Você está na página 1de 53

ILMU JALAN REL

KELAS
JALAN

V MAX
(km/jam)

d1
( cm )

b
( cm )

c
( cm )

k1
( cm )

d2
( cm )

e
( cm )

k2
( cm )

a
( cm )

III

100

30

140

225

240-270

15-50

22

325

170-200

Oleh : H. Surakim

Ilmu Jalan Rel

KELAS
JALAN

V MAX
(km/jam)

d1
( cm )

b
( cm )

c
( cm )

k1
( cm )

d2
( cm )

e
( cm )

k2
( cm )

a
( cm )

III

100

30

140

225

240-270

15-50

22

325

170-200

Pada dasarnya jalan rel dibagi 2 bagian :


a. Bagian Atas
b. Bagian Bawah

STANDAR JALAN REL


Daya angkut lintas, kecepatan maksimum, beban gandar dan
ketentuan-ketentuan lain untuk setiap kelas jalan, tercantum pada
tabel berikut :

Tabel : Kelas Jalan


ET = Elastik Tunggal; EG = Elastik Ganda

BAGIAN ATAS

Rel
Alat Penambat
Bantalan
Ballas
Wesel-wesel
Persilangan-persilangan
Jembatan-jembatan
dan lain-lain

BAGIAN BAWAH

Tubuh ban
Urung-urung
Drainase-drainase
Viaduck Aquaduck
Pangkal pilar
Krip-krip
Terowongan
dan lain-lain

REL (1)
Jenis rel di PT. KA antara lain R25, R33, R42, R54 sebagai contoh
R42 artinya berat rel tersebut 42 kg/m dan seterusnya.
Panjang rel R25 6.80 10.20 m
Panjang rel R33 11.90 13.60 m
Panjang rel R42 11.90 13.60 17 m
Panjang rel R54 17 25 m
Ini semua merupakan rel standar pabrik. Biasanya dibuat panjang
dengan cara mengelas.
Misalnya :11.90 X 7
13.60 X 6 =
17 X 5
=
25 X 4
=

= 83 m
81 m
85 m
100 m

REL (2)
Rel di dalam konstruksi dibedakan 3 macam, yaitu :
Rel standar 25 m dari pabrik
Rel pendek 100 m
Rel panjang > 200 m (PD 10)
Komposisi Kimia rel antara lain :
C 0.60 0.80%
Si 0.15 0.35%
Mn
0.90 1.10%
P maksimum 0.035%
S maksimum 0.025%

Makin besar Mn, rel makin keras.


Makin besar C, rel makin getas/rapuh.
Makin berat rel makin besar dapat memikul muatan / exeload
untuk kecepatan tinggi.

ALAT PENAMBAT (1)


Untuk jalan kereta api kecepatan rendah 60 km/jam dapat
digunakan :
Pelat andas
Paku rel
Paku tirpon
Doorken
Klem plat
Untuk jalan kereta api kecepatan 100 km/jam dapat digunakan :
Bis plit Pandrol
Pandrol klip
Rabber pad
DE klip
dan sebagainya

ALAT PENAMBAT (2)


Antara rel satu dengan rel yang lain dihubungkan dengan plat sambung,
dengan menggunakan baut-baut mur yang dipasang 4 buah 6 buah tiap
sambungan.
Jenis plat sambung untuk jalan rel 60 km/jam dapat dipakai antara lain :
Plat sambung siku
Plat sambung sayap menggunakan 4 (empat) baut mur
Untuk jalan kereta api 100 km/jam menggunakan plat sambung tipis :
Harman
Engle type
Baut sambung paling sedikit 4 6 buah
Alat penambat tersebut dibedakan dalam cara kerjanya :
Penambat kaku paku, tripon, klem plat, plat andas
Penambat elastic pandrol klip, DE klip
Penambat elastic cocok untuk rel yang berat dan panjang.

BANTALAN
Jenis bantalan antara lain :
Bantalan kayu
Bantalan besi
Bantalan beton
Sesuai dengan kegunaannya, dibedakan bantalan untuk :
Pada lintas biasa
Pada jembatan
Pada wesel-wesel
Ukurannya juga berbeda :
Untuk bantalan biasa 22 X 13 X 200cm
Untuk bantalan jembatan 22 X 18 X 180cm
Untuk bantalan wesel 22 X 13 X 320cm
Karena kayu sudah langka/sulit dan mahal juga kebanyakan kayu muda sekarang
mulai diganti dengan bantalan beton. Ukurannya 23 X 20 X 200cm.
Ada beberapa macam bantalan beton Monoblog dan Biblog dan selalu menggunakan
penambat elastic.

BALAS (1)
Balas terdiri dari :
balas pasir/sirtu
balas batu pecah
Balas yang digunakan harus bersih dan untuk balas pasir tidak
boleh pasir laut. Balas kerikil untuk kereta api kecepatan sedang
60 km/jam. Untuk kecepatan 100 km/jam harus digunakan balas
batu pecah ukuran 2 6 cm dan dipecah dengan mesin pemecah
batu (stone cruiser).
Jenis batu yang digunakan dapat dari sungai atau gunung. Jenis
batu andesit atau granit dengan b > 1200 kg/cm2.
Untuk pekerjaan-pekerjaan pembangunan batu balas harus diujikan
dulu pada laboratorium yang ditunjuk oleh pimpinan proyek.

