mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Imam Ahmad rahimahullahu berkata, Iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.[8]
Imam Abu Utsman Ismail ashShabuni t berkata, Dan di antara
madzhab Ahlul Hadits bahwa iman adalah perkatan, perbuatan, dan pengetahuan. Bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan maksiat.[9]
Imam al-Ajurri rahimahullah berkata,
Sesungguhnya pendapat ulama kaum Muslimin ialah bahwa iman wajib atas seluruh makhluk; yaitu membenarkan dengan hati, menetapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan
Kesimpulannya, iman menurut Ahlus
Sunnah terdiri dari tiga pokok, yaitu keyakinan hati, perkataan lisan, dan perbuatan anggota badan. Dari tiga pokok inilah bercabangnya cabangcabang iman.
Murjiah dalam masalah iman ialah,
mengeluarkan amal perbuatan dari nama iman, dan bahwasanya iman tidak bercabang-cabang dan tidak terbagi-bagi, tidak menerima tambahan maupun pengurangan, bahkan iman itu sesuatu yang satu, seluruh orang Mukmin sama keimanannya
Khawarij dan Mutazilah masing-masing
meyakini bahwa, al-iman al-mutlaq (pokok keimanan) mencakup hal melakukan seluruh amalan ketaatan dan meninggalkan seluruh hal yang diharamkan. Bila sebagian dari hal ini hilang pada diri seseorang, maka batallah keimanannya, dan ia berada di dalam neraka, kekal selama-lamanya.
Cakupan Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah mencakup empat perkara : Iman tentang keberadaan (wujud) Allah. Iman tentang keesaan Allah dalam rubuiyah Iman tentang keesaan Allah dalam uluhiyah Iman terhadap asma (nama) dan sifat-Nya.
Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallaam bersabda, Iman terdiri dari 70-an atau 60-an cabang. Cabang yang paling tinggi adalah ucapan Laa ilaaha ilallah, sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu adalah sebagian dari cabang keimanan. (HR. Muslim).
Faedah Iman yang Benar
Iman kepada Allah dengan benar akan menghasilkan buah yang agung bagi orang-orang yang beriman, di antaranya: Terwujudnya ketauhidan kepada Allah Taala, di mana tidak ada tempat bergantung selain Allah dalam rasa harap dan takut , serta tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Sempurnanya kecintaan kepada Allah Taala dan pengagungan terhadap-Nya sesuai dengan nama-namaNya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang mulia. Terwujudnya peribadahan kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. (Syarh Ushuulil Iman, Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin)
Keimanan pada Rasul terkandung empat unsur di dalamnya (*).
Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang mengingkari walaupun satu Rasul sama saja mengingkari seluruh Rasul. Allah taala berfirman yang artinya, Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (QS. Asy-Syuaraa 26:105). Walaupun kaum Nuh hanya mendustakan nabi Nuh, akan tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh Rasul. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui. akan datang penjelasannya Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul. Mengamalkan syariat Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi adalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk dan berserah diri pada Islam Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-NisaA 4:65)
Tugas Para Rasul alaihissalam
Menyampaikan risalah Allah taala dan wahyu-Nya. Dakwah kepada Allah subhanahu wa taala. Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala kejelekan. Memperbaiki jiwa dan mensucikannya. Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang. Menegakkan hujjah atas manusia. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.
