Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Waviyatul Ahdi
PROBLEM
Gigi terdiri dari beberapa tipe jaringan (enamel, dentin,
sementum, pulpa) dengan berbagai sifat mekanik dan
morfologinya, sehingga analisis distribusi dan
konsentrasi stress sepanjang struktur tersebut
merupakan proses yang kompleks.
Distribusi stress bergantung pada bentuk dan sifat
mekanik dari material, serta tipe stress.
ABFRAKSI
abfraksi terkait dengan distribusi stress melalui jaringan gigi.
tipe lesi servikal non karies yang mengalami kehilangan jaringan gigi
mikrostruktur, yang dihasilkan dari aksi tekanan biomekanikal oklusal
pada area yang memiliki konsentrasi stress yang tinggi (regio servikal).
tension dan compression yang konstan pada area ini menghasilkan
ikatan kimia yang parah di antara kristal hidroksiapatit enamel dan
dentin, sehingga molekul molekul kecil dapat berpenetrasi, yang
mencegah ikatannya terbentuk kembali.
kerusakan jaringan lesi abfraksi berbentuk wedge-shaped, dengan tepi
internal dan eksternal yang tajam. (fig.1)
P1 RB merupakan gigi yang memiliki prevalensi tertinggi lesi servikal
non karies.
INTERVENTION
P1 RB yang utuh di scan menggunakan uCT 1076
SkyScan scanner di Center for Translational and Clinic
Research, School o Medicine of University of Zagreb.
gambar direkonstruksi menggunakan program Nrecon
(ScyScan) menjadi transaxial section.
tambahan reduksi input data, sekitar 576 horizontal
section ketebalan 0,0361mm, dengan struktur gigi
internal yang terlihat jelas (resolusi mencapai 758x758
px di tiap section) dipilih untuk rekonstruksi model 3
dimensi.
data dianalisis dengan CTAn program (SkyScan).
INTERVENTION
Maka didapatlah model 3D
enamel dan dentin, yang
saling berkontak sepanjang
DEJ.
Pulpa dimodelkan sebagai
ruang kosong, karena modulus
elastisitas pulpa kecil
dibandingkan struktur
terdekatnya.
PDL dimodelkan sebagai
membran 0,3 mm yang
mengelilingi akar gigi.
INTERVENTION
menggunakan
AnsysWorkbench, model
kompleks terbentuk
INTERVENTION
Beban didistribusikan ke
regio yang berkorespondensi
ke kontak antagonis di oklusi
sentral. (fig. 5a)
Untuk tujuan menunjukkan
aksi beban paraxial, gerakan
laterotrusif P1 RB, 40 derajat
ke sisi eksternal cusp bukal
disimulasikan. (fig. 5b)
Nilai maksimum beban
tersebut 200 N
INTERVENTION
Nilai tension jaringan gigi dihitung berdasarakan Finite Elemen
Method, yang terbukti sebagai metode yang baik dalam
memprediksi sifat biomekanik gigi di bawah beban.
Analisis dilakukan dengan program AnsysWorkbench 14.0
Untuk menunjukkan hipotesis kompleks stress, digunakan Von
Mises stress, yang dapat menentukan total stress yang
dihasilkan di setiap titik objek yang diobservasi- elemen gigi.
Hasil yang didapat dengan finite element method
direpresentasikan dalam bentuk gambar gambar yang
relevan, dimana nilai stress dipresentasikan melalui skala
warna, menunjukkan gambaran visual yang jelas.
COMPARISON
Pada penelitian ini diberikan dua tipe beban oklusal
pada gigi yang utuh.
Karena permukaan kontak dan intensitas tekanan
mastikasi bervariabel, dua tipe kontak oklusal ini dipilih
untuk menunjukkan efek situasi yang baik dan tidak
baik pada gigi dan jaringan sekitar.
COMPARISON
COMPARISON
COMPARISON
COMPARISON
COMPARISON
COMPARISON
112 MPa pada beban paraxial dan hampir 10 kali lebih tinggi
daripada beban axial 17 MPa.
OUTCOME
pengaruh besar pada intensitas stress adalah tipe beban pada gigi.
nilai stress pada model tes lebih tinggi dengan tekanan oklusal oblik pada semua
jaringan gigi.
beban oklusal memicu terjadinya stress yang signifikan pada bagian servikal gigi.
nilai stress pada lapisan sub superfisial pada enamel servikal 5 kali lebih tinggi
daripada enamel superfisial.
stress dibawah beban oklusal secara dominan ditransfer melalui enamel yang
memiliki nilai yang paling tinggi.
nilai stress di bawah beban paraxial di PDL 3 kali lebih tinggi daripada di oklusi
sentral.
nilai stress di bawah beban paraxial di tulang alveolar, hampir 10 kali lebih tinggi
daripada di oklusi sentral. stress tertinggi pada tulang ditandai di sepanjang tepi
atas soket alveolar.
penelitian ini memberikan gambaran jelas distribusi stress selama pembentukan
lesi, tetapi diperlukan penelitian yang lebih lanjut.