Você está na página 1de 39

ANGIOFIBROMA

NASOFARING
STASE ONKOLOGI II
MODERATOR :

Pendahuluan

Angiofibroma nasofaring Angiofibroma


nasofaring juvenilis/ANJ
Tumor jinak vaskuler tetapi bersifat
agresif
0,05% dari seluruh tumor kepala leher
Laki-laki > Perempuan
Insidensi terbanyak : 14-18 tahun
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Tahun 2006 10 pasien
Tahun 2007 18 pasien

Penyebab tidak diketahui dengan


pasti
Faktor hormonal Estrogen dan
Androgen
Angiografi dapat diketahui perluasan
tumor dan derajat vaskularisasi serta
dapat mengetahui pembuluh darah
penyebab tumor.

ANATOMI FARING
Saluran Tabung : 12 cm- 14 cm
Dasar tengkorak Vertebra servikal ke-6
Tdd:
Epifaring /nasofaring
Orofaring
Hipofaring atau laringofaring

Bailey BJ, Johnson JT. 2006

Frederich H. Martini. Edwin F. Bartholomew. Essentials of anatomy and physiology. U.S.A., Prentice-Hall , Inc.
1997.

Faring disusun oleh lapisan otot-otot


Otot-otot utama:
m. konstriktor faringeal superior
konstriktor faringeal media
m. konstriktor faringeal inferior

Otot-otot Tambahan:
m. palatofaringeus
m. salfingofaringeus
m. stilofaringeus

Bailey BJ, Johnson JT. 2006

NASOFARINGS
Dinding lateral nasofarings selain terdapat
muara tuba eustakheus, juga dibentuk oleh
lamina faringobasilaris dari fasia faringeal dan
otot konstriktor faringeus superior. Fasia ini
mengandung jaringan fibrokartilago yang
menutupi foramen ovale, foramen jungularis,
kanalis karotis, dan kanalis hipoglossus

Ballenger, JJ. 1997

Anatomi

Vaskularisasi Farings
Cabang utama arteri karotis eksterna:
Arteri faringeal ascenden
Cabang dorsal dari arteri lingualis
Cabang tonsilar dari arteri fasialis
Cabang palatina dari arteri maksilaris

Bailey BJ, Johnson JT. 2006

Vaskularisasi

Cabang arteri carotis externa

a.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
a.

Superior tiroid
Ascending palatine
Lingualis
Fasialis
Occipitalis
Auricularis posterior
Maxillaris
Temporalis superfisialis
(Sobotta, Atlas Anatomi manusia ed 20)

Definisi

Angiofibroma nasofaring adalah suatu


tumor jinak yang secara histologi
jinak namun secara klinis bersifat
ganas karena mempunyai
kemmapuan mendestruksi tulang dan
meluas ke jaringan sekitarnya seperti
sinus paranasal, pipi, mata,
tengkorak, serta sangat mudah
berdarah dan sulit dihentikan.

Etiologi

Etiologi angiofibroma belum jelas,


berbagai macam teori yang
dikemukakan diantaranya teori
jaringan asal dan teori
ketidakseimbangan hormonal
Teori jaringan asal yaitu tempat
perlekatan spesifik angiofibroma di
dinding postesterolateral rongga
hidung
Teori hormonal Laki-laki >
Perempuan

Patogenesis

Angiofibroma bawah mukosa di


tepi sebelah posterior dan lateral
koana di atap nasofaringmeluas
sepanjang atap nasofaring
mencapai tepi posterior septum
tonjolan massa di atap rongga hidung
septum ke sisi kontralateral dan
memipihkan konka

Perluasan ke lateral foramen


sfenopalatina fisura pterigomaksila
mendesak dinding posterior sinus
maksila ke fosa intra temporal yang
akan menimbulkan benjolan pipi
Perluasan ke intrakaranial melalui
fossa intra temporal dan
pterigomaksila ke fossa serebri
anterior atau dari sinus kavernosus
dan fossa hipofise

Patologi

Secara makroskopis : tumor yang berbatas


tegas yang berlobus-lobus, dengan
permukaan mukosa yang licin.
Jaringannya kenyal ruang pembuluh darah
yang banyak
Secara mikroskopis bentuknya spindle atau
stellate dengan nuklei yang kurang
hiperkromasia dan memiliki nukleoli yang kecil
Gambaran mitotik jarang
Pembuluh darah bervariasi dalam jumlah dan
konfigurasi

Pada pemeriksaan histologis:


jaringan serabut yang telah dewasa/matang
(mature fibrous tissue) yang
mengandung bermacam-macam pembuluh
darah.

Pembuluh darah di perifer >>>


dengan banyak lamina elastik
Sedangkan pada daerah sentral
sangat sedikit lamina elastiknya

Lokasi

Lokasi dari tumor masih menjadi perdebatan


Perkiraan awal muncul dari akar nasofaring
atau dinding anterior dari tulang sfenoid
Tetapi sekarang dipercaya muncul dari
bagian posterior dari kavum nasi dekat
dengan tepi dari foramen sphenopalatina
Dari sini tumor tumbuh masuk kedalam
kavum nasi, nasofaring ke fossa
pterygopalatina, berjalan dibelakang dinding
posterior dari sinus maksillaris dimana
menekan kedepan benjolan dipipi

Penyebaran

Cavum nasi obstruksi nasi, epistaksis dan


pengeluaran cairan hidung.
Sinus-sinus paranasalis. Sinus maksillaris,
sfenoidales dan ethmoidalis
Fossa pterygomaksillaris, fossa infratemporalis
dan pipi.
Orbita memberikan gejala proptosis dan
deformitas face-frog
Kranial
Dengan pengrusakan lantai fossa kranialis media

anterior ke foramen lacerum


Melalui sinus sfenoid, kedalam sella

Penyebaran tumor angiofibroma

(Shepherd G, 2005)

Manifestasi klinis

Obstruksi nasal
Epistaksis
Sakit kepala
Muka bengkak.
Rinore unilateral, anosmia, hiposmia,
rinolalia, otalgia, pembengkakan dari
palatum, dan deformitas pipi.

