Você está na página 1de 85

ALKOHOL dan ETER

Pustaka:
T.W. Graham Solomons, ORGANIC
CHEMISTRY, 5th Ed., 1992

Struktur Alkohol
Alkohol adalah senyawa yang molekulnya
memiliki suatu gugus hidroksil, yang terikat
pada suatu atom karbon jenuh.
Atom karbon jenuh dimaksud dapat berupa
atom karbon dari suatu gugus alkil yang
sederhana.
CH3OH

CH3CHCH3

Metanol

OH

CH3CH2OH
Etanol

2-Propanol
(isopropil alkohol)

CH3
CH3CCH3
OH
2-Metil-2-propanol2
(tert-butil alkohol)

Atom karbon dapat berupa suatu atom karbon


dari gugus alkenil atau gugus alkunil.
Atau dapat pula berupa suatu atom karbon jenuh
dari suatu cincin benzena.
CH2

CH2OH

CHCH2OH

2-Propenol (alil alkohol)

Benzil alkohol

Suatu alkohol alilik

Suatu alkohol benzilik


H

CCH2OH

2-Propunol
(propargil alkohol)

Senyawa yang memiliki suatu gugus hiroksil,


yang terikat langsung pada cincin benzena
disebut fenol.

OH

H3C

OH

p-Metilfenol

Fenol
Ar

OH

Rumus umum suatu fenol


4


a
b

Alkohol dapat dilihat secara struktural:


. sebagai turunan hidroksi dari alkana.
. sebagai turunan alkil dari air.
Etil alkohol = etana dimana satu hidrogen
diganti dengan gugus hidroksil.
Etil alkohol = air dimana satu hidrogen diganti
dengan gugus etil.
Gugus etil

CH3CH3

1090

H
Etana

CH3CH2
O
Gugus hidroksil

Etil alkohol

1050

H
Air


a
b
c

Alkohol dibagi dalam tiga golongan:


. Alkohol primer (1)
. Alkohol sekunder (2)
. Alkohol tersier (3)
Penggolongan didasarkan pada derajat
substitusi dari atom karbon yang langsung
mengikat gugus hidroksil.

Etil alkohol
(suatu alkohol 10)

CH2OH
Benzil alkohol
(suatu alkohol 10)

Jika karbon tersebut mengikat satu atom


karbon lain, maka disebut karbon primer dan
alkoholnya disebut alkohol primer.
Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat dua atom karbon lain, maka disebut
karbon sekunder dan alkoholnya disebut
alkohol sekunder.
Jika karbon yg mengikat gugus -OH juga
mengikat tiga atom karbon lain, maka disebut
karbon tersier dan alkoholnya disebut alkohol
tersier.
7

CH2OH

Geraniol
(alkohol 10 dgn
aroma mawar)

Isopropil alkohol
(suatu alkohol 20)

CH3

OH

Mentol
(alkohol 20 dalam
minyak peppermint)

CH
H3C

CH3

H
H

H
H

H3C

H
tert-Butil alkohol
(suatu alkohol 30)

OH

CH

H
H

O
Noretindron
(kontrasepsi oral dgn gugus alkohol 30)

Struktur Eter
Eter berbeda dari alkohol, dimana atom
oksigen dari suatu eter terikat pada dua atom
karbon. Gugus hidrokarbon dapat berupa alkil,
alkenil, vinil, atau aril.
Eter memiliki rumus umum R-O-R atau R-O-R
dimana R adalah gugus alkil yang berbeda
dari gugus R.
Eter = air dimana kedua atom hidrogen diganti
dengan gugus alkil.
10

R
O

atau

CH3
1100

CH3

Rumus umum suatu eter

Dimetil eter

H2C
C

CH2

C
O

Gugus fungsional
suatu eter

Etilen oksida

Tetrahidrofuran
(THF)
ETER SIKLIK

11

Tatanama Alkohol
Dalam Tatanama Substitutif IUPAC, suatu nama
harus mengandung empat karakter : lokant,
awalan, senyawa induk, dan suatu akhiran.

