatakan bahwa mereka tidak terbiasa untuk menggunakan helm dan masker saat bekerja.
padahal dari pihak manajemen proyek sudah menyediakan alat-alat keselamatan kerja tetapi
walaupun sudah menyediakan peralatan kerja ternyata pihak manajemen hanya menyediakan 60
buah padahal pekerja yang ada disitu 80 orang, begitu juga dengan masker, kaca mata dan
safety beltnya. Tidak adanya sanksi dari pihak manajemen juga semakin membiarkan para
pekerja untuk tidak memperhatikan keselamatan mereka. Berarti disini salah satu faktor yang
menyebabkan yaitu karena kurang sadarnya mereka akan keselamatan dan kesehatan bekerja
dikonstruksi bangunan. Selain dari pihak pekerjanya sebenarnya yang paling berperan yaitu
dari pihak manajemennya sendiri. Seharusnya pihak manajemen sebagai pihak yang dilapangan
dan mengawasi kerja para pekerja dapat mengambil tindakan tegas kepada para pekerja, dengan
memberikan sanksi kepada mereka jika tidak menggunakan alat-alat keselamatan karena hal
tersebut walaupun sepele akan sangat berpengaruh sekali karena dapat mengurangi resiko
mereka akan kecelakaan karena kerja. Selain itu dari pihak manajemennya selain sebagai
pengawas juga harus memberikan sarana pada mereka dengan memberikan peralatan yang
sesuai dengan para pakerja, dan memperhatikan kesehatan para pekerja yaitu misalnya dengan
mengadakan pemeriksaan kesehatan rutin kepada para pekerja mengingat mereka bekerja berat.
Karena kadang tuntutan terhadap kewajiban kerja mereka terlalu tinggi daripada yang mereka
harapkan sebagai hak yang akan diterima.

Ruang lingkup pelaksanaan sebuah proyek konstruksi bangunan gedung mempunyai


potensi kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Mau ga mau. dalam perkembangannya,
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) yang dilaksanakan dalam upaya
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dalam pelaksanaannya semakin lama semakin
dibutuhkan Masih banyaknya kecelakaan kerja dibidang konstruksi hal tersebut karena:
Belum ada kepedulian dlm penerapan K3 di proyek konstruksi bangunan baik dr pihak
manajemen & tenaga kerja (dalam proyek pembangunan ).
Belum ada acuan peraturan atau pedoman utk penetapan anggaran biaya K3 di
konstruksi bangunan.
Korban kecelakaan dibidang konstruksi bangunan pada umumnya adalah tenaga kerja
harian lepas. (http//:K3/1.pengawasan-k3-bidang-konstruksi.html)

Salah satu dilema lain pada penerapan K3 di Indonesia yaitu rendahnya pengetahuan dan
penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja di sebuah proyek konstruksi
bangunan gedung adalah hal yang dihadapi oleh kalangan pekerja konstruksi di Indonesia.
(http://penyihir.blogspot.com/2006/02/kecelakaan-kerja-di-proyek-konstruksi.html)
Sementara Undang-undang yang saat ini mengatur aturan, kebijakan mengenai K3 sudah
lama sekali dan tidak disesuaikan dengan keadaan sekarang (Undang-undang Nomor 1
Tahun 1970), terutama dalam hal sangsi yang diberikan, Peraturan perundangan tersebut
dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,(seratus ribu rupiah). Padahal proyek-proyek pembangunan biasanya bernila ratusan juta
bahkan milyaran rupiah, tetapi denda dan sangsi yang diberikan tidak sesuai dengan resiko
nyawa oleh para pekerjanya. Salah satu langkah untuk lebih meminimalisasi angka
kecelakaan dalam sebuah proyek konstruksi bangunan gedung, adalah sebuah sistem
kontrol pada manajemen dan kualitas proyek secara menyeluruh (Total Quality
Management disingkat dengan TQM). Mulai dari pemilik proyek sampai pada manajemen
dan pelaksana proyek, melaksanakan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja secara
menyeluruh. Jadi disini diperlukan sebuah klausul kontrak atau kebijakan secara
menyeluruh dari pemilik proyek sampai pada pelaksana di lapangan.

Klausul kontrak atau kebijakan ini memuat dan menjamin aturan-aturan


yang harus ditaati oleh semua level manajemen dan pelaksana dalam
proses pelaksanaan proyek dari awal pelaksanaan sampai akhir
pelaksanaan proyek. Kebijakan ini dapat dicontohkan sebagai berikut :
Dari pihak pelaksana dan pihak manajemen proyek harus mematuhi dan
melaksanakan prosedur keselamatan kerja yang sudah ditetapkan.
Jika terdapat pelanggaran pada prosedur yang sudah ditetapkan
tersebut, maka pelanggar (pekerja) akan dikenai sanksi peringatan atau
denda. Hal yang sama juga berlaku pada pihak manajemen proyek.

