Você está na página 1de 87

ANALISA HIDROLIKA

PENDAHULUAN

KEBEBASAN YANG TERBATAS


DALAM MENDISAIN SISTEM
DRAINASE PERKOTAAN

PENDAHULUAN

KEBEBASAN YANG TERBATAS


DALAM MENDISAIN SISTEM
DRAINASE PERKOTAAN

CONTOH JARINGAN SISTEM

PENDAHULUAN
Komponen Sistem
Drainase:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Saluran
Gorong-gorong
Bangunan terjunan
Shipon
Pintu air
Trashrack (saringan
sampah)
7. Stasiun pompa
8. Kolam

PENDAHULUAN

Apa tujuan dan fungsi


sistem drainase
perkotaan?

PENDAHULUAN
KLASIFIKASI SALURAN MENURUT ASAL
SALURAN ALAM

SALURAN BUATAN

PENDAHULUAN
BENTUK SALURAN
1.Saluran terbuka: saluran yang
mempunyai permukaan bebas/ tekanan
permukaan sama dengan tekanan atmosfir.
Pergerakan air didorong oleh gaya gravitasi.
2.Saluran tertutup: tidak mempunyai
permukaan yang kontak langsung dengan
udara bebas.

PENDAHULUAN

KLASIFIKASI SALURAN BERDASAR


BENTUK PENAMPANG
1. Persegi
(rectangular)
2. Trapesium
(trapezoidal)
3. Segitiga (triagle)

PENDAHULUAN

KLASIFIKASI SALURAN BERDASARKAN


BAHAN
1. Galian tanah
2. Kayu
3. Pasangan batu
kali
4. Beton

PENDAHULUAN

KLASIFIKASI ALIRAN DALAM SALURAN


TERBUKA

Aliran dalam saluran terbuka dapat


diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Fungsi ruang:
a)aliran seragam (uniform flow)
b)aliran tidak seragam (non uniform flow)

2. Fungsi waktu:
a)aliran mantab (steady flow)
b)aliran tidak mantab (unsteady flow)

GEOMETRI
SALURAN
h
b
B
T
A
P
R
D
S
m

= kedalaman aliran vertikal, adalah jarak vertikal


antara titik terendah pada dasar saluran dan permukaan
air (m)
= lebar dasar saluran (m)
= lebar potongan melintang pada bagin atas saluran
(m)
= lebar potongan melintang pada permukaan air (m)
= luas penampang basah yang diukur tegak lurus arah
aliran (m2)
= keliling basah, yaitu panjang garis persinggungan
antara air dan dinding dan atau dasar saluran yang
diukur tegak lurus arah aliran (m)
= jari-jari hidraulik, R = A/P (m)
= kedalaman hidraulik, D = A/T (m)
= kemiringan dasar saluran (m/m)
= kemiringan dinding saluran

GEOMETRI
SALURAN
PERSEGI
PANJANG
T

h
B

Luas penampang basah


A = B.h
Keliling basah
P = B + 2h
Jari jari hidraulik
R = (Bh)/(B+2h)
Lebar permukaan air
T=B
Kedalaman hidraulik
D=h

GEOMETRI
SALURAN

TRAPESIUM
T
1

h
m
B

Luas penampang basah

A = (B+mh)h
B 2h 1 m2

Keliling basah

P =

Jari jari hidraulik

R =

B 2hh

2
B 2h 1 m

Lebar permukaan air

T = B + 2mh

Kedalaman hidraulik

D = B 2hh

B 2mh

GEOMETRI
SALURAN
SEGITIGA
T

1
m

1
m

Luas penampang basah

Jari jari hidraulik

A = mh2
h
P =
2
R = mh

Lebar permukaan air

T = 2mh

Kedalaman hidraulik

D=
2h 1 m2

Keliling basah

2 1 m2

GEOMETRI
SALURAN
LINGKARAN

Luas penampang basah


Keliling basah
Jari jari hidraulik
Lebar permukaan air
Kedalaman hidraulik

1
A =
sin d
8
1
P =
d
2
1
sin
1
d
R =
4

2

T =
sin d atau2
2

D=

1 sin

sin
2

h d h

PERSAMAAN ALIRAN
SALURAN TERBUKA

1. Persamaan Chezy:
insinyur Perancis Antoine Chezy, 1769

V C RS

V = kecepatan arus, m/s


C = koefisien Chezy
R = jari-jari hidraulik, m
S = kemiringan dasar
saluran

2. Persamaan Strickler:
2
3

V kstrR S

1
2

kstr = koefisien Strickler


R
= A/P, m
A
= luas penampang basah,
m2

3. Persamaan Manning (1889):

1 32 21
V R S
n

n
P

= koefisien Manning
= keliling basah, m

PERSAMAAN ALIRAN
SALURAN TERBUKA

Koefisien
Chezy
1. Bazin
C

2. Ganguill
et
dan
Kuetter

87

1
R

0.00155 1

S
m
C
m
0.00155
1
23

S
R

23

Hidraulik kasar

3. Colebro
ok

4. Darcy
Weisba
ch

12R

C 18 log
k 2

12R
C 18 log

Hidraulik halus

42R
C 18 log

8g
C

1
2

L V2
hf f
D 2g

S
m

hf
F
L

= Koefisien Chezy
(m1/2/det)
= Jari-jari hidraulik
(m)
= koefisien
kekasaran, harganya
tergantung dari jenis
bahan dinding
saluran
= kemiringan
energi (-)
= koefisien
kekasaran
= tebal lapisan
laminer
= kehilangan
energi akibat
geseran (m)
= faktor geseran
Darcy-Weisbach (-)
= panjang pipa
(m)