CH3CH2CHCH2CH2CH2OH
CH3
4-Metil-1-heksanol
lokant

awalan

lokant

induk

akhiran

12

Lokant 4 menunjukkan bahwa substituen


gugus metil, yang merupakan awalan, terikat
pada senyawa induk di posisi C-4.
Senyawa induk mengandung enam atom
karbon dan tidak ada ikatan rangkap, jadi
induknya adalah heksana.
Dan karena merupakan suatu alkohol, maka
memiliki akhiran -ol.
Lokant 1 menunjukkan bahwa C-1 mengikat
gugus hidroksil.

13

Secara umum, penomoran pada rantai karbon


selalu dimulai dari bagian akhir yang lebih
dekat dengan gugus yang mendapat nama
sebagai suatu akhiran.
Prosedur berikut harus diikuti untuk memberi
nama alkohol sesuai tatanama substitutif
IUPAC:
1 Pilih rantai karbon utuh yang terpanjang
dimana gugus hidroksil terikat langsung. Ganti
nama dari alkana sesuai rantai karbon tersebut
dengan menghapus huruf a terakhir dan
tambahkan akhiran ol.
14

2 Nomori rantai karbon utuh yang terpanjang


sedemikian sehingga atom karbon yang
mengikat gugus hidroksil memiliki nomor
terkecil. Tandai posisi gugus hidroksil dengan
menggunakan nomor tersebut sebagai lokant.
Tandai posisi gugus-gugus lain (sebagai
awalan) dengan menggunakan nomor yang
sesuai dengan posisi masing-masing
sepanjang rantai karbon sebagai lokant.

15

CH3CH2CH2OH

CH3CHCH2CH3

1-Propanol

OH

3-Kloro-1-propanol

CH3
4-Metil-1-pentanol

ClCH2CH2CH2OH

CH3CHCH2CH2CH2OH

2-Butanol

CH3
1

CH3CHCH2CCH3
OH

CH3

4,4-Dimetil-2-pentanol
16

Alkohol sederhana sering dinamai dengan


nama radikofungsional umum yang juga telah
disetujui oleh IUPAC.
Beberapa contoh alkohol sederhana adalah
sebagai berikut ini:

CH3CH2CH2OH
Propil alkohol

CH3CH2CH2CH2OH
Butil alkohol

CH3CH2CHCH3
OH
sec-Butil alkohol
17

CH3
H3C

CH3

CH3
OH

CH3

CH3CHCH2OH
Isobutil alkohol

CH3CCH2OH
CH3
Neopentil alkohol

tert-Butil alkohol

Alkohol yang mengandung dua gugus hidroksil


umumnya diberi nama glikol.
Dalam sistem substitutif IUPAC alkohol tersebut
dinamai sebagai diol.
CH2

CH2

CH3CH

CH2

CH2CH2CH2

OH

OH

OH

OH

OH

Etilen glikol
1,2-Etanadiol

Propilen glikol
1,2-Propanadiol

OH

Trimetilen glikol
1,3-Propanadiol
18

Tatanama Eter
Eter sederhana sering dinamai dengan nama
radikofungsional umum.
Tuliskan kedua gugus yang terikat pada atom
oksigen (sesuai urutan abjad) dan tambahkan
kata eter.
CH3
CH3OCH2CH3

CH3CH2OCH2CH3

Etil metil eter

Dietil eter

C6H5OC

CH3

CH3
tert-Butil fenil eter
19

Nama substitutif IUPAC harus dipakai untuk


menamai eter yang rumit dan senyawa
dengan lebih dari satu ikatan eter.
Dalam sistem IUPAC, eter dinamai sebagai
alkoksialkana, alkoksialkena, dan
alkoksiarena.
Gugus RO- merupakan suatu gugus alkoksi.
Dua eter siklik yang sering dipakai sebagai
solven memiliki nama umum tetrahidrofuran
(THF) dan 1,4-dioksana.

20

CH3CHCH2CH2CH3
OCH3
2-Metoksipentana

CH3CH2O

CH3

1-Etoksi-4-metilbenzena

O
CH3OCH2CH2OCH3
1,2-Dimetoksietana

O
Tetrahidrofuran
(oksasiklopentana)

O
Dioksana
(1,4-dioksasikloheksana)
21

Sifat Fisik Alkohol & Eter


Eter memiliki titik didih yang sebanding
dengan hidrokarbon dengan berat molekul
yang sama.
Titik didih dietil eter (MW = 74) adalah
34,6C, dan pentana (MW = 72) adalah 36C.
Alhohol memiliki titik didih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan eter atau hidrokarbon
yang sebanding.