BALAS (2)
SUBBALAS
Subbalas terdiri dari pasir atau sirtu dan dipasang di bawah balas
sebagai bahan untuk perbaikan tanah dasar. Subbalas harus dari
pasir sungai yang bersih dan kasar tidak bercampur lumpur.
BLOG ZOODEN / LEMPENGAN
Blog zooden/lempengan yang terdiri dari tanah liat berumput
sebagai penahan pasir/ subbalas.
TEBAL BALAS
Tebal balas diukur dari bawah bantalan biasanya antara 15 25cm
tergantung dari kelas jalan kereta api.
TEBAL SUBBALAS
Tebalnya antara 20 50cm tergantung dari kecepatan tekanan
gandar dan kelas jalan.

SELISIH KEMIRINGAN (1)


Untuk menjaga agar air yang ada pada tubuh ban terutama pada
waktu hujan tidak menggenang, maka diperlukan kemiringan tubuh
ban 1:20 miring ke arah luar.
Lebar jalan rel 8m minimum. Kemiringan tubuh jalan rel biasanya
1:1.5 dan tubuh ban ditablak dengan rumput. Apabila tubuh ban
dalam penggalian maka harus dibuat selokan kiri dan kanan. Apabila
tubuh ban tinggi, hatus dibuat tangga-tangga, juga pada penggalian.
Sesuai dengan lebar sepur, jalan rel dibedakan :
1. Sepur sempit 1000 mm, 1067 mm (Indonesia, Malaysia, Thailand,
Vietnam, dan Jepang)
2. Sepur normal 1435 mm (Eropa, Jepang)
3. Sepur lebar 1676 mm (India, Spanyol)

SELISIH KEMIRINGAN (2)


Tidak selamanya jalan rel selalu dalam lurusan, pada tempat-tempat
tertentu akan terjadi lengkungan juga dapat terjadi turunan dan
tanjakan atau kombinasi tersebut. Lengkungan sangat mempengaruhi
kecepatan. Untuk lintas kecepatan 60 km/jam jari-jari minimum R =
200m. Untuk lintas kecepatan 100 km/jam jari-jari minimum
R=
600m.
Biasanya, landai jalan rel dibedakan :
0 10 lintas datar
11 40 lintas pegunungan
41 65 lintas bergigi
Kereta api pada waktu melalui lengkungan kondisi geometri rel dibuat
berbeda, antara rel dalam dan rel luar.
Besarnya h sangat dipengaruhi oleh jari-jari R dari jalan kereta api
juga kecepatan kereta api yang melewatinya.
Jari-jari R makin besar dapat dilalui lebuh cepat. Begitu juga, jari-jari R
makin kecil, kecepatan kereta api makin rendah.

WESEL WESEL
Untuk membelok, suatu jalan kereta api dalam perpindahan
jalur diperlukan wesel. Macam-macam wesel antara lain :
1. Wesel biasa (kanan dan kiri)
2. Wesel slorok
3. Wesel simetris
4. Wesel Inggris
Sudut belokan dinyatakan dengan tg antara lain tg 1:8,
tg 1:10, tg 1:12, tg 1:14 dan seterusnya.
Untuk kereta api kecepatan tinggi sudut wesel tg = 1:40
dan 1:56 (TGV, Sinkansen)

PERSILANGAN
Untuk lintas yang berdekatan dengan industri, biasanya jalan
kereta api bersilang dengan jalan dari pabrik. Persilangan
biasanya berbentuk siku atau miring, konstruksi ini harus
baik, karena rawan anjlogan.

PERLINTASAN
Biasanya dalam persilangan jalan kereta api dengan jalan
raya dibuat perlintasan. Perlintasan dapat dibuat satu bidang
dan yang baik adalah fly over atau under pass agar tidak
mengganggu perjalanan kereta api.
Pintu perlintasan dapat dipasang secara manual atau elektrik.

JARAK RUANG BEBAS UNTUK BENDA


TETAP
Lintas bebas 2,35 sampai 2,53 m dari as jalan rel
Pada emplasemen 1,95 sampai 2,35 m dari as jalan rel
Pada jembatan 2,15 m dari as jalan rel

JARAK RUANG BEBAS UNTUK DALAM


LENGKUNGAN
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

lurusan dari jari-jari > 3000m = 1950 mm


jari-jari 300 m sampai 3000 m = 2050 mm
jari-jari < 300 m
= 2150 mm
jarak as 2 spoor kembar
= 4000 m pada lurusan.