PERSAMAAN ALIRAN
SALURAN TERBUKA

Koefisien Manning
Harga n
No.
1.

2.

3.

Tipe saluran dan jenis bahan

Minimum

Normal

Maksimum

0,010
0,011

0,011
0,013

0,013
0,014

0,011
0,013

0,012
0,015

0,014
0,017

Tanah, lurus dan seragam


Bersih baru
Bersih telah melapuk
Berkerikil
Berumput pendek, sedikit tanaman pengganggu

0,016
0,018
0,022
0,022

0,018
0,022
0,025
0,027

0,020
0,025
0,030
0,033

Saluran alam
Bersih lurus
Bersih, berkelok-kelok
Banyak tanaman pengganggu
Dataran banjir berumput pendek tinggi
Saluran di belukar

0,025
0,033
0,050
0,025
0,035

0,030
0,040
0,070
0,030
0,050

0,033
0,045
0,08
0,035
0,07

Beton
Gorong-gorong lurus dan bebas dari kotoran
Gorong-gorong dengan lengkungan dan sedikit
kotoran/gangguan
Beton dipoles
Saluran pembuang dengan bak kontrol

KAPASITAS
SALURAN
Q = debit atau kapasitas,
m3/s
A = luas penampang basah,
m2
V = kecepatan aliran, m/s

Q=AxV
Q A.C R.S
2
3

1
2

Q A.kstr.R .S
A 23 12
Q R .S
n

SALURAN
BERGANDA
Saluran berganda dengan nilai n yang bervariasi

Q3

Q1
Q2

Q Q1 Q2 Q3

A1 A1

Q
n1 P1

2
3

1
S2

A2 A2

n2 P2

2
3

1
S2

A3 A3

n3 P3

2
3

1
S2

BENTUK SALURAN
YANG PALING
EKONOMIS
Potongan melintang saluran yang paling ekonomis
adalah saluran yang dapat melewatkan debit
maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran,
dan kemiringan dasar tertentu.
Berdasarkan persamaan kontinuitas, untuk luas
penampang melintang tetap, debit maksimum dicapai
jika kecepatan aliran maksimum.
Dari rumus Manning maupun Chezy, untuk kemiringan
dasar dan kekasaran tetap, kecepatan maksimum
dicapai jika jari-jari hidraulik, R, maksimum.
Untuk luas penampang tetap, jari-jari hidraulik
maksimum jika keliling basah, P, minimum

PENAMPANG YANG
PALING EKONOMIS
SECARA HIDRAULIK
Bentuk persegi panjang:
Jika lebar dasar saluran sama dengan dua kali
kedalaman air
B 2h

B
OR h
2

A Bh
P B 2h
2

2h
h
R

2h 2h 2

h
B

PENAMPANG YANG
PALING EKONOMIS
SECARA HIDRAULIK
Bentuk trapesium:
Jika lebar dasar saluran sama dengan jari-jari
lingkaran luar segi enam beraturan (hexagonal)
2
B h 3
3

A h2 3
1

P 2h 3
R

h
2

m
B

PENAMPANG YANG
PALING EKONOMIS
SECARA HIDRAULIK
Bentuk segitiga:
Jika sudut dasarnya adalah siku-siku (90o)

Ah

P 2h 2
h 2
R
4

r
1
m

PERENCANAAN
DIMENSI SALURAN
Data dan informasi (input):
1)
2)
3)
4)
5)

Debit, Q
Lebar lahan yang tersedia
Batasan kedalaman air
Kemiringan lahan
Bahan yang akan digunakan

Perhitungan (output):
1) Bentuk penampang saluran
2) Dimensi saluran: lebar dan kedalaman
3) Kemiringan dasar saluran

MENGHITUNG
DIMENSI SALURAN
Permasalahan:

Saluran drainase berbentuk trapesium mengalirkan debit sebesar


10 m3/det. Kemiringan dasar saluran 1 : 5.000. Dinding saluran
dilining dengan koefisien kekasaran n = 0,012. Tentukan dimensi
potongan melintang saluran yang paling ekonomis.

