Você está na página 1de 18

ANALYSIS OF THE ABFRACTION

LESIONS FORMATION MECHANISM


BY THE FINITE ELEMENT METHOD
Selma Jakupovic, Edin Cerjakovic, Alan Topcic, Muhamed Ajanovic, Alma KonjhodzicPrcic, Amra Vukovic
ACTA INFORM MED. 2014

Waviyatul Ahdi

PROBLEM
Gigi terdiri dari beberapa tipe jaringan (enamel, dentin,
sementum, pulpa) dengan berbagai sifat mekanik dan
morfologinya, sehingga analisis distribusi dan
konsentrasi stress sepanjang struktur tersebut
merupakan proses yang kompleks.
Distribusi stress bergantung pada bentuk dan sifat
mekanik dari material, serta tipe stress.

ABFRAKSI
abfraksi terkait dengan distribusi stress melalui jaringan gigi.
tipe lesi servikal non karies yang mengalami kehilangan jaringan gigi
mikrostruktur, yang dihasilkan dari aksi tekanan biomekanikal oklusal
pada area yang memiliki konsentrasi stress yang tinggi (regio servikal).
tension dan compression yang konstan pada area ini menghasilkan
ikatan kimia yang parah di antara kristal hidroksiapatit enamel dan
dentin, sehingga molekul molekul kecil dapat berpenetrasi, yang
mencegah ikatannya terbentuk kembali.
kerusakan jaringan lesi abfraksi berbentuk wedge-shaped, dengan tepi
internal dan eksternal yang tajam. (fig.1)
P1 RB merupakan gigi yang memiliki prevalensi tertinggi lesi servikal
non karies.

INTERVENTION
P1 RB yang utuh di scan menggunakan uCT 1076
SkyScan scanner di Center for Translational and Clinic
Research, School o Medicine of University of Zagreb.
gambar direkonstruksi menggunakan program Nrecon
(ScyScan) menjadi transaxial section.
tambahan reduksi input data, sekitar 576 horizontal
section ketebalan 0,0361mm, dengan struktur gigi
internal yang terlihat jelas (resolusi mencapai 758x758
px di tiap section) dipilih untuk rekonstruksi model 3
dimensi.
data dianalisis dengan CTAn program (SkyScan).

INTERVENTION
Maka didapatlah model 3D
enamel dan dentin, yang
saling berkontak sepanjang
DEJ.
Pulpa dimodelkan sebagai
ruang kosong, karena modulus
elastisitas pulpa kecil
dibandingkan struktur
terdekatnya.
PDL dimodelkan sebagai
membran 0,3 mm yang
mengelilingi akar gigi.

INTERVENTION
menggunakan
AnsysWorkbench, model
kompleks terbentuk

INTERVENTION
Beban didistribusikan ke
regio yang berkorespondensi
ke kontak antagonis di oklusi
sentral. (fig. 5a)
Untuk tujuan menunjukkan
aksi beban paraxial, gerakan
laterotrusif P1 RB, 40 derajat
ke sisi eksternal cusp bukal
disimulasikan. (fig. 5b)
Nilai maksimum beban
tersebut 200 N

INTERVENTION
Nilai tension jaringan gigi dihitung berdasarakan Finite Elemen
Method, yang terbukti sebagai metode yang baik dalam
memprediksi sifat biomekanik gigi di bawah beban.
Analisis dilakukan dengan program AnsysWorkbench 14.0
Untuk menunjukkan hipotesis kompleks stress, digunakan Von
Mises stress, yang dapat menentukan total stress yang
dihasilkan di setiap titik objek yang diobservasi- elemen gigi.
Hasil yang didapat dengan finite element method
direpresentasikan dalam bentuk gambar gambar yang
relevan, dimana nilai stress dipresentasikan melalui skala
warna, menunjukkan gambaran visual yang jelas.

COMPARISON
Pada penelitian ini diberikan dua tipe beban oklusal
pada gigi yang utuh.
Karena permukaan kontak dan intensitas tekanan
mastikasi bervariabel, dua tipe kontak oklusal ini dipilih
untuk menunjukkan efek situasi yang baik dan tidak
baik pada gigi dan jaringan sekitar.