PERUBAHAN LANDAI VERTIKAL DAN


TURUNAN
R

R
Kecepatan > 100 km/jam R = 8.000 m
Kecepatan < 100 km/jam R = 6.000 m
Untuk diusahakan tidak terjadi ganda dengan lengkung datar

LETAK DAN ALIGNEMENT


Letak alignement jalan rel di depan jembatan diusahakan datar
sepanjang 20m dari ujung pangkal jembatan, baru ada
lengkungan.
Letak sambungan rel pada jembatan supaya berpedoman pada
ketentuan :
Tidak boleh ada sambungan di jembatan.
Letak sambungan bantalan kayu 200m dari ujung pangkal
jembatan.

CARA MENGHITUNG KEKUATAN REL


P

G
a

=
=
=
=

berat gandar lokomotif dalam ton


V2
pengaruh kecepatan menurut Verein
30.00
0
berat rel dalam kg/m
jarak bantalan dalam m

(V km/jam)

Untuk R42, kecepatan 100 km/jam, jarak bantalan 0,60m.

Jarak pada bantalan sangat mempengaruhi besarnya P.

LENGKUNG JALAN REL


Tidak selamanya trace jalan rel selalu dalam lurusan, pada kondisi lapangan tertentu
atau untuk merobah arah pada lintas bebas terpaksa dibuat lengkungan. Untuk
membuat nyaman waktu Kereta Api melalui lengkungan biasanya didahului oleh
lengkung peralihan.
1lengkung peralihan dapat juga digunakan jarak
Apabila tidak menggunakan
R V2
peralihan dengan ketentuan6
Panjang jarak peralihan diatur sebagai berikut :
= 400 h untuk kecepatan 45 km/jam
= 600 h untuk kecepatan 59 km/jam
= 1000 h untuk kecepatan > 60 km/jam
Apabila menggunakan lengkung peralihan maka :
n = 10 V hn
Penggunaan lengkung peralihan lebih nyaman dilalui Pkereta api dibandingkan
menggunakan jarak peralihan.
P

T1

T2

h
1000 h

R
R1

R1

y = 2
1 6R

h
1000 h

ln

ln

PENGARUH LENGKUNG DAN


KECEPATAN
Pada perjalanan melingkar dari suatu KA (lengkung lingkaran) terdapat
kekuatan centrifugal yang arahnya keluar radial sebesar :
V2 B V2
K m

R
g R

B = berat KA
g = percepatan karena daya penarik bumi = 9,78 m/det2
V = kecepatan KA
R = jari jari lengkung
Makin berat KA, besarnya K semakin besar pula; makain cepat perjalanan
KA, besarnya K bertambah kwadratis; makin besar jari jari lengkung
makin kecil K.
Menurut Stalsel thn 1938, besarnya K dibatasi sampai 4,78 % x berat KA,
sehingga terdapat rumus rumus :

1.

V2
h
K. 0(K
,785dalam
100 %,
R
s

V dalam Km/jam, h dalam mm, s = 1130 mm)

V2

8
,
86

54
,
01
min
=

2.

Peninggian rel luar h

mm. (V dalam Km/jam, R dalam m)

3.

V
Peninggian rel luar h normal
=
6

4.

Pelebaran spoor pada rel dalammm.


W
10 (d = 3000 mm dan R dalam mm).

5.

Panjang lengkung peralihan normal


X 10V hn m

6.

V
Panjang minimum lengkung peralihan
X min 41,15

mm

2R

X
Ordinat lengkung peralihan
Y

X2

6 R

7.

8.

Kecepatan max pada h mx (110Vmm)


:
max 4,3

9.

V =
R minimum untuk kecepatan tertentu

4,3

10. R yang tidak memerlukan lengkung peralihan


1
R V2
6

Contoh soal :
Diketahui : R = 500 m, V = 75 Km/jam.
Perhitungan :
V 2 6 75 75
6=
mm
R
500 = 67,5

mm ~ 65 mm.

a.

h normal

b.

Panjang lengkung peralihan X1 = 10 V.hn = 10 x 75 x 67,5 = 50,63 m.

c.

Besar

X 3 X 2 50,63 50,63
Y1

0,85m
ordinat
C
6R
6 500

8,86 75 75
V2

8
,
86
54,01
min
=R 54,01
500 = ~ 45

d.

Peninggian h

e.

Pada h min = V min 6=

f.
g.

h min R

Panjang lengkung
Ordinat lengkung

mm.

45 500
3750 Km/jam.
61
6

V 3 41,15 75 3
X

41
,
15
peralihan min R 500 34,72

m.