22

Titik didih butil alkohol (MW = 74) adalah


117,7C.
Molekul-molekul alkohol dapat berikatan satu
sama lain melalui ikatan hidrogen, sementara
eter dan hidrokarbon tidak dapat.
Meskipun demikian, eter juga dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawasenyawa seperti air.

23

Eter memiliki kelarutan dalam air yang


sebanding dengan alkohol dengan berat
molekul yang sama.
Sangat berbeda bila dibandingkan dengan
hidrokarbon.
Dietil eter & 1-butanol memiliki kelarutan yang
sama dalam air, sekitar 8 g per 100 mL pada
suhu kamar.
Sebaliknya, pentana secara nyata tidak larut
dalam air.

24

Metanol, etanol, propil alkohol, isopropil


alkohol, dan tert-butil alkohol campur
sempurna dengan air.
Butil alkohol, isobutil alkohol, dan sec-butil
alkohol memiliki kelarutan antara 8,3 dan 26,0
g per 100 mL.
Kelarutan alkohol dalam air menurun secara
bertahap sebanding rantai hidrokarbon yang
semakin panjang.
Alkohol rantai panjang bersifat lebih mirip
alkana dan oleh karena itu kurang mirip
dengan air.
25

Alkohol & Eter Penting


1 Metanol
Memiliki rumus struktur CH3OH dan adalah
alkohol yang paling sederhana.
Dahulu sebagian besar metanol dibuat dari
distilasi destruktif kayu (pemanasan kayu
pada suhu tinggi tanpa udara) = alkohol kayu
(wood alcohol).
Sekarang dibuat melalui hidrogenasi katalitik
dari karbon monoksida.
26

Metanol sangat beracun. Konsumsi dalam


jumlah yg sangat kecil sekalipun dapat
menyebabkan kebutaan; dalam jumlah besar
menyebabkan kematian.
Keracunan metanol dapat pula terjadi melalui
penghirupan uap atau paparan jangka
panjang terhadap kulit.

27

2 Etanol
Merupakan alkohol dari semua minuman
beralkohol.
Dapat dibuat dari fermentasi gula, dengan
menambahkan ragi ke dalam campuran gula
dan air.
Ragi mengandung enzim yang memicu suatu
reaksi berseri yang panjang, dan akhirnya
mengubah suatu gula sederhana (C6H12O6)
menjadi etanol dan karbon dioksida.

28

Etanol sangat murah, tapi jika digunakan


untuk minuman dikenakan pajak yang sangat
tinggi.
Etanol yang digunakan untuk keperluan sains
(penelitian) dan industri diracuni atau
didenaturasi sehingga tidak layak untuk
diminum. Beberapa denaturant dapat
digunakan termasuk metanol.
Etanol adalah senyawa yang penting dalam
industri.

29

Sebagian besar etanol untuk keperluan


industri dibuat melalui reaksi hidrasi etena
dengan katalis asam.
Etanol adalah suatu hipnotik (penidur). Ia
menekan aktivitas otak atas meskipun
memberi efek ilusi sebagai suatu stimulant.
Etanol juga toksik, tapi kurang toksik
dibanding metanol.
Pada tikus (rat), dosis letal adalah 13,7 g per
kg berat badan.
Penyalahgunaan etanol menjadi problem di
banyak negara.
30

3 Etilen glikol
Etilen glikol (HOCH2CH2OH) memiliki berat
molekul yang rendah dan titik didih yang
tinggi, serta campur dengan air.
Sifat ini membuat etilen glikol menjadi suatu
antibeku (antifreeze) ideal untuk kendaraan
bermotor.

31

4 Dietil eter
Berupa suatu cairan dengan titik didih rendah
dan mudah terbakar.
Sebagian besar eter bereaksi lambat dengan
oksigen melalui suatu reaksi radikal yang
disebut auto-oksidasi membentuk
hidroperoksida dan peroksida (ekplosif).
Sering digunakan sebagai pelarut ekstraksi.
Dipakai sebagai suatu anestetik (pembius)
pada pembedahan.