COMPARISON

Aksi tekanan oklusal dapat memicu stress signifikan


pada regio servikal gigi.

Nilai stress Von Mises pada bagian servikal gigi di


bawah beban axial tidak tinggi (mencapai 12 MPa), di
bawah beban paraxial signifikan lebih tinggi (di atas
50 MPa).

COMPARISON

Nilai stress pada bagian servikal gigi lebih tinggi di sub


superfisial daripada di regio superfisial enamel, yang
mengindikasikan bahwa kerusakan ikatan antara prisma
enamel dapat terjadi di lapisan lapisan ini.

Perkembangan lesi servikal dapat diperparah melalui


erosi dan abrasi.

Dari penelitian mikroskopis, menunjukkan bahwa sub


superfisial enamel memiliki persentase komponen
mineral yang lebih rendah, persentase protein yang
lebih tinggi dan porositas yang lebih tinggi dibandingkan
lapisan superfisial.

COMPARISON

Hasil dari penilitian ini menunjukkan nilai stress yang


dikalkulasikan pada model tes, lebih tinggi pada tekanan
oblik pada semua jaringan gigi.

Beban maksimum pada model gigi dari kedua tipe beban


ditandai pada regio kontak, (under axial load: 205 MPa;
under paraxial load 220,02 MPa).

COMPARISON

Elastik modulus enamel dan dentin berbeda,


sehingga beban oklusal secara dominan ditransfer
melalui enamel karena memiliki kekerasan yang
jauh lebih besar

Nilai di dentin 67,72 MPa melalui beban axial, dan


71,78 MPa melalui beban paraxial.

Stress tertinggi ditandai di mahkota dan bagian


servikal gigi dan berkurang menuju apeks gigi.

COMPARISON

PDL merupakan jaringan yang


penting dalam evaluasi
pergerakan gigi.
Nilai stress maksmimum pada
PDL ditandai di sepanjang tepi
atas ligamen, bagian servikal
gigi, pada kedua tipe beban.
Nilai stress dibawah beban di
oklusi sentral 5 MPa, sementara
di bawah beban paraxial hampir
3x lebih tinggi (13,5 MPa).
Nilai ini tidak tinggi dikarenakan
fakta bahwa PDL terdiri dari
serat kolagen yang
menghasilkan sifat elastisitas
yang tinggi di bawah beban,
dan berperan sebagai stressabsorber.

COMPARISON

pada tulang alveolar, stress tertinggi terdapat di sepanjang


bagian atas soket gigi.

112 MPa pada beban paraxial dan hampir 10 kali lebih tinggi
daripada beban axial 17 MPa.

Hasil ini menunjukkan bahwa mode transmisi tekanan oklsal


oblik ke struktur tulang alveolar sekitar dan perannya dalam
pembentukan resorbsi tulang.

OUTCOME
pengaruh besar pada intensitas stress adalah tipe beban pada gigi.
nilai stress pada model tes lebih tinggi dengan tekanan oklusal oblik pada semua
jaringan gigi.
beban oklusal memicu terjadinya stress yang signifikan pada bagian servikal gigi.
nilai stress pada lapisan sub superfisial pada enamel servikal 5 kali lebih tinggi
daripada enamel superfisial.
stress dibawah beban oklusal secara dominan ditransfer melalui enamel yang
memiliki nilai yang paling tinggi.
nilai stress di bawah beban paraxial di PDL 3 kali lebih tinggi daripada di oklusi
sentral.
nilai stress di bawah beban paraxial di tulang alveolar, hampir 10 kali lebih tinggi
daripada di oklusi sentral. stress tertinggi pada tulang ditandai di sepanjang tepi
atas soket alveolar.
penelitian ini memberikan gambaran jelas distribusi stress selama pembentukan
lesi, tetapi diperlukan penelitian yang lebih lanjut.

Você também pode gostar