X 2 34,72 34,72

m.
0,402
peralihanY min
6R
6 500

R 4,3 =
500 96
h. V max pada peninggian max (1104,3mm)

Km/jam

Melihat perhitungan tersebut di atas, ternyata pada R tertentu, bila


mana h berubah dari h min = 45 mm, hn = 65 mm sampai h max =
110 mm, kecepatan V berubah pula dari V min = 61 Km/jam, V
normal = 75 Km/jam sampai V max = 96 Km/jam.
Selain itu panjang lengkung peralihan X dapat berubah linier sesuai
dengan kecepatan V.
Bilamana h min = 0, umpamanya pada wesel wesel, maka :

V2
8,86
54,01 0
R

V2
8,86
54,01
R

54,01
R 2,47 R
8,86

Contoh :
2,47 R
Pada wesel 1 : 8 dengan R = 136 m, V yang diperkenankan
max =
29
=2,47 136 Km/jam
untuk spoor bengkok.
2,47 R
Pada wesel 1 : 10 dengan R = 180 m, V yang diperkenankan
max =
33
=2,47 180 Km/jam
untuk spoor bengkok.
2,47 R
Pada wesel 1 : 12 dengan R = 280 m, V yang diperkenankan
max =
41
=2,47 280 Km/jam
untuk spoor bengkok.
2,47 R
Pada wesel 1 : 14 dengan R = 400m, V yang diperkenankan
max =
50
=2,47 400 Km/jam
untuk spoor bengkok.

Pada wesel 1 : 10 rel no. 3 lidah ngeper dengan R = 150 m, V yang


2,47 150 30
diperkenankan
max =
=
Km/jam untuk spoor bengkok.

2,47 R

Atau kebalikannya : di emplasemen, dimana h kecil sekali mendekati 0 dan


kecepatan yang
diperkenankan pada spoor bengkok atau tikungan = 30 Km/jam, maka R
min = 150 m.

LENGKUNG YANG BERMUATAN


PENUH
Lengkung yang bermuatan penuh, ialah lengkung yang dapat dijalani
dengan
max.
V max 4,3 Rkecepatan

V : R (vrije
4,3
Pada umunya hal ini terjadi pada lintas bebas
baan). Yang dinamakan
muatan lengkung (boogbelasting) adalah angka yang didapatkan dari
.

Contoh :
a. V = 100 Km/jam dan R = 625
m
100 : 625 4 4,3
Muatan lengkung peralihannya =
V

4,3

10000
540
18,5

Pada V = 100 Km/jam = R min =

(baik, cukup aman)


m.

Pada lengkung yang bermuatan penuh, peninggian h harus maximum


110 mm.

b.

V = 90 Km/jam dan R = 600 m


8100

54,01 mm;
65,6
h min =
8,86
dibulatkan dengan kelipatan 5 yang terdekat ~
600

65 mm.
hn 6

c.

V2
8100
6
81
R
600

mm ~ 80 mm

Lengkung peralihan harus memenuhi syarat-syarat :


Peninggian harus berjalan berangsur
Melengkungnya busur peralihan harus berangsur dan teratur pula.
Untuk
ini
V : Panjang lengkung peralihan ln = 10 V hn, atau
l min 41,15
R
=
diambil yang lebih besar
3

Umpama : R = 800 m, V = 90 Km/jam, h = 80 mm


ln = 10V V h = 72 m
l min 41,15
50
R m = diambil l = 72 mm (yang besar)
3

R peralihan
V
Tidak perlu memakai lengkung peralihan dan cukup dengan jarak
6
jika
Panjangnya jarak peralihan :
l = 400 h untuk kecepatan 45 km/jam.
l = 600 h untuk kecepatan 59 km/jam.
l = 1000 h untuk kecepatan > 60 km/jam.
l min = 10 V h.
2

Pada keadaan memaksa l dapat diperkecil dengan memakai h < hn sampai


h min. Pengaruh V terhadap bangunan-bangunan hikmat adalah timbulnya
koefisient yang harus dikalikan dengan tekanan gandar lok, dan makin
cepat V, makin besar pula nya = 1,3 (1+0,0065 V).
Pada V = 60 km/jam, maka = 1,807.
Pada V = 80 km/jam, maka = 1,976.
Pada V = 100 km/jam, maka = 2,145.
Dengan bertambahnya tekanan gandar, tebal balas harus diperbesar dan
pecokan / gantoan di bawah bantalan ditempant duduknya rel harus
inensip dan kuat, umpama dikerjakan gantoannya dengan alat mesin
(tamping machine).

Jarak bantalan dengan bertambahnya V harus diperkecil dan jenis tanah


dipilih yang baik untuk tubuh ban supaya tanah dapat besar.
Lebar punggung tubuh ban perlu diperbesar pula dan di tikungan-tikungan
gaya centrifugal

mV 2
R

harus diperkecil dengan teliti : .


Pengaruh panjang rel terhadap kecepatan disebabkan oleh terjadinya V
kritis yang dapat dihitung dan besar kemungkinan dapat menimbulkan
anjlogan. Jika V kritis yang berbahaya tercapai, maka akan terdapat
resonansi atau bersama-sama menggetar dan saling memperkuat sehingga
pegas dari material dapat patah, sambungan buffer lepas, alat-alat
mechanis / listrik dari lok rusak seperti contact tips / borsteles / relay
ataupun lampu-lampu kontrolnya, sedang kemungkinan patahnya rel atau
pelet-pelat penyambung rel dapat mudah terjadi.
a
0,05
T 2 statis

2 pegas
3,14
rata-rata
0,44
Pada panjang rel = l, pelenturan
diperkenankan = 50
g
10
60 60
mm,
l
1000 l 8,2 l
T
0,44

percepatan g = 10 m/detik2, maka :


V kritis =

km/jam.

detik.