Kesalahan beriman pada
rosul Memberikan sifat rububiyah atau uluhiyah pada nabi. Ini adalah suatu kesalahan yang banyak dilakukan manusia. Mereka meminta pertolongan pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika telah wafat, menyebut Nabi shallallahu alaihi wa sallam cahaya di atas cahaya (sebagaimana kita dapat temui dalam sholawat nariyah) dan sebagainya yang itu merupakan hak milik Allah taala semata. Nabi adalah manusia seperti kita. Mereka juga merupakan makhluk yang diciptakan Allah taala. Walaupun mereka diberi berbagai kelebihan dari manusia biasa lainnya, namun mereka tidak berhak disembah ataupun diagungkan seperti pengagungan pada Allah taala. Mereka dapat dimintai pertolongan dan berkah ketika masih hidup namun tidak ketika telah wafat. Menyatakan sifat wajib bagi Nabi ada 4, yaitu shidiq, amanah, fatonah dan tabligh. Jika maksud pensifatan ini untuk melebihkan Nabi di atas manusia lainnya, maka sebaliknya ini merendahkan Nabi karena memungkinkan Nabi memiliki sifat lain yang buruk. Yang benar adalah Nabi memiliki semua sifat yang mulia. Allah subhanahu wa taala berfirman, Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qolam 68:4) Mustahil bagi orang yang akan memperbaiki akhlak manusia tapi memiliki akhlak-akhlak yang buruk dan yang lebih penting lagi, pensifatan ini tidak ada dasarnya dari Al-Quran dan As-Sunnah. Mengatakan bahwa ada nabi perempuan.
Kekhususan Bagi Nabi
Mendapatkan wahyu. Mashum (terbebas dari kesalahan). Ada pilihan ketika akan meninggal. Nabi dikubur ditempat mereka meninggal. Jasadnya tidak dimakan bumi
Cakupan Iman Kepada Kitab Allah
Iman kepada kitab Allah harus mencakup empat perkara : Pertama: Mengimani bahwa turunnya kitab-kitab Allah benar-benar dari sisi Allah Taala. Kedua: Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui namanya seeprti Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa alaihis salaam, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa alaihis salaam, dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud alaihis salaam. Sedangkan yang tidak kita ketahui namanya, kita mengimaninya secara global. Ketiga: Membenarkan berita-beritanya yang benar, seperti berita mengenai Al Quran, dan berita-berita lain yang tidak diganti atau diubah dari iktab-kitab terdahulu sebelum Al Quran. Keempat: Mengamalkan hukum-hukumnya yang tidak dihapus, serta ridho dan tunduk menerimanya, baik kita mengetahui hikmahnya maupun tidak. (Syarh Ushuulil Iman, hal 30)
Kitab-Kitab Sebelum Al Quran Telah
Dimansukh (Dihapus) Setiap Rasul Memiliki Kitab Sikap Manusia Terhadap Kitab yang Allah Turunkan Golongan pertama: Orang-orang yang mendustakan semuanya. Mereka adalah musuh-musuh para rasul dari kalangan orang kafir, orang musyrik, dan ahli filsafa
Golongan kedua: Orang-orang mukmin yang beriman
terhadap seluruh rasul dan kitab yang diturunkan kepada mereka. Sebagaimana Allah firmankan Golongan ketiga: Orang-orang Yahudi dan Nashrani serta yang mengikuti jalan mereka. Mereka mengatakan,
{91} Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami. Dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak. yang membenarkan apa yang ada pada mereka,,, (QS. Al Baqoroh: 91).
Mengimani Al Quran dengan Benar
beriman bahwa Al Quran merupakan kalam Allah yang diturunkan dan bukan makhluk. Al Quran berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Alllah Taala berbicara secara hakiki. Dan sesungguhnya Al Quran yang diturunkan kepada Muhammad merupakan kalam Allah yang hakiki dan bukan kalam selain-Nya. Tidak boleh memutlakkan perkataan bahwa Al Quran merupakan hikayat dari kalam Allah atau merupakan ungkapan (ibaroh) dari kalam Allah. Bahkan jika manusia membacanya dan menulisnya dalam mushaf bukan berarti menafikan bahwa Al Quran merupakan kalam Allah yang hakiki. Karena kalam hanya disandarkan secara hakiki pada yang pertama kali mengucapkannya bukan kepada yang menyampaikannya kemudian. Al Quran merupakan kalam Allah baik huruf dan maknanya, bukan hanya huruf tanpa makna atau makna tanpa huruf