GEJALA KLINIS

Massa di cavum nasi.


Perluasan massa di orbita.
Perluasan massa di belakang orbita atau
proptosis.
Otitis serosa pada blokade tuba
eustakhius.
Pembengkakan zigomatikus dan trismus
menandakan penyebaran dari tumor ke
fossa infratemporal
Penuruan penglihatan mengenai nervus
optik jarang dilaporkan.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : Anemia
Biopsi : Dianjurkan dilakukan di ruang
operasi
Pemeriksaan radiologis
tumor tampak sebagai massa jaringan
lunak dalam nasofaring
Mgantung pada lokasi pterygomaksillaris
Tanda antral
CT- Scan
MRI
Angiografi

Tanda antral dari angiofibroma

CT-Scan

MRI

Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik dijumpai :


Rinoskopi anterior dijumpai sekret
mukopurulen
Septum deviasi
Rinoskopi posterior :Massa merah muda,
kemerahan smp ungu, permukaan rata,
kenyal
Penurunan fungsi penghidu
Otitis media serosa
Trismus
Pembesaran kel parotis
Proptosis sampai timbulnya frog face

Stadium

Stadium menurut Sessions 1981


I A Terbatas pada hidung atau daerah

nasofaring.
IBPerluasan ke lebih atau sama dengan 1
sinus.
IIA Perluasan minimal ke fossa
pterygomaksila
IIB Perluasan penuh ke fossa
pterygomaksila
IIC Fossa infratemporal dengan atau
tanpa keterlibatan pipi
IIIPerluasan intrakaranial

Stadium menurut Chandler 1984


IA Terbatas pada daerah nasofaring
II Perluasan ke kavum nasi atau sinus

sphenoid
III Perluasan ke antrum, sinus etmoid,
fossa pterigomaksila, orbita dan pipi
IV Tumor intrakranial

Stadium menurut Fisch


I Terbatas pada kavum nasi,

nasofarings,destruksi tulang (-)


II Perluasan ke fossa pterygomaksila,
sinus paranasal, destruksi tulang (-)
III Perluasan ke fossa intratemporal,
orbita dan/region parasellar lateral dari
sinus kavernosa
IV Tumor meluas ke sinus kavernosa,
Chiasma Optic dan/fossa pitutari

Stadium menurut Radkowski 1996


IA Terbatas pada hidung / daerah nasofaring
IB Perluasan ke lebih atau sama dengan 1 sinus
IIA Perluasan minimal ke Fossa pterygomkasila
IIB Perluasan penuh ke fossa pterygomaksila

dengan atau tanpa erosi tulang orbita


IIC Fossa infratemporal dengan atau tanpa
keterlibatan posterior ke lamina pterygoid
IIIA Erosi dari dasar tengkorak dengan
keterlibatan intrakranial minimal
IIIB Erosi dasar tengkorak, keterlibatan
intrakarnial yang luas dengan atau tanpa invasi
sinus kavernosa.

Penatalaksanaan

Terapi hormonal
Radioterapi
Operatif
Embolisasi

TERAPI HORMONAL

Salah satu penyebab yang diduga


pada angiofibroma adalah faktor
hormonal yaitu peningkatan androgen
Ada beberapa pilihan terapi hormonal
yaitu dietilstilbestrol dan flutamide
yang merupakan androgen receptor
blocker telah digunakan sebagai
terapi primer maupun sebagai terapi
tambahan.

RADIOTERAPI

Radioterapi pada angiofibroma merupakan


terapi yang dapat digunakan secara
mandiri atau sebagai pelengkap terapi
operatif
Pada saat ini banyak yang mempergunakan
radioterapi sebagai terapi utama untuk
tumor yang besar yang sulit untuk direseksi
atau berada pada lokasi yang dapat
mengancam nyawa seperti sudah meluas
seperti sudah meluas ke intrakranial

TERAPI EMBOLISASI

Embolisasi merupakan teknik non


bedah yang berfungsi mengecilkan
Angiofibroma tanpa mengangkatnya
Prosedur ini dilakukan oleh radiologis
intervensional dan dokter dengan
sertifikat dasar radiologi dengan
pelatihan khusus atau sertifikat di
bidang radiologi intervensional

Embolisasi pada pembuluh darah


tumor mengakibatkan tumor menjadi
jaringan parut dan menghentikan
perdarahan.
Embolisasi dilakukan dengan
memasukkan zat gelfoam atau
polyfinil alkohol foam dalam
pembuluh darah akan membendung
aliran darah

Prognosis

Rekurensi pada angiofibroma tergantung


pada beberapa hal diantaranya letak tumor
di fossa pterygoid, basis sphenoid, adanya
perdarahan angiofibroma yang berasal dari
arteri karotis interna, usia yang masih
muda dan adanya sisa tumor setelah
dilakukan operasi

Você também pode gostar