Contoh :
Pada l = 9,00 m, V kr = 8,2 x 9,00 = 73,8 km/jam.
Pada l = 9,80 m, V kr = 8,2 x 9,80 = 80,4 km/jam.
Pada l = 10,0 m, V kr = 8,2 x 10,0 = 97,6 km/jam.
Ini berlaku bilamana kondisi baan dalam keadaan baik.
Dalam keadaan ini kecepatan V tidak boleh dipaksakan lebih besar lagi dari
V kritis yang telah dihitung, karena dapat membahayakan perjalanan KA.
Jika pada ban yang dilalui KA terdapat banyak genjotan, maka l seolah-olah
diperpendek dan V kritis dapat tercapai pada angka yang rendah, sedang
pelampauannya akan menimbulkan bahaya yang berat bagi perjalanan KA.
Pengelasan rel di bengkel atau penyambungan rel di tempat dengan
Thermit welding adalah ideal. Disini penggunaan anti crepers pada ban
yang tanjakannya cukup besar untuk lintas datar atau lintas pegunungan
sangat dibutuhkan.

PENGGESERAN SEPUR (1)


Penggeseran sepur akan terjadi pada perobahan jalan KA ganda
(double track) antara lain :
Dari lintas bebas menuju Emplasemen
Dari lintas bebas menuju Jembatan
Dari lintas bebas menuju Terowongan
Penggeseran sepur tersebut tidak boleh berakibat menjadi
buruknya alignement. Jika kecepatan kereta api tetap dan tidak
boleh terjadi goncangan-goncangan. Menurut pengalaman dengan
mencantumkan bagian-bagian lurus dari kedua lengkung tersebut
V2
dan penggunaan
jari-jari lengkung
R
2
yang besar
sudah cukup aman dan nyaman.

PENGGESERAN SEPUR (2)


Apabila tidak menghendaki ada bagian yang lurus dari kedua
lengkung tersebut, maka untuk nyamannya dibuat R V 2.
Sedangkan untuk menghitung panjang lengkung S yang diperlukan
untuk perobahan alignement tersebut adalah

= 2V

= Panjang lengkung S

l = 2 X 100

V = Kecepatan KA
e = Selisih jarak sepur yang terjadi
6 m
R = 1002 = 10.000 m

= 200 m
200 m

1 m
4 m
1 m

200 m

DASAR PERHITUNGAN REL


GONSOL (1)
Lintas Purwakarta Padalarang terdapat 2 (dua) buah lengkung
berjari-jari
d
R = 200m dan R = 150
W m.2
- 10
mm
2
Besarnya pelebaran =
R

untuk d = 3000 mm dan


30002R dalam mm.
Untuk R = 200

W
=
m

W
=

Untuk R = 150 m

2x
200000
30002
2x
150000

- 10
mm

= 15
mm

- 10
mm

= 20
mm

Tebal flen roda KA = 38 mm ~ 40 mm.


Sehingga lebar alur rel gonsol adalah
Untuk R = 200 m = 40+15 = 55 mm
Untuk R = 150 m = 40+20 = 60 mm

DASAR PERHITUNGAN REL


GONSOL (2)
Untuk mengetahui besarnya gaya lateral kita harus mengetahui
jenis lokomotif yang berjalan dalam lintas tersebut, atau rencana
muatan yang ada di PT KAI yang terberat tekanan gandarnya
(exeload).
Untuk lokomotif jenis CC-202 tekanan gandar 18 ton (G).
Alternatif kondisi beban
Besarnya
gaya
lateral
adalah
2
2
V
G
V
yang bekerja pada rel
F =
.
F =
m
g
R
R
gonsol
R min
Untuk G = 18 ton
(m)
Kecepatan max V = 60 km/jam = 16.67 m/det
100
V2
Jari-jari lengkung R = 200 m G
F =
150
.
Gaya Lateral yang terjadi
g
R
=

18.000
9.8

= 2551 kg

16,67
200

200

V maks
(km/ja
m)

F (Kg)

40

2268

50

2362

60

2551

KONDISI DI LAPANGAN
Dengan asumsi besarnya gaya lateral sebesar = 2551 kg, maka
dalam pelaksanaan di lapangan digunakan gonsol dari jenis rel
R.25 bekas dengan Ix = 538 cm4
Untuk pengikatannya pada bantalan beton digunakan plat baja
siku dengan ukuran L 100 X 100 X 10 berikut baut-baut dan murmurnya, beserta angker-angker baut yang ditanam dalam beton.
Jenis bantalan beton yang digunakan adalah monoblog dengan
K500, penambat Pandrol elastic type e 1800 lengkap dengan
rubber pad dan insoleternya pada rel UIC 54.
Konstruksi tersebut telah dipasang tahun pada lintas
Parahyangan dan kondisinya cukup baik sampai sekarang.
Konstruksi rel gonsol pada lengkung-lengkung yang lain akan
segera dilanjutkan dan dipasang, sehingga lintas Purwakarta
Padalarang seluruh lengkung yang menggunakan rel gonsol dapat
direalisasikan.