Penyelesaia
n
P : 2h 3
h
A h
Q h

1 h
3x
n 2

2
3

1
2
S

r
2

h=2,16 m

1 h 3
1 2
10 h2 3 x


0.012 2 5,000
2
B h 3 B = 2.49 m
3

B=2,49

Dengan metode coba coba ,


didapat

h = 2.16 m

KAPASITAS
SALURAN
Data dan informasi (input):
1) Bentuk dan dimensi saluran
2) Kemiringan dasar saluran
3) Bahan dan/atau kondisi saluran

Perhitungan (output):
1) Luas penampang saluran, A
2) Kecepatan aliran, v
3) Debit, Q

MENGHITUNG KAPASITAS
SALURAN

Informasi awal:
Saluran berbentuk persegi dengan lebar 2 meter,
tinggi 1,5 meter, terbuat dari beton precast.
Kemiringan dasar 1 : 1500. Berapa kapasitas
saluran?

Perhitungan:

Koefisien Manning
n = 0,02
Tinggi jagaan,
w diambil 0,20 meter,
sehingga kedalaman air
h = 1,30 meter.
Luas penampang basah
A= 2 x 1,30 = 2,60 m2
Keliling basah
P = 2 + 2 x 1,30 = 4,60 m.
Jari-jari hidrolik
R = 2,60/4,60 = 0,565 m
Kecepatan aliran
v=
1/0,02x0,5652/3x0,00080,5=0,97 m/s
Debit
Q = 2,6 x 0,97 = 2,51

ALIRAN KRITIS
ENERGI SPESIFIK:
Energi yang dihitung dari dasar saluran:
E h

2gh2

2
q
2
E hh
2g

v2
E h
2g

Energi
Spesifik

v12
2g

Q2
E h
2gA2

Sf

Energy Lin
e Slope

hf
v 22
2g

Sw

h1

Water Surfa
ce Slope
v2
So

Energi Total

Bottom Slop
e

z1

h2
z2

Datum

KURVA ENERGI
SPESIFIK
h
garis E = h

Kurva E-h

V12
2g

h1

h1

h2

2
45

h2

h3

V22
2g
3

Persamaan ini mungkin


mempunyai tiga akar
yang berbeda. Satu
diantaranya selalu
negatif.
Dua nilai h untuk harga
E tertentu, yaitu h1 dan
h2, dinamakan
kedalaman selang-seling
(alternate depths).
Pada kondisi khusus,
dimungkinkan h1 = h2,
yaitu pada titik C
Kedalaman pada titik ini
dinamakan kedalaman
kritis, hc, dan alirannya

KEDALAMAN KRITIS
Aliran kritis terjadi jika Energi Spesisik-nya minimum
Untuk saluran berbentuk persegi atau saluran sangat
lebar :
dE
q2
q2
1
0 hcr 3
3
dh
g
gh

Vcr
Fr
1
ghcr

1
2
E min hc hc or hcr Emin
3
2

Vcr ghcr

Untuk saluran bentuk sembarang:


Q2 A 3

g
T

Vcr
Fr
1
gRcr

Vcr gRcr

MENENTUKAN
KEDALAMAN KRITIS
Saluran berbentuk persegi panjang mengalirkan debit
10 m3/s. Berapa kedalaman kritis, hcr jika:
a) Lebar saluran7, 5 meter.
b) Lebar saluran 5,0 meter.

Penyelesaian:
a)

hcr 3

hcr 3

b
)

q2
Q2 3
102
3 2
0,566m
2
g
Bg
7,5 .9,81
2
q2
Q2
10
3 2 3 2
0,742m
g
Bg
5 .9,81

MENENTUKAN
KEDALAMAN KRITIS
c) Berapa kemiringan dasar saluran sehingga
terjadi kecepatan kritis pada soal b), jika
koefisien Manning n=0,012.

Penyelesaian:
c) Vcr ghcr 9,81.0,742 2,697m/ s
2
3

1
2

RcrScr
Vcr
n

2
3

5.0,742 12

Scr
5 2.0,742
2,697
0,012

Scr =
0,00221

PROFIL MUKA AIR


(ALIRAN TIDAK
SERAGAM)

KASUS

PERTANYAAN?
Bagaimana profil muka air pada penyempitan saluran?
a) naik
b) turun
c) tidak berubah

ALIRAN BERUBAH
LAMBAT LAUN

(Gradually Varied Flow =


GVF)

Aliran berubah lambat laun pada saluran terbuka:


kedalaman air pada saluran berubah secara gradual
terhadap jarak
perubahan kecepatan terjadi secara gradual terhadap
jarak sehingga pengaruh percepatan pada aliran
antara dua potongan yang berdekatan dapat diabaikan
perhitungan profil muka air dapat dilakukan
berdasarkan prinsip energi

ALIRAN BERUBAH LAMBAT


LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)

Asumsi yang digunakan:


Kemiringan dasar saluran kecil (kurang
dari 5%)
Saluran adalah prismatik dan tidak
terjadi inflow lateral dan outflow dari
saluran
Distribusi tekanan pada potongan
saluran adalah hidrostatik
Kehilangan head pada aliran berubah
lambat laun dapat ditentukan dengan
persamaan kehilangan head pada aliran
seragam