32

PembuatanAlkohol
1. Reaksisubstitusinukleofilik
alkilhalidaprimer+ionhidroksida
2.ReaksiGrignard
Denganformaldehidmenghasilkanalkohol
primer
Denganaldehidlainmenghasilkanalkohol
sekunder
Denganketonmenghasilkanalkohol
33
tersier

PembuatanAlkohol
3.Reduksisenyawakarbonil
Reduksisuatuketondenganhidrogenasi
katalitikataudengansuatuhidridalogam
menghasilkanalkoholsekunder
4.Etanoldariperagian
Etanoldalamminumandiperolehdari
peragiankarbohidratdengankatalisenzim
(fermentasiguladanpati)
34

Sintesis Alkohol dari Alkena


5. Hidrasi Alkena
Adisi air pada ikatan rangkap alkena dengan
katalis asam.
Metode pembuatan alkohol dengan berat
molekul rendah (kegunaan utama pada
proses industri skala besar).
Katalis asam yg paling sering digunakan:
asam sulfat & asam fosfat.
35

Reaksi bersifat regioselektif.


Adisi air pada alkena mengikuti hukum
Markovnikov.
Reaksi secara umum sebagai berikut:
C

H OH

H+

OH

Sebagai contoh adalah hidrasi 2-metilpropena


CH3
H3 C

CH2

CH3

H OH

250C

H3 C

CH2

OH
2-Metilpropena

tert-Butil alkohol

36

Sesuai hukum Markovnikov: reaksi tidak


menghasilkan alkohol primer, kecuali kasus
khusus pada hidrasi etena.

H2 C

CH2

H OH

H3PO4
3000C

CH2 CH2 OH

Mekanisme hidrasi alkena secara sederhana


merupakan kebalikan dari reaksi dehidrasi
alkohol.
37

CH2
Langkah 1

H3 C

H O

lambat

H3 C

CH3

H3 C

H
O

C
CH3

H
O

cepat

H3 C

CH3

CH3 H
H3 C

CH3 H

CH3

Langkah 3

CH3

CH3
Langkah 2

CH2

H+

H
O

CH3

cepat

H3 C

H
H O

CH3
38

Tahap penentu kecepatan adalah tahap 1:


pembentukan karbokation.
Dihasilkan tert-butil alkohol karena tahap 1
mengarah pada pembentukan kation tert-butil
yang lebih stabil dibandingkan kation isobutil
yang kurang stabil.
CH2
H3 C

C
CH3

CH2

H O

sangat

H
lambat

H3 C

H
H

CH3
karbokation 10
39

Kerumitan yang terjadi adalah adanya


penataan ulang (rearrangement).
Karbokation awal yang terbentuk akan
mengalami penataan ulang menjadi suatu
karbokation yang lebih stabil.
Jika 3,3-dimetil-1-butena dihidrasi akan
dihasilkan 2,3-dimetil-2-butanol sebagai
produk utama.

40

CH3
H3 C

OH
CH

CH2

CH3
3,3-Dimetil-1-butena

H2SO4
H 2O

H3 C

CH

CH3

CH3 CH3
2,3-Dimetil-2-butanol
(produk utama)

Adanya penataan ulang karbokation


membatasi penggunaan hidrasi alkena sebagai
suatu metode laboratoris untuk pembuatan
alkohol.
41

Reaksi-reaksi Alkohol
Atom oksigen dari suatu alkohol mempolarisasi ikatan CO dan ikatan OH dari
alkohol tersebut.
Polarisasi ikatan OH menyebabkan atom
hidrogen bermuatan positif parsial, dan hal ini
menjelaskan mengapa alkohol bersifat asam
lemah.
Polarisasi ikatan CO menyebabkan atom
karbon bermuatan positif parsial.

42

Jadi meskipun OH bukan basa kuat dan


bukan gugus pergi yang baik, namun atom
karbon dari alkohol bersifat reaktif terhadap
serangan nukleofilik.
Pasangan elektron pada atom oksigen
membuatnya bersifat basa dan nukleofilik.
Protonasi alkohol mengubah suatu gugus pergi
yang buruk (OH) menjadi gugus pergi yang
baik (H2O).
H
C

Alkohol

Asam kuat

H + A

Alkohol
terprotonasi

43

Protonasi juga membuat atom karbon lebih


positif (karena H2O+ lebih bersifat penarik
elektron daripada OH), dan oleh karena itu
menjadi lebih reaktif terhadap serangan
nukleofilik. Reaksi SN2 menjadi mungkin.
H
Nu