GAMBAR REL GONSOL


K O N S T R U K S I R E L

P A K S A

D E N G A N

P A D A

R E L

R .4 2

G O N G S O L

B A N T A L A N
R .2 5

3 3 0

2 6 4

M M
3 3

3 3
6 5

R E L

R .2 5

3 0

R E L

R .4 2

: 4 0

: 1 6

B E T O N

GAMBAR REL GONSOL


K O N S T R U K S I R E L

P A K S A

D E N G A N

P A D A

R E L

R .5 4

G O N G S O L

B A N T A L A N

B E T O N

R .2 5

3 3 0

2 8 5

2 3

(S P A C E

2 3
6 5

K E A U S A N

M A K S . 1 2

R E L

R E L

R .2 5

2 8

M M

R .5 4

4 0

: 1 6

/2

C U K U P )

Sistem Meningkatkan Konstruksi Jalan Rel Dari


R.42 Bantalan Kayu / Besi Menjadi R.54 Bantalan
Beton
Potongan Memanjang Jalan Rel

Peningkatan Jalan Kereta Api dengan Penggantian Rel R.42


dengan Bantalan Kayu / Besi menjadi Rel R.54 Bantalan
Beton Pada Lintas Raya di PT. KA
1.

Pada prinsipnya, pembagian pada pekerjaan jalan rel diatur sebagai berikut :
a. Perbaikan ringan (Maintenance)
b. Perbaikan sedang (Rehabilitation)
c. Perbaikan berat (Peningkatan / Upgrading)
d. Pembangunan baru (New Construction)

2.

Untuk pekerjaan lintas raya, kita berpedoman kepada upgrading mengingat


adanya perubahan :
a. Rel menjadi lebih berat
b. Bantalan diganti dengan bantalan beton berikut fasteningnya
c. Ketebalan balas menjadi 25 cm
d. Penambahan tanah tubuh baan

3.

Tinggi Konstruksi Track Lama


Tinggi rel R.42
= 138 mm
Tebal plat andas =
14 mm
Tebal bantalan
= 130 mm
Tebal balas = 200 mm
Jumlah = 482 mm

4.

Tinggi Konstruksi Track Baru


Tinggi rel R.54
= 159 mm
Tebal pad
= 5 mm
Tebal bantalan beton = 220 mm
Tebal balas = 250 mm
Jumlah = 634 mm

5.

Selisih tinggi konstruksi bangunan baru dan lama adalah 634 mm 482 mm =
152 ~ 15 cm

6.

Untuk mendapatkan sistem peningkatan jalan rel yang paling baik dan dana yang
paling efisien kedudukan KR yang baru harus berada pada 15 cm dari KR yang
lama (KR dari R. 42)
Hal tersebut akan menjaga kondisi jalan rel khususnya bagian bawah tetap
terpelihara dari muka air tanah, karena posisi berm dan solokan tetap
dipertahankan sesuai standar yang ada (sangat penting pada jalan penggalian)

7.

Mengingat ketebalan balas harus dicapai sebesar 25 cm, maka mutlak balas di
bawah bantalan harus digorek dan ini perlu pengawasan yang teliti, apabila
terkena dengan Sub Balas harus dihentikan.

8.

Dengan adanya KR baru maka bekas gorekan dapat digunakan untuk


penambahan berm dan setelah diayak balas lama dapat digunakan, dan ini
sesuai dengan volume balas yang diperhitungkan 1,2 m3/m untuk tambahan
yang baru.

9.

Keuntungan yang didapat antara lain :


a. Alignement tidak banyak berubah berkaitan dengan titik titik mati (jembatan,
perlintasan, wesel wesel dan peron).
b. Jalan rel masih tetap stabil karena perubahan struktur tubuh baan tidak begitu
besar dengan adanyapenambahan tinggi konstruksi bagian atas, namun tetap
ada tambahan pelebaran (urugan tanah pada lerengnya).
c. Balas lama sebagian masih dapat digunakan setelah diayak, mengingat balas
baru hanya 1,2 m3/m.

10. Kondisi di lapangan berbeda, biasanya setelah bantalan dibongkar, maka balas
kiri kanan bantalan lama diratakan kemudian dipasang bantalan beton untuk
kemudian dipasang rel dan diadakan angkatan.
11. Sehingga angkatan harus lebih dari 15 cm untuk mendapatkan tebal balas
25 cm.
12. Perlu perhatian pada pertemuan dengan :
Jembatan, open doorlat, perlintasan, wesel wesel di emplasemen, harus ada
pemecahan dan perhatian langsaman (oprit).