ALIRAN BERUBAH LAMBAT


LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)
Total head pada potongan saluran:
1
garis en
ergi

V12
2g

Permuk
aan air
bebas

2
hf

V22
2g

h1
h2
Dasar salura
n

z1

z2
datum

V2
H zh
2g

Q2
atau H z h
2gA 2

ALIRAN BERUBAH
LAMBAT LAUN

(Gradually Varied Flow =


GVF)
Perubahan kedalaman air
terhadap jarak
Untuk bentuk persegi,

Untuk rumus
Chezy:
h3 hN3
dh
So 3 3
dx
h hcr
Untuk rumus
Manning:

h hN
dh
So 3
3
dx
h hcr
10
3

10
3

Dimana:
So
= kemiringan dasar
saluran
hN
= kedalaman air
normal
hcr = kedalaman air
kritis
h
= kedalaman air
pada aliran berubah

ALIRAN BERUBAH
LAMBAT LAUN

(Gradually Varied Flow =


GVF)

dh
0
dx

dh
dx

Backwate
r

dh
0
dx
Drawdow
n

h > hnTerjadi di zone


h > hc1
Aliran subkritis
h < hnTerjadi di zone
h < hc3
Aliran super
h < hnkritis
Terjadi: di zone
h > hc 2
Aliran subkritis
h > hnTerjadi di zone
h < hc2
Aliran
superkritis :

ALIRAN BERUBAH LAMBAT


LAUN
(Gradually Varied Flow = GVF)

Jenis kemiringan dasar saluran:

Saluran
Saluran
Saluran
Saluran
Saluran

datar (Horizontal) : So = 0 &


landai (Mild)
: So < Sc &
kritis (Critical)
: So = Sc &
terjal (Steep)
: So > Sc &
menanjak (Adverse) : So< 0
1
2
3

hn
hn
hn
hn

> hc
= hc
< hc .

NDL
CDL

Zona untuk klasifikasi


profil muka air

ALIRAN BERUBAH
LAMBAT LAUN

(Gradually Varied Flow =


GVF)
Profil muka air pada kurva H (Horizontal channel)

hn =
H2

H2

CDL

Zone 2
Aliran subkritis (h > hc)

CDL

Zone 3

hc

H3
H3

Aliran superkritis (h < hc)


So = 0

CDL

ALIRAN BERUBAH
LAMBAT LAUN

(Gradually Varied Flow =


GVF)
Profil muka air pada kurva M (Mild channel)
Zone 1
Aliran subkritis (h > hc)

M1

M1

NDL

CDL

Zone 2

NDL

M2

hn

M2

CDL

Aliran subkritis (h > hc)


Zone 3

CDL

M3

hc

NDL

Aliran superkritis (h < hc)


So

M3

CDL

ALIRAN BERUBAH
LAMBAT LAUN

(Gradually Varied Flow =


GVF)
Profil muka air
pada kurva C
(Critical
channel)

Zone 1

C1
Aliran subkritis (h > hc)
C2 = aliran kritis

Zone 3

hn = hc

So

Zone 1

Profil muka
air pada
kurva S
(Steep
channel)

CDL=NDL

C3

Aliran superkritis (h <


hc)

S1

Zone 2

Aliran subkritis (h > hc)

S2

hcr

CDL

Zone 3

Aliran superkritis (h >


hc)

hn
S3
So

NDL
Aliran superkritis (h <
hc)

ALIRAN BERUBAH
LAMBAT LAUN

(Gradually Varied Flow =


GVF)
Profil muka air pada kurva S (Steep channel)
Zone 1
Aliran subkritis (h > hc)

S1

S1

CDL

NDL

Zone 2
S2

hc

CDL

S2

NDL

Aliran subkritis (h > hn)


Zone 3

hn

S3

NDL

Aliran superkritis (h < hc)


So

CDL

S3

NDL

ALIRAN BERUBAH
LAMBAT LAUN
(Gradually Varied Flow =
GVF)
hn =

A2

Aliran subkritis (h >


hc)

Zone 1
Aliran superkritis (h <
hc)

A3
hcr
Zone 3

So

Profil muka air untuk kurva A


(Adverse slope)

CDL

AIR BALIK

(BACK WATER)

METODE
PERHITUNGAN
Ada beberapa cara yang dapat dipakai
untuk menghitung profil muka air pada
aliran permanen tidak beraturan,
yaitu :
1. Metode tahapan langsung (Direct Step Method).
2. Metode tahapan standard (Standard Step
Method).
3. Metode integrasi grafis (Graphical Integration
Method).
4. Dll.