H
H

SN 2

Nu

+ O

Alkohol
terprotonasi

44

Karena alkohol adalah nukleofil, maka alkohol


dapat bereaksi dengan alkohol terprotonasi. Ini
menjadi langkah penting dalam sintesis eter.
H

H
R O
H

SN 2

R O

+ O

H
Eter terprotonasi

Pada suhu yang cukup tinggi dan tanpa


kehadiran suatu nukleofil yang baik, maka alkohol
terprotonasi dapat menjalani reaksi eliminasi E1.
45

Alkohol sebagai asam


Alkohol memiliki keasaman yang mirip dengan air.
Metanol sedikit lebih asam dibanding air (pKa = 15,7).
Namun hampir semua alkohol adalah asam yang lebih
lemah dari air.
Pada alkohol tanpa halangan ruang, molekul air akan
melingkupi dan mensolvasi oksigen negatif dari ion
alkoksida yang terbentuk jika suatu alkohol
melepaskan sebuah proton.
H
R

O
Alkohol

H
H

Ion alkoksida
(terstabilkan oleh
solvasi)

+ H

46

Pada alkohol dengan halangan ruang besar, solvasi ion negatif


(alkoksida) terhambat sehingga ion alkoksida kurang terstabilkan
dan menjadi asam yang lebih lemah.
Harga pK a
beberapa asam lemah
ASAM

pK a

CH3OH

15,5

H2 O

15,74

CH3CH2OH

15,9

(CH3 )3 COH

18,0

HC

25

CH

H2

35

NH3

38

CH3CH3

50

47

Alkohol bersifat asam yang lebih kuat dibandingkan


dengan alkuna, dan sangat lebih kuat dibandingkan
dengan hidrogen, amonia dan alkana.
Keasaman relatif :
H2O > ROH > RC CH > H2 > NH3 > RH
Basa konjugat dari alkohol adalah suatu ion alkoksida.
Karena sebagian besar alkohol adalah asam yang
lebih lemah dibanding air, maka ion alkoksida adalah
basa yang lebih kuat dibanding ion hidroksida.
Kebasaan relatif :
R > NH2 > H > RC C > RO > OH
Natrium dan kalium alkoksida sering dipakai sebagai
basa dalam sintesis organik.
48

Konversi Alkohol menjadi Alkil halida


Alkohol bereaksi dengan bermacam pereaksi
menghasilkan alkil halida.
Pereaksi yang paling sering digunakan adalah
hidrogen halida (HCl, HBr, atau HI), fosfor
tribromida (PBr3), dan tionil klorida (SOCl2).
Semua reaksi di atas merupakan hasil dari
pemutusan ikatan CO dari alkohol.

49

1 Reaksi alkohol dengan hidrogen halida


Jika alkohol bereaksi dengan suatu hidrogen
halida, maka terjadi suatu reaksi substitusi
menghasilkan suatu alkil halida dan air.
Urutan reaktivitas dari hidrogen halida adalah
HI > HBr > HCl (HF umumnya tidak reaktif).
Urutan reaktivitas alkohol: 3 > 2 > 1 > metil.
Reaksi ini dikatalisis oleh asam.
Alkohol primer dan sekunder dapat dikonversi
menjadi alkil klorida dan alkil bromida melalui
reaksi alkil halida dengan natrium halida dan
asam sulfat.
50

Langkah 1

CH3

H3 C C

H
O

CH3 H

cepat

H3 C C

CH3

CH3

O
H

Langkah 2

CH3 H
H3 C C

CH3

lambat

H3 C C

CH3

CH3

Langkah 3

CH3
H3 C C
CH3

cepat

Cl

CH3
H3 C C

Cl

CH3

51

2 Reaksi alkohol dengan PBr3


Alkohol primer dan sekunder bereaksi dengan
fosfor tribromida menghasilkan alkil bromida.
Tidak seperti reaksi dengan HBr, reaksi dengan
PBr3 tidak melibatkan pembentukan
karbokation.
Biasanya berlangsung tanpa penataan-ulang
dari kerangka karbon.
Sering menjadi pereaksi terpilih untuk
mengubah suatu alkohol menjadi alkil bromida
yang bersesuaian.
Reaksi diawali dengan terbentuknya suatu alkil
dibromofosfit terprotonasi.
52

3R

OH

PBr3

3R

Br

CH2O

H3 PO3

(10 atau 20)