Dari pihak manajemen proyek juga membentuk sebuah panitia untuk mengontrol dan
mengevaluasi jalannya pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja dan penerapan
klausul kontrak ini akan lebih baik jika semua pihak mulai dari pemilik proyek sampai
pelaksana proyek terlibat secara penuh.
Contoh dari penerapan TQM yaitu setiap pelanggaran yang berhubungan dengan K3 yang
dilakukan oleh semua pihak terkait, baik itu para pekerja ataupun dari pihak manajemen
harus ditentukan sanksinya dengan tegas, misalnya: Pelanggaran seperti: tidak memakai helm
pengaman, tidak memakai sepatu boot, merokok pada waktu bekerja dan bentuk pelanggaran
terhadap larangan-larangan yang lain (yang tentunya, larangan-larangan tersebut sudah
disepakati bersama sebelum proyek dilaksanakan), direkam dengan menggunakan kamera
tersebut. Nah, konsekuensi dari pelanggaran ketentuan keselamatan kerja adalah berupa
denda. Tingkatan dendanya pun bermacam-macam. Mulai dari Rp. 10.000 sampai Rp.
150.000, diberlakukan untuk jenis pelanggaran ringan sampai pelanggaran berat. Pemutusan
hubungan kerja juga termasuk di dalam sanksi ketika pelanggaran yang dilakukan tergolong
berat, seperti misalnya pencurian bahan bangunan. Denda yang diberlakukan pun berbeda.
Denda pada pekerja/tukang, tidak seberat denda untuk mandor atau orang-orang dari level
manajemen dan Untuk menerapkan peraturan ini diperlukan suatu pengawas yang akan
memantau semua pekerja lapangan atau manajemen pada waktu jam kerja
(http://penyihir.multiply.com/journal/item/9).

D. KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi kemungkinan besar diakibatkan oleh
(1) tidak dilibatkannya tenaga ahli K3 konstruksi dan penggunaan metode pelaksanaan yang kurang tepat,
(2) lemahnya pengawasan K3
(3) kurang memadainya kualitas dan kuantitas ketersediaan peralatan pelindung diri
(4) kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan mengenai K3
Selain itu, faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja pada proyek konstruksi bangunan tinggi, dapat pula
ditinjau dari faktor manusia, factor lingkungan dan alat kerja, serta faktor peralatan keselamatan kerja.
Pelaksana atau pihak manajemen proyek harus memperhatikan ketiga faktor tersebut, dimana ketiga faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lain. Ada beberapa hal yang dianggap dapat berpengaruh terhadap
tindakan manusia (faktor manusia), yaitu pembawaan diri, persoalan atau masalah pribadi, usia dan
pengalaman kerja, perasaan bebas dalam melaksanakan tugas, serta kondisi/keletihan fisik para pekerja.
Sedangkan yang dimaksud dengan factor lingkungan dan alat kerja adalah kondisi lingkungan yang dapat
mempengaruhi atau mendukung kualitas kerja di lapangan, yang juga perlu diperhatikan dalam mencegah
kecelakaan kerja, terutama yang berkaitan dengan factor lingkungan adalah:
Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya: suara bising yang berlebihan yang dapat mengakibatkan
terganggunya konsentrasi pekerja.
Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja, sehingga menurunkan efektivitas kerja.
Cuaca (panas, hujan).

Peralatan keselamatan kerja adalah salah satu factor penting yang seringkali diabaikan,
baik oleh pihak manajemen proyek maupun dari pihak pekerja atau buruh, akibat
kurangnya kesadaran akan pentingnya menggunakan peralatan keselamatan kerja untuk
meminimalisir angka kecelakaan kerja. Karena alat ini berfungsi untuk mencegah dan
melindungi pekerja dari kemungkinan mendapatkan kecelakaan kerja. Macam-macam dan
jenis peralatan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
Helm pengaman (safety helmet)
Sepatu (safety shoes)
Pelindung mata (eye protection)
Pelindung telinga (ear plugs)
Penutup lubang (hole cover)
SARAN
Bagi para pekerja yang belum menggunakan alat perlindungan diri hendaknya mereka
menggunakan alat tersebut demi keselamatan dan kesehatan mereka dalam bekerja dan
bagi pihak menejemennya hendaklah mereka membuat sebuah peraturan yang tegas untuk
menindak lanjuti para pekerja yang tidak menggunakan alat perlindungan diri sewaktu
bekerja atau bekerja tidak memenuhi prosedur dan hal ini berlaku untuk para pekerja dan
pihak menejemen, selain itu hendaknya juga pihak menejemen melakukan pengawasan
yang rutin terhadap para pekerja.

Você também pode gostar