METODE TAHAPAN
LANGSUNG

Gambar di sebelah
menunjukkan
potongan
penampang aliran
tidak seragam
Berdasarkan
persamaan
Bernoulli,
dapat V 2
V12
2 h
h

1
2
f
ditulis :
2g
2g


E1

E2 E1
X
So S f

E2

Sf

V12
2g

Sw
h1
So

z =
SoX
X

or E1 So X E 2 S f X

Di mana

S S
S f f1 f 2
2
Sf

Q2n2
A

4
3
R

v 22
E 2 h2
2g

v12
E1 h1
2g

hf = Sf .
X
2

V2
2g

h2

CONTOH
Soal :
Suatu saluran berbentuk trapesium dengan kemiringan dinding
1: 1, lebar dasar 3,0 m dan kemiringan dasar saluran 0,0015.
Pemasangan bangunan pintu pengontrol menyebabkan
kenaikan kedalaman air di hulu pintu menjadi 4,0 m pada debit
19,0 m3/dt. Jika angka kekasaran Manning n = 0,017. Hitung
dan gambarkan profil muka air yang terjadi.

Penyelesaian :
1. Tentukan tipe profil muka air, dengan menghitung
kedalaman normal, hn, dan kedalaman kritis, hc.
Kedalaman air normal, hn dapat kita peroleh dengan rumus
Manning:
1 32 21
Q A R So
n

CONTOH

(lanjutan)

Dengan memasukkan parameter yang sudah


diketahui, kita dapatkan:

3 hh 3 hh
19

0.017 3 2h 2

2
3

1
2
0.0015

hN = 1.726 m.

Kedalaman kritis dapat dihitung


dengan:

19 2 3 hh 3

9.81
3h

Melalui metode coba coba


kita dapatkan h (as hN)

Q2 A 3

g
T

Dengan coba coba kita dapatkan


h = 0.546 m (kedalaman kritis, hc).

h >hN > hc : profil muka air adalah M1.

2.

Selanjutnya kita menghitung profil muka air, dimulai dari


kedalaman yang sudah diketahui di hulu titik kontrol, h =
4,0 m, bergerak ke arah hulu. Pada titik kontrol ini kita
beri notasi x = 0.

3.

Hasil perhitungan ditampilkan pada Tabel berikut.

Hasil perhitungan profil muka air dengan metoda


tahapan langsung
v /2g.
2

E. m

E. m

Sf

Sf

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

1.956

0.023

4.023

26.910

1.918

0.024

3.924

0.099

6.05E-05

3.80

25.840

1.880

0.026

3.826

0.098

3.70

24.790

1.841

0.028

3.728

0.098

h. m

A. m2

R. m

(1)

(2)

(3)

4.00

28.000

3.90

Sf

X. m

X. m

(9)

(10)

(11)

5.74E05

1.44E-03

68.86

68.86

6.74E-05

6.39E05

1.44E-03

68.23

137.09

7.52E-05

7.13E05

1.43E-03

68.43

205.53

So-

5.44E-05

PROSEDUR
PERHITUNGAN

1. Kolom 1, h. Kedalaman yang mendekati kedalaman


normal secara asimptotis pada jarak tak terhingga. Oleh
karena itu, perhitungan profil muka air dihentikan jika
kedalaman air pada kisaran 1 persen dari kedalaman
normal.
2. Kolom 2, A. Luas potongan melintang dengan kedalaman
pada kolom 1.
3. Kolom 3, R. Jari-jari hidraulik, R = A/P, dimana P = keliling
basah untuk kedalaman air pada kolom 1.
4. Kolom 4, V2/2g. Tinggi kecepatan, dimana kecepatan, V,
dihitung dengan membagi debit, Q, dengan luas
penampang melintang, A, dari kolom 2.
5. Kolom 5, E. Energi spesifik, E, dihitung dengan
menjumlahkan kedalaman air, h, pada kolom 1, dengan
tinggi kecepatan, V2/2g, pada kolom 4.

PROSEDUR PERHITUNGAN
(lanjutan)
1. Kolom 6, E=E2 E1. Kolom ini diperoleh dengan
mengurangkan harga E pada kedalaman yang bersangkutan
dengan E untuk kedalaman sebelumnya.
Q n
2. Kolom 7, Sf. DenganS menggunakan
angka kekasaran

A R dengan persamaan
Manning, n, tertentu, maka
f
harga SfSdapat
dihitung.
3. Kolom 8,
Rata-rata Sf pada kedalaman yang
bersangkutan dan kedalaman sebelumnya. Kolom ini
S S
dibiarkan kosong untuk baris pertama, karena disini belum
ada kedalaman sebelumnya.
4. Kolom 9,
Harga pada kolom ini diperoleh dari
mengurangkan
pada kolom 8 terhadap harga So.
5. Kolom 10, X = X2-X1. Pertambahan jarak dihitung
dengan membagi kolom (6) dengan kolom (9).
6. Kolom 11, X. Merupakan jarak dari titik kontrol sampai
kedalaman yang ditinjau, dan merupakan akumulasi dari X
dari kolom 10.
f