RCH2 OH

Br

Br

PBr2

Br

Br

alkil dibromofosfit
terprotonasi

Br

RCH2

OPBr2

RCH2 Br

HOPBr2

H
Gugus pergi yang baik

HOPBr2 dapat bereaksi dengan lebih banyak alkohol


sehingga hasil akhir dari reaksi adalah konversi 3 mol
alkohol menjadi alkil bromida oleh 1 mol fosfor tribromida.
53

3 Reaksi alkohol dengan SOCl2


Tionil klorida mengubah alkohol primer dan
sekunder menjadi alkil klorida (biasanya tanpa
penataan-ulang).
Sering ditambahkan suatu amina tersier ke
dalam reaksi untuk memacu reaksi melalui
reaksinya dengan HCl.
Reaksi diawali dengan terbentuknya suatu alkil
klorosulfit.
Kemudian suatu ion klorida (hasil reaksi R3N
dan HCl) melakukan substitusi SN2 terhadap
suatu gugus pergi yang baik ClSO2.
54

OH

SOCl2

refluks

Cl

SO2

HCl

(10 atau 20)

R3N

RCH2 OH

Cl S

Cl

RCH2

Cl

Cl

R3NH

HCl

ClH

RCH2 O
O

S
O

alkil klorosulfit

Cl

+ HCl

Dekomposisi ClSO2 menjadi gas SO2 dan ion Cl


mendorong kesempurnaan reaksi.
Cl

RCH2 O

S
O

Cl

RCH2 Cl

S
O

Cl

RCH2 Cl + SO2 + Cl
55

Sintesis Eter
1 Dehidrasi alkohol
Alkohol mengalami dehidrasi membentuk
alkena (lihat Bab Alkena).
Alkohol primer dapat juga terdehidrasi
membentuk eter.
Dehidrasi menghasilkan eter berlangsung
pada suhu yang lebih rendah dibanding reaksi
dehidrasi membentuk alkena.
Dehidrasi menghasilkan eter dibantu dengan
distilasi eter segera setelah terbentuk.
56

Dietil eter dibuat secara komersial melalui


reaksi dehidrasi etanol.
Dietil eter adalah produk utama pada suhu
140C, sedangkan etana adalah produk utama
pada suhu 180C.
Reaksi ini kurang berguna pada alkohol
sekunder karena alkena mudah terbentuk.
Pada alkohol tersier sepenuhnya terbentuk
alkena.
Tidak berguna pada pembuatan eter nonsimetrik dari alkohol primer karena terbentuk
campuran produk.
57

H2SO4

CH2

180 0C

Etena

CH3CH2OH
H2SO4

CH3CH2 OCH 2 CH3

140 0C

CH3CH2

OH

Dietil eter

OSO3 H

CH3CH2 OH + CH3 CH2

OH2

CH2

CH3 CH2

OH2

CH3 CH2

OSO3 H

CH2 CH3

H2 O

H
CH3 CH2 OCH 2 CH3

H3 O

ROR
ROH

R'OH

alkohol 10

H2SO4

ROR'

R'OR'

H2 O
58

2 Sintesis Williamson
Suatu jalur penting pada preparasi eter nonsimetrik adalah suatu reaksi substitusi
nukleofilik yang disebut reaksi Williamson.
Merupakan reaksi SN2 dari suatu natrium
alkoksida dengan alkil halida, alkil sulfonat,
atau alkil sulfat.
Hasil terbaik dicapai jika alkil halida, alkil
sulfonat, atau alkil sulfat yang dipakai adalah
primer (atau metil).
Jika substrat adalah tersier maka eliminasi
sepenuhnya merupakan produk reaksi.
Pada suhu rendah substitusi lebih unggul
dibanding dengan eliminasi.