Langkah Langkah untuk Pelaksanaan Pekerjaan


A. Persiapan
1. Mengecek semua peralatan pengamanan antara lain :
a. Semboyan semboyan pembatasan kecepatan : 2A, 2B, 2C dan semb. 3.
b. Kelengkapan kesehatan dan bendera bendera hijau, merah
2. Mengecek semua peralatan kerja :
a. Dongkrak, garpu, belencong, bodem, mistar, timbangan, palu, benang,
gergaji rel, bor rel, kunci kunci pas, dan lain lain.
b. Lampu lampu penerangan untuk kerja malam lengkap dengan
peralatannya.
c. Peralatan pendukung, tenda, jas hujan, payung, telepon ladang, HP dan
lain lain.

3.

Mempersiapkan waktu kerja antara dua petak jalan untuk pelaksanaan pekerjaan
yang harus menutup lintas misalnya :
a. Penggantian bantalan / balas secara menyeluruh
b. Penggantian rel secara menyeluruh
c. Penggantian wesel jembatan dan lain lain yang harus menggunakan waktu
beberapa jam
Ini semua berkaitan dengan telegram dan pengaturan window time pada Gapeka,
juga berhubungan dengan pejabat lintas Daop, Kasijab, Seksi dan distrik.

4.

Pelaksanaan telegram tidak boleh mendadak, paling sedikit 1 minggu sebelum


pelaksanaan pekerjaan.

5.

Rencana KA kerja, untuk bongkaran balas, rel, juga angkutan barang barang
bekas dan lain lain.

B.

Macam pekerjaan :
1. Penggantian bantalan
2. Penggantian balas
3. Penggantian rel
4. Penggantian wesel
5. Penggantian jembatan / box culvert
6. Dan lain lain

1.1 Penggantian Bantalan


a. Bantalan baru sudah tersedia (kayu, besi, beton)
b. Alat penambat sudah tersedia (kaku, kenyal)
c. Peralatan kerja sudah tersedia sesuai dengan tipe bantalannya /
penambatnya
d. Pekerjaan penggantian bantalan dapat dilakukan dengan berselang seling
tidak boleh berurutan dan semboyan cukup 2A

1.2 Penggantian Balas


a. Balas sudah tersedia di samping jalan KA
b. Peralatan kerja sudah tersedia terutama keg keg dari bantalan bekas
c. Pekerjaan penggantian balas dapat dimulai dan tidak boleh secara berurutan,
harus sebagian petak demi petak, keg keg dipasang antara dua bantalan
langsung menyangga rel dan semboyan cukup 2B
1.3 Penggantian rel lama ke rel baru lengkap : R.33 / R.42, R.42 / R.54 dan
sebagainya.
Sistem penggantian rel ada 4 (empat) macam :
a. Sistem side by side (sebelah sebelah)
b. Sistem 4 rel (four rail methode)
c. Sistem langsung (direct system)
d. Sistem panel (gantri crene)

a.1 Sistem side by side


Sistem ini dapat dilakukan dengan cara manual atau cara mekanisasi.
b.1 Sistem 4 rel
Sistem ini sering dilakukan dan pelaksanaannya tidak mengganggu perjalanan
Kereta Api, kecuali hanya pada penyambungannya.
c.1 Sistem langsung
Sistem ini yang sering dilakukan akhir akhir ini karena adanya penggunaan
bantalan beton sehingga dipandang lebih praktis dan mudah namun harus perlu
waktu kosong (window time) paling tidak 3 jam untuk penggantian rel 100 m
track. Untuk daerah daerah lurusan dapat sampai 200 m tergantung jumlah
tenaga dan peralatan yang tersedia.
d.1 Sistem panel
Sistem ini harus didukung dengan adanya peralatan yang komplit terdiri dari unit
sarana dan prasarana yang memadai (perbah dilakukan di KP3BAKA Sumatera
Selatan)

Biasanya untuk peningkatan KA pada lintas raya di Jawa dalam pelaksanaannya


menggunakan sistem langsung.
Dalam pelaksanaannya dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Persiapan lintas yang akan diganti rel dari R.42 / R.54
2. Pengukuran untuk menentukan KR baru yang direncanakan (biasanya dinaikkan)
dan dipasang patok as-nya
3. Profil balas diratakan untuk persiapan bongkaran bantalan beton, rel baru
4. Bantalan diecer sepanjang rel yang akan diganti dengan jarak 60 cm di luar ruang
bebas KA (sebelah)
5. Rel standar diadakan pengelasan 4 x 25 m = 100 m, diletakkan sepanjang rel
lama di luar ruang bebas KA (kiri dan kanan)
6. Rel peralihan R.42 / R.54 sebanyak 1 sel dipersiapkan pada ujung pada bagian
akhir dari rel yang akan diganti (biasanya 100 m, 200 m), berikut pelat pelat
sambung lengkap dengan pastek dan lain lain
7. Gergaji dan bor mesin tidak boleh dilupakan
8. Biasanya titik permulaan dari ujung wesel R.54 yang sudah terpasang atau ada
konstruksi rel peralihan R.42 / R.54

9.

10.

11.
12.

13.
14.
15.