4
3

PROFIL MUKA AIR DARI HASIL


PERHITUNGAN DENGAN
METODA TAHAPAN LANGSUNG

METODE TAHAPAN
STANDARD
Metoda ini dikembangkan dari persamaan energi total dari
aliran pada saluran terbuka
V12
V22
z1 h1
z 2 h2
hf
2g
2g


E1

E1 E2 h f

E2

Perhitungannya dimulai dengan mengetahui tinggi energi total di titik


kontrol E1, dimana kedalaman air, h1 dan ketinggian dasar saluran dari
titik referensi, z1, diketahui, Selanjutnya tentukan jarak dari titik
kontrol ke hulu atau kehilir (tergantung letak titik kontrol) sepanjang
X,
Parameter sebelah kanan yang dapat langsung dihitung adalah z2 =
z1 + z, dimana z adalah perkalian antara kemiringan dasar saluran
dan selisih jarak kedua titik yang akan dihitung ( z = SoX), Tiga
parameter lainnya merupakan fungsi kedalaman air h2, sehingga
dengan mengasumsikan kedalaman air h2, tinggi energi di titik (2)
dapat dihitung,

CONTOH
Soal :
Suatu saluran berbentuk trapesium dengan kemiringan dinding
1: 1, lebar dasar 3,0 m dan kemiringan dasar saluran 0,0015.
Pemasangan bangunan pintu pengontrol menyebabkan
kenaikan kedalaman air di hulu pintu menjadi 4,0 m pada debit
19,0 m3/dt. Jika angka kekasaran Manning n = 0,017. Hitung
dan gambarkan profil muka air yang terjadi.

Penyelesaian :
1. Tentukan tipe profil muka air, dengan menghitung
kedalaman normal, hn, dan kedalaman kritis, hc.
2. Kedalaman air normal, hn dapat kita peroleh dengan
rumus Manning:

1 32 21
Q A R So
n

CONTOH (lanjutan)
Dengan
3
1

y
h
3

h
h

2
memasukkan
19

0,0015
parameter yang
0,017 3 2h 2
sudah diketahui,
kita dapatkan:
2

Kedalaman
air kritis
dapat kita
hitung
dengan

Q2 A 3

g
B

Melalui metoda
coba-coba kita
peroleh hn =
1,726 m.

Dengan cara coba-coba


diperoleh harga hc =
0,546 m.

h > hn > hc : profil aliran adalah M1.


3. Selanjutnya hitung profil muka air, dimulai dari kedalaman
yang sudah diketahui di hulu titik kontrol, h = 4,0 m,
bergerak ke arah hulu.
Pada titik kontrol ini kita beri notasi x = 0.

HASIL PERHITUNGAN PROFIL


MUKA AIR DENGAN METODA
TAHAPAN STANDARD

X, m

Z, m

h, m

A, m2

v, m/dtk

v2/2g,
m

E1, m

R, m

Sf
(104)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

0,00

4,00

28,00

0,679

0,023

4,023

1,956

0,544

100

0,15

3,85

26,40

0,720

0,026

4,029

1,900

200

0,30

3,71

24,85

0,765

0,030

4,036

300

0,45

3,56

23,35

0,814

0,034

400

0,60

3,41

21,91

0,867

0,038

..

..

..

..

..

..

S f (104)

hf (102)

E2

(10)

(11)

(12)

(13)

0,636

0,590

100

0,590

4,029

1,843

0,747

0,692

100

0,692

4,036

4,044

1,787

0,882

0,815

100

0,815

4,044

4,053

1,731

0,105

0,964

100

0,964

4,053

..

..

..

..

..

..

..

2100

3,15

1,74

8,27

2,296

0,269

5,163

1,043

14,4

14,3

50

7,14

5,164

2150

3,22

1,74

8,25

2,304

0,270

5,235

1,041

14,5

14,5

50

7,24

5,235

2200

3,30

1,74

8,22

2,311

0,272

5,308

1,039

14,7

14,6

50

7,30

5,308

2250

3,37

1,73

8,21

2,315

0,273

5,382

1,038

14,7

14,7

50

7,35

5,382

PROSEDUR
PERHITUNGAN

1. Kolom 1, X. Lokasi titik dimana kedalaman airnya dihitung.


2. Kolom 2, z. Elevasi dasar saluran. Dihitung berdasarkan
elevasi dasar yang diketahui (misalnya pada titik kontrol
diambil z1 = 0) dan kemiringan dasar saluran, So, z2 = z1 +
So(X2 X1).
3. Kolom 3, h. Perkiraan kedalaman air.
4. Kolom 4, A. Luas penampang basah, A, yang dihitung untuk
kedalaman, h, pada kolom 3.
5. Kolom 5, V. Kecepatan aliran, V = Q/A, dimana A luas
penampang diambil dari kolom 4.
6. Kolom 6, V2/2g. Tinggi kecepatan.
7. Kolom 7, H1. Total tinggi energi, merupakan penjumlahan
ketinggian dasar saluran, z, pada kolom 2, kedalaman air, h,
kolom 3, dan tinggi energi V2/2g, kolom 6, atau H =
z+h+V2/2g.
8. Kolom 8, R. Jari-jari hidrolis untuk kedalaman air, h; R = A/P,
dimana A luas penampang basah dari kolom 4, P keliling
basah.

