Você está na página 1de 26

DERMATOFITOSIS

Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial disebabkan oleh


dermatofita yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin
dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi, dengan menyerang
jaringan berkeratin, seperti stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku (Verma, 2008)
Dermatofita merupakan kelompok taksonomi jamur kulit superfisial.
Yang terdiri dari 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton (Djuanda, 2010).
Kemampuannya untuk membentuk ikatan molekuler terhadap
keratin

dan

menggunakannya

sebagai

sumber

makanan

menyebabkan mereka mampu berkolonisasi pada jaringan keratin


(Koksal, 2009).

PATOGENESIS
DERMATOFITOSIS
Perlekatan : ( 2 jam sejak terjadi kontak )
perlekatan artrokonidia pada keratinosit
Penetrasi : ( 4 - 6 jam )
penetrasi ke stratum korneum, (kolonisasi hifa atau cabangcabangnya dalam jaringan keratin yang mati)
Ketahanan pejamu & faktor imunologi menghambat kemampuan
jamur dermatofita melakukan penetrasi pada lapisan stratum
korneum yang lebih dalam (Djuanda, 2010)

ETIOLOGI
Penyebab 3 spesies :

Microsporum
Trichophyton
Epidermophyton

(Sobera, 2008)

Faktor predisposisi : Higiene sanitasi jelek, daerah tropis,


kelembaban yang tinggi, kontak dgn manusia, binatang/tanah
terinfeksi jamur.
3 cara penularan : Antropofilik ( manusia ke manusia ),
Zoofilik ( binatang ke binatang ), Geofilik ( tanah ke manusia )
(Verma, 2008).

Klasifikasi Dermatofitosis
Dermatofitosis

disebut

juga

dengan

istilah

infeksi

tinea

yang

dikelompokkan lebih lanjut berdasarkan lokasi infeksinya, yaitu :


a) Tinea Kapitis : dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut kepala
b) Tinea Barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot
c) Tinea Kruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus,
bokong, dan kadangkadang sampai perut bagian bawah
d) Tinea Pedis et Manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan
e) Tinea Unguium : dermatofitosis pada jari tangan dan kaki
f) Tinea Korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk
bentuk 5 diatas (Djuanda, 2010).

Tinea Kapitis

Tinea Kruris

Tinea Barbae

Tinea Korporis
(Straten, 2003)

Tinea manum

Tinea pedis

Tinea unguium

(Straten, 2003)

TINEA KAPITIS
Lebih banyak diderita oleh anak anak

Manifestasi klinis :
1. Gray Patch
Papul eritematosa sekitar rambut melebar, bercak pucat
bersisik rambut jadi abu-abu, tidak berkilat, mudah
patah (Patel, 2009)

2. Kerion
pustula, nodul eritematosa, inflamasi jaringan parut
alopesia
Limfadenopati (Patel, 2009)

3. Black dot
rambut patah tepat pada muara folikel (Patel, 2009)

TINEA BARBAE
Terjadi pada janggut, jambang, kumis. Sering terjadi pada
orang yang sering kontak dengan tanah dan hewan (Patel,
2009)

Manifestasi klinis :
Gatal, rambut patah, lesi eritropapuloskuamosa tepi
polisiklis (Patel, 2009)

TINEA KORPORIS
Terjadi pada badan, tungkai, lengan, wajah

Manifestasi Klinis: Gatal, makin lama makin lebar, makula


eritematosa, batas jelas, tertutup skuama, tepi aktif, tengah
menyembuh ( central healing) (Patel, 2009)

(Patel, 2009)

TINEA KRURIS
Lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita
Terjadi pada inguinal, genitalia, perineum, perianal

Manifestasi Klinis: Sangat gatal, simetris, batas jelas, tepi meninggi,


tengah menyembuh coklat kehitaman (Patel, 2009)

(Patel, 2009)

TINEA PEDIS
Terutama di sela jari dan telapak kaki
Sering pada orang dewasa yang bekerja di tempat basah / memakai
sepatu tertutup (tukang cuci, petani, tentara, olahragawan) (Patel,
2009).

(Patel, 2009)

TINEA MANUM
Manifestasi Klinis:
Pada dorsum manus (seperti T. korporis)
Pada palmar eksematoid / dishidrosis, hiperkeratotik (Patel, 2009)

TINEA UNGUIUM
Terjadi pada kuku kaki (Patel, 2009)

PEMERIKSAAN
Pemeriksaan mikroskopis langsung :
Kerokan kulit / skuama, rambut, kuku; KOH 10 - 20%; Hifa
bersepta
Lampu wood :
Untuk tinea kapitis Positif : Hijau terang kekuningan.
Gambaran Tinea kruris tidak terlihat pada pemeriksaan ini
Kultur :
KOH negatif, klinis menyokong; Menentukan spesies
(Kuswadji, 2009)

Diagnosis
Anamnesis
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:
rasa gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum,
bokong dan dapat ke genitalia; ruam kulit berbatas tegas,
eritematosa dan bersisik, semakin hebat jika banyak berkeringat
(Siregar, 2003).

Pemeriksaan fisik
Lokalisasi : Regio inguinalis bilateral, simetris. Meluas ke perineum,
sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke
suprapubis dan abdomen bagian bawah. Effloresensi/sifat-sifatnya:
Makula eritematosa numular sampai geografis, berbatas tegas
dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustul. Jika kronik
macula menjadi hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya (Siregar,
2003).
Pemeriksaan Penunjang
KOH, Kultur (Siregar, 2003).

PENATALAKSANAAN
TOPIKAL
GOLONGAN IMIDAZOL :
Dioleskan 2 kali sehari Klotrimazol 1%, mikonazol 2%
Dioleskan 1 kali sehari Ketokonazol, tiokonazol, bifonazol

GOLONGAN ALILAMIN :
Terbenafin 1%, naftifin 1%, butenafin 1% 1 kali sehari
(Gupta, 2008).

SISTEMIK / ORAL

Griseovulfin 500 mg/hari selama 3-4 minggu


Golongan azol :
Ketokonazol 200 mg/hari selama 3 minggu
Itrakonazol 200 mg/hari selama 7 hari
Derivat alilamin :
Terbinafin 250 mg/hari selama 14 hari

Lama pengobatan topikal / oral minimal 3 minggu / 1-2 minggu


setelah KOH negatif mencegah kekambuhan (Gupta, 2008).

Você também pode gostar