Você está na página 1de 17

KEWENANGAN BIDAN DALAM

MENANGANI KASUS
KEGAWATDARURATAN NEONATUS

Kelompok 4

Ni Putu Gita Arneni


Putu Anna Artha Rahayu
Kadek Ari Dwi Lestari
Ni Luh Ayu Intan
Permani
Ni Kadek Yuniasih
Titin Nur Hikmah
Kadek Ardi Mahayani
Ni Kadek Satryaning Ayu
Ni Kadek Dian Paramitha

P07124214
P07124214
P07124214
P07124214
P07124214
P07124214
P07124214
P07124214
P07124214

006
014
015
035
046
048
053
054
056

Latar Belakang
Ketersediaan tenaga kesehatan harus

diikuti dengan profesionalitas kerja agar


pelayanan kesehatan mempunyai mutu
yang bagus dan sesuai dengan standar.
Bidan harus mematuhi norma hukum
Kewenangan dan Standar
Kewenangan Diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Kes/Per/2010

ASFIKSIA NEONATURUM
Standar ke 24
TUJUAN

PERNYATAAN STANDAR

Mengenal dengan tepat

Bidan mengenali dengan

bayi baru lahir dengan


asfiksia neonatorum,
mengambil tindakan
yang tepat dan
melakukan pertolongan
kegawatdaruratan bayi
baru lahir yang
mengalami asfiksia
neonatorum.

tepat bayi baru lahir


dengan asfiksia, serta
melakukan tindakan yang
secepatnya, memulai
resusitasi bayi baru lahri,
mengusahakan bantuan
medis yang diperlukan,
merujuk bayi baru lahir
dengan tepat, dan
memberikan perawatan
lanjutan yang tepat.

Hasil
Penurunan angka kematian bayi akibat asfiksia
neonatorum. Penurunan kesakitan akibat asfiksia
neonatorum. Meningkatnya pemanfaatan bidan

BIDAN HARUS:
Selalu mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan

bersih/DTT sebelum menangani bayi baru lahir. Ikuti praktik


pencegahan infeksi yang baik pada saat merawat dan
melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
Ikuti langkah pada standar 13 untuk perawatan segera bayi
baru lahir.
Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir
pada setiap kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang
diperlukan dalam keadaan bersih, tersedia, dan berfungsi
dengan baik
Segera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut
ibu dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih dan
hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian
kepalanya dengan handuk baru yang bersih dan hangat

LANJUTAN...
Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa

bayi bernafas/menangis sebelum menit pertama.


Nilai APGAR, jika bayi tidak menangis dengan keras,
bernafas dengan lemah atau bernafas dengan cepat
dan dangkal, pucat atau biru dan atau lemas.
Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir
Kompresi dada
Setelah bayi bernafas normal, periksa suhu.
Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, dan nadi
bayi selama 2 jam.
Jika kondisinya memburuk, rujuk ke fasilitas rujukan
terdekat, dengan tetap melakukan penghangatan.

BBLR
1. Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat (KMC)
2. Jaga jalan nafas tetap bersih dan terbuka
3. Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital :
4.
5.
6.
7.

pernapasan, denyut jantung, warna kulit dan aktifitas.


Bila bayi mengalami gangguan nafas, dikelola
gangguan nafas
Bila bayi kejang, hentikan kejang dengan antikonvulsan
Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan
cairan rehidrasi IVA
Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau
komplikasinya

GANGGUAN NAPAS PADA BBL


Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi

bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak dalam


keadaan dehidrasi berikan infus Dextrosa 10%.
Pantau selalu tanda vital
Jaga patensi jalan napas
Berikan oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)

Jika bayi mengalami apnu:


Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
Lakukan penilaian lanjut

Bila terjadi kejang, hentikan kejang


Segera periksa kadar glukosa darah (bila fasilitas

tersedia)
Pemberian nutrisi adekuat

GANGGUAN NAPAS RINGAN


1. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam

berikutnya
2. Bila dalam pengamatan gangguan napas
memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya, terapi
untuk Kemungkinan besar sepsis dan tangani
gangguan napas sedang dan segera dirujuk ke
Rumah Sakit Rujukan.
3. Berikan ASI bila bayi mampu menghisap. Bila tidak,
berikan ASI perah dengan menggunakan salah satu
cara alternatif pemberian minum.
4. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada
perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O 2
jika frekuensi napas antara 40-60 kali/menit

GANGGUAN NAPAS RINGAN


1. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam

berikutnya
2. Bila dalam pengamatan gangguan napas
memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya, terapi
untuk Kemungkinan besar sepsis dan tangani
gangguan napas sedang dan segera dirujuk ke
Rumah Sakit Rujukan.
3. Berikan ASI bila bayi mampu menghisap. Bila tidak,
berikan ASI perah dengan menggunakan salah satu
cara alternatif pemberian minum.
4. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada
perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O 2
jika frekuensi napas antara 40-60 kali/menit

IKTERUS
1. Ikterus fisiologi tidak memerlukan penanganan

khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat untuk


kembali jika ikterus berlangsung lebih dari 2
minggu.
2. Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk
menyusui secara dini dan ASI eksklusif minimal 2
jam.
3. Jika bayi tidak dapat menyusui ASI dapat diberikan
melalui pipa atau gelas dan sendok.
4. Letakkan bayi di tempat yang cukup mendapat
sinar pagi selama 30 menit 3 sampai 4 hari. Jaga
agar bayi tetap hangat.

LANJUTAN...
5. Kelola faktor risiko karena dapat menimbulkan

ensefalopati biliaris.
6. Setiap ikterus timbul sebelum 24 jam pasca
kelahiran adalah patologis membutuhkan
pemeriksaan laboratorium lanjut, minimal kadar
bilirubin serum total, pemeriksaan kearah
adanya penyakit hemolisis.
7. Pada bayi dengan ikterus kremer III perlu di rujuk
ke fasilitas lebih lengkap setelah keadaan bayi
stabil.

HIPOTERMI SEDANG
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan

pakaian yang hangat, memakai topi dan


selimuti dengan selimut hangat
Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan
menghangatkan bayi dengan melakukan
kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat)
Bila ibu tidak ada:
Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas.
Gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu
Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI perah
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan
sesuaikan dengan pengatur suhu
Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering
diubah

LANJUTAN...
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila

bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI perah


menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum.
Mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya
(misalnya gangguan napas, kejang) dan segera
mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut
Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2.6
mmol/L), tangani hipoglikemia

LANJUTAN...
Nilai tanda bahaya. Periksa suhu tubuh bayi setiap

jam, bila suhu naik minimal 0,50C/jam, berarti usaha


menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu
setiap 2 jam
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang
0.50C/jam, cari tanda sepsis
Setelah suhu tubuh normal:
Lakukan perawatan lanjutan
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3

jam. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat
minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu
cara menghangatkan bayi di rumah.

Você também pode gostar