PROSEDUR PERHITUNGAN
(lanjutan)
9. Kolom 9, Sf. Kemiringan garis energi, yang dihitung berdasarkan
persamaan (3,98).
10. Kolom 10,.Rata-rata Sf pada kedalaman yang bersangkutan dan
kedalaman sebelumnya untuk jarak yang ditentukan.
11. Kolom 11, X . Jarak antara titik yang dihitung kedalaman airnya dan
lokasi yang telah dihitung kedalaman air sebelumnya.
12. Kolom 12, hf. Kehilangan tinggi energi sepanjang X dihitung dari
persamaan, ,dimana diambil dari kolom 10, dan X dari kolom 11.
13. Kolom 13, H2. Merupakan tinggi energi total, yang dihitung dari
penambahan kehilangan tinggi energi, hf, dengan tinggi energi total (H1
di kolom 7) pada perhitungan sebelumnya. Jika selisih H1 pada kolom 7
dan H2 pada kolom 13 berada pada kisaran yang dapat diterima, maka
perkiraan kedalaman air h pada kolom 3 merupakan kedalaman air yang
dicari pada titik tersebut, dan perhitungan dapat dilanjutkan pada titik
berikutnya. Sebaliknya jika selisihnya masih jauh, maka perlu diulang
dengan harga h yang baru.

PROFIL MUKA AIR DARI HASIL


PERHITUNGAN DEMHAM METODA
TAHAPAN STANDARD & TAHAPAN
LANGSUNG

KONDISI HYDRAULIK
DALAM SISTEM DRAINASE
PERKOTAAN
1. Aliran tetap dan seragam (steady uniform flow), atau yang disebut juga
aliran beraturan. Dalam hal ini luas penampang aliran tidak merubah
terhadap jarak, dan debit aliran tetap atau tidak berubah menurut
waktu.
2. Aliran tetap tidak seragam (steady non uniform flow) yaitu aliran
berubah lambat laun (gradually varied flow) dan aliran berubah dengan
cepat (rapidly varied flow). Dalam hal ini luas penampang aliran
berubah menurut tempat, sedang debit aliran tidak berubah menurut
waktu.
3. Aliran seragam tidak tetap (unsteady uniform flow). Dalam hal ini luas
penampang aliran tidak berubah menutrut jaraknya, tetapi debit aliran
berubah menurut waktu. Kondisi ini hampir tidak pernah terjadi.
4. Aliran tidak seragam dan tidak tetap (unsteady non uniform flow),
dalam hal ini luas penampang aliran berubah menurut jaraknya, dan
debit aliran berubah menurut waktu.

ALIRAN PIPA SALURAN


TERTUTUP
V12/2g

EGL
V22/2g

HGL

Z2
Z1

Datum

Garis Energi (Energy Grade Line) dan Garis Tekanan (Hydraulic Grade Line)
Rumus Hazen William ( dipergunakan untuk pipa q (mm ) 50

Q = 0,27853 C0,38 D

2,63

0,54

Ll

-0,54

Dimana : Q = debit atau aliran ( m3 /det ),


D = diameter pipa ( m),
C = koefisien kecepatan,
h = kehilangan tekanan,
L = panjang pipa

ALIRAN PIPA
SALURAN TERBUKA
hf
V12/2g

P1=p2=0

EGL
1
V22/2g
2
HGL

Z1

Dasar Saluran
Z2

Garis Energi (Energy Grade Line) dan Garis Tekanan (Hydraulic


Grade Line)

GEOMETRI DAN ELEMEN


HYDRAULIK
Elemen geometri
Kedalaman

Symbul
D /(h)

Definisi

Satuan

Kedalaman air di atas dasar


saluran

Luas Penampang

Luas penampang aliran

m2

Keliling basah

Bagian aliran yang menempel


pada dindind dan dasar saluran

Jari-jari hydraulik

Luas penampang dibagi keliling


basah (A/P)

Lebar permukaan air

Lebar aliran pada permukaan air

Kedalaman hydraulik

dm

Luas penampang aliran dibagi


lebar permukaan (A/T)

ALIRAN PIPA
SALURAN
TERTUTUP

(a) Aliran saluran terbuka dalam pipa tanpa melimpas

(b) Aliran dalam pipa penuh yang melimpas.