Sebelum waktu yang ditentukan, para pekerja dapat melakukan persiapan


pekerjaan pendahuluan antara lain : pengurangan sebagian penambat secara
berselang, baik paku tirpon maupun penambat elastik dengan pengawasan yang
baik
Dengan pengukuran yang baik dan teliti akhir rel peralihan sudah dapat
ditentukan letaknya dan rel yang akan diganti sudah dapat dipotong dan dibuat
lobang untuk sambungan rel peralihan
Persiapan harus dibuat sebaik baiknya agar waktu yang diperlukan (window
times) tidak terlampaui
Setelah KA yang diperhitungkan melewati petak jalan yang akan diganti sesuai
telegram, maka segera semboyan 3 dipasang 300 m dari tempat penggantian
rel tersebut
Dengan mengatur tenaga kerja yang baik berikut peralatannya, rel lama
dibongkar dan dilestreng keluar ruang bebas
Bantalan bantalan lama segera dibongkar dan diatur pada sebelah sisi rel lama
dan di luar ruang bebas
Balas lama disisihkan dan diratakan, yang kotor dibuang ke samping dan dibuat
bidang yang rata apabila pada bagian lurusan

16. Bantalan baru segera disusun pada balas yang telah diratakan dengan jarak 60
cm dan menggunakan mal kayu / bambu
17. Ikuti as yang sudah dipasang dengan menarik benang
18. Segera lestreng rel R.54 dengan hati hati atau menggunakan rel tang dan
letakkan pada bantalan beton yang telah dipasang rubber pad-nya
19. Usahakan kaki rel juga sudah ada coretan jarak bantalan 60 cm sehingga posisi
bantalan tetap
20. Sambung ujung rel pada bagian pertama dengan menggunakan plat sambung
yang cocok dengan rel-nya dan pasang baut mur-nya dan atur siarnya sesuai
kondisi temperaturnya
21. Pasang alat penambat pada bantalan beton secara erselang seling dulu jangan
lupa menggunakan insulator-nya dan pasang spoor mal-nya
22. Kemudian pada ujung yang lain, dipasang rel peralihan dan juga dipasang plat
sambung dengan baut mur-nya yang cocok dan diikat secara sempurna, setelah
pemotongan rel lama dilaksanakan, buat lobang bor sementara
23. Semua pekerjaan harus diadakan penimbangan dan angkatan yang baik juga
lebar sepur harus terjaga
24. Kemudian diberikan balas baru atau yang lama untuk menjaga kedudukan
bantalan kokoh, khususnya pada ujung ujung bantalan

25. Apabila waktu masihcukup, usahakan melengkapi alat penambat dan tambahan
balas serta lestrengannya dan ditamping yang baik
26. Lewatkan KA dengan kecepatan 10 km/jam dan adakan pengawalan
27. Ulangi tambahan balas dan adakan tamping dan lestrengannya untuk kecepatan
20 km/jam
28. Demikian seterusnya hingga kecepatan puncak sesuai Gapeka
29. Khusus pada lengkungan, apabila bantalan lama sudah dibongkar maka bidang
tumpuan bantalan baruharus dibuat kemiringan dan untuk sementara tidak perlu
sebesar hn (h normal)
30. Juga perlu diperhatikan untuk as lengkung yang sudah diperbaiki sebelum
penggantian rel harus dipindahkan ke daerah yang aman di luar ruang bebas
2,5 m dari rel luar. Ini sangat penting agar anak panah lengkung tidak rusak /
berubah
31. Untuk perhatian apabila di lintas tersebut terdapat saluran terbuka (open doorlat),
maka dengan perubahan KR, kedudukan bantalan kayu penyangga rel harus
dinaikkan, sehingga rel penyangga harus dirubah juga beton pengikatnya
32. Apabila pelindung balas cukup tebal 0,80 m dapat diganti box culvert
Demikian untuk tahap selanjutnya, pekerjaan dapat diteruskan secara bertahap dan
semboyan dapat digeser, semuanya dengan pemberitahuan telegram

Untuk penggantian wesel R.42 / R.54 dapat dilakukan sebagai berikut :


1. Siapkan lapangan yang rata dan bebas gangguan pada wesel yang akan diganti
2. Usahakan sudut wesel sama 1 : 10 atau 1 : 12
3. Titik matematis sama
4. Siapkan rel peralihan 3 stel sesuai kondisi rel yang ada
5. Siapkan wesel baru di samping wesel lama yang akan diganti dan berada di atas
stapling dan di luar ruang bebas
6. Wesel lama baut baut sambung depan, tangah dan belakang semua dilicini
untuk memudahkan pembukaaan
7. Penggorek balas pada wesel lama dan buat rel peluncur untuk mengeluarkan
wesel lama
8. Siapkan peluncur wesel baru ke wesel lama, dapat sekaligus atau dibagi dua
9. Hubungi bagian sinyal telkom untuk pengamanannya dan sekat sekatnya
10. Setelah waktu yang ditentukan, dapat dilakukan penggantian dan pemasangan
rel rel peralihan harus baik dan sempurna, sambungan sambungan dan baut
bautnya juga bantalan bantalannya terikat dengan baik untuk kecepatan
sesuai Gapeka

SELESAI

Você também pode gostar