JENISJENIS ALIRAN PADA


GORONG-GORONG

ALIRAN PADA
GORONG-GORONG

TINGGI JAGAAN PADA SUATU


PENAMPANG SALURAN

Puncak tanggul

Puncak tanggul
F

yy

B
B

BESARNYA TINGGI JAGAAN


MINIMUM UNTUK SALURAN DARI
TANAH DAN DARI PASANGAN BATU
Besarnya debit
Q (m3/det)
< 0,50
0,50 1,50
1,50 5,00
5,00 10,00
10,00
15,00
> 15,00

Tinggi jagaan (m)

Tinggi jagaan (m)

untuk pasangan batu saluran dari tanah


0,20

0,40

0,20

0,50

0,25

0,60

0,30

0,75

0,40

0,85

0,50

1,00

BESARNYA TINGGI JAGAAN


MINIMUM UNTUK SALURAN DARI
TANAH DAN DARI PASANGAN BATU

KOLAM LONCAT AIR

1/3 H1

muka air hulu

.
penurunan
2/3H1
tinggi dasar

aliran tak tenggelam


tinggi mercu

H1

muka air hilir


kedalaman konjugasi y2
tinggi dasar hilir

H2

degradasi

-4.0
0

(m3/m)

aliran tenggelam
z + 0.5H1

H1
.

z
1

v1

2 H2

KOLAM LONCAT AIR


bagian pengontrol

H1

yc
H
>2

sudut
runcing

Hu

bidang persamaan

Lj
potongan U

alternatif peralihan
1

panjang
kemiringan

diperpendek

H2

yu

panjang kemiringan

bulat r ~ 0.5H1

ambang
ujung

y2

KOLAM LONCAT AIR


v1 = 2g(1/ 2H1 +z )
di mana:

v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt


g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)
H1= tinggi energi di atas ambang, m
z = tinggi jatuh, m.

Dengan q = v1y1, dan rumus untuk kedalaman konjugasi dalam


loncat air adalah:
y2 1
=
(1+8Fr2 - 1)
y1 2
di mana :
y2
yu
Fr
v1
g

=
=
=
=
=

kedalaman air di atas ambang ujung, m


kedalaman air di awal loncat air, m
bilangan Froude
kecepatan awal loncatan, m/dt
percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)

KOLAM LONCAT AIR


Lj = 5 (n + y2)
di mana:
Lj = panjang kolam, m
n = tinggi ambang ujung, m
y2 = kedalaman air di atas ambang, m.

y2 h2

yu

y2 h2

y2=h2

PINTU ALIRAN BAWAH


Jenis Pintu
Ada 3 jenis pintu aliran bawah yang umum, seperti berikut ini ;
1. Pintu geser
2. Pintu radial
3. Pintu drum

SIPHON DAN TALANG


Aliran persatuan lebar pada suatu pintu geser tegak yang berada
dalam kondisi aliran keluar bebas, diperlihatkan oleh persamaan
berikut:
q = Cd W (2gy)
Dimana :
q = aliran per satuan lebar (m3 / dt per m1)
W = lebar bukaan pintu (m)
y = kedalaman air di hulu dan

Untuk pemasangan di lapangan, Cc dapat diambil sebagai


konstanta, dan besarnya = 0,61

SIPHON DAN
TALANG

SIPHON DAN
TALANG

SIPHON DAN
TALANG
Kehilangan total tinggi energi

ehilangan total tinggi energi di terowongan atau saluran tertutup adalah


H = Hmasuk + Hfr + HB + Hkeluar

dimana :
Hmasuk, keluar
Hfr
HB

= kehilangan tinggi energi masuk


dan keluar, m
= kehilangan tinggi energi akibat
gesekan di sepanjang pipa, m
= kehilangan tinggi energi pada
tikungan, m

Sekian
Terima kasih
Sumber :
Ir. Anggrahini Syafii, M.Sc
Dr. Ir. Suseno Darsono, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng

Você também pode gostar

  • Sear Wall
    Sear Wall
    Documento8 páginas
    Sear Wall
    Dion Eko Febrianto
    Ainda não há avaliações
  • PKM-K "Inovation of Wood Art" Dengan Comel (Corak Melayu)
    PKM-K "Inovation of Wood Art" Dengan Comel (Corak Melayu)
    Documento16 páginas
    PKM-K "Inovation of Wood Art" Dengan Comel (Corak Melayu)
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações
  • KAYU
    KAYU
    Documento1 página
    KAYU
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações
  • 7 750436637255
    7 750436637255
    Documento19 páginas
    7 750436637255
    cahya
    Ainda não há avaliações
  • Seminar Dilla
    Seminar Dilla
    Documento56 páginas
    Seminar Dilla
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Documento1 página
    Lembar Pengesahan
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Documento3 páginas
    Bab Vi
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações
  • Shear Wall
    Shear Wall
    Documento1 página
    Shear Wall
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações
  • Petirrr Dillla
    Petirrr Dillla
    Documento2 páginas
    Petirrr Dillla
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento12 páginas
    Bab I
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações
  • Bab IV Dilla Fix
    Bab IV Dilla Fix
    Documento34 páginas
    Bab IV Dilla Fix
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações
  • Daftr Isi Bab V
    Daftr Isi Bab V
    Documento1 página
    Daftr Isi Bab V
    Dilla Kartika
    Ainda não há avaliações