59

O Na

R'

R'

Na L

L = Br, I, OSO2R", atau OSO2 OR"


CH3CH2CH2 OH
Propil alkohol

Na

CH3CH2 CH2O

Na

1/2 H2

Na

Natrium propoksida
CH3CH 2I

CH3CH2 OCH 2CH2 CH3

Etil propil eter


(70%)

60

3 Tert-butil eter dari alkilasi alkohol


Alkohol primer dapat diubah menjadi tert-butil
eter dengan melarutkan alkohol tersebut dalam
suatu asam kuat seperti asam sulfat dan
kemudian ditambahkan isobutilena ke dalam
campuran tersebut. (Prosedur ini
meminimalkan dimerisasi dan polimerisasi dari
isobutilena).
CH3
R C H2O H

CH2

CCH3
CH3

A lk oh o l 1

Is o b u t il e n a

H 2S O 4

R C H 2O

CCH3
CH3

t e r t - b u ti l e te r
61

Metode ini sering dipakai untuk proteksi


gugus hidroksil dari alkohol primer sewaktu
reaksi-reaksi lainnya dilakukan terhadap bagian
lain dari molekul tersebut. Gugus proteksi tertbutil dapat dihilangkan secara mudah dengan
penambahan larutan asam encer.

4 Trimetilsilil eter (Sililasi)


Suatu gugus hidroksil juga diproteksi dalam
larutan netral atau basa dengan mengubahnya
menjadi suatu gugus trimetilsilil eter,
OSi(CH3)3.
62

Reaksi ini, yang disebut sililasi, dilakukan


dengan membiarkan alkohol tersebut bereaksi
dengan klorotrimetilsilana dengan kehadiran
suatu amina tersier.
R

OH

( C H 3 ) 3 S iC l

( C H 3C H 2 ) 3N

S i( C H 3 ) 3

K lo r o m et il s i la n a

Gugus proteksi ini dapat dihilangkan dengan


suatu larutan asam.
R

Si(CH3)3

H3O+ / H2O

OH

(CH3)3SiOH
63

Pengubahan suatu alkohol menjadi suatu


trimetilsilil eter membuat senyawa tersebut
lebih volatil (mudah menguap). (Mengapa?)
Kenaikan volatilitas (sifat mudah menguap) ini
menjadikan alkohol (sebagai bentuk
trimetilsilil-nya) lebih memungkinkan untuk
menjalani analisis dengan kromatografi gascair.

64

Reaksi-reaksi Eter
Dialkil eter bereaksi dengan sedikit pereaksi
diluar asam-asam.
Eter tahan terhadap serangan nukleofil dan
basa.
Ketidakkreaktifan dan kemampuan eter mensolvasi kation (dengan mendonorkan
sepasang elektron dari atom oksigen)
membuat eter berguna sebagai solven dari
banyak reaksi.
65

Eter mengalami reaksi halogenasi seperti


alkana.
Oksigen dari ikatan eter memberi sifat basa.
Eter dapat bereaksi dengan donor proton
membentuk garam oksonium.
CH 3C H 2O C H 2C H 3

HBr

C H 3CH 2

C H 2C H 3B r

H
G ara m o k s o niu m

Pemanasan dialkil eter dengan asam-asam


sangat kuat (HI, HBr, H2SO4) menyebabkan
eter mengalami reaksi dimana ikatan ikatan
karbon oksigen pecah.
66

C H 3C H 2O C H 2C H 3

2 C H 3C H 2Br

HBr

H2O

Mekanisme reaksi ini dimulai dari pembentukan


suatu ion oksonium. Kemudian suatu reaksi SN2
dengan ion bromida yang bertindak sebagai
nukleofil akan menghasilkan etanol dan etil
bromida.
C H3CH 2O CH 2CH 3

HBr

C H 3C H 2O

CH2C H3

Br

H
C H 3C H 2O

C H3C H2B r

H
E ta n o l

E t il b r o m id a

67

Pada tahap selanjutnya, etanol yang baru


terbentuk bereaksi dengan HBr membentuk
satu mol ekivalen etil bromida yang ke dua.
C H 3C H 2O H

HBr

Br

C H 3CH 2

C H 3C H 2

Br

68

Epoksida
Epoksida adalah eter siklik dengan cincin tiga
anggota. Dalam tatanama IUPAC, epoksida
disebut oksirana. Epoksida paling sederhana
memiliki nama umum etilena oksida.
2

H 2C

CH2
1

O
S u a tu
e po k s ida

O
I U P A C : O k s iran a
U m u m : E ti le n a o k s i d a

69

Metode yang paling umum digunakan untuk


mensintesa epoksida adalah reaksi dari suatu
alkena dengan suatu asam peroksi organik,
yaitu suatu proses yang disebut epoksidasi.
O

O
RCH

CHR

S u at u alk e na

E p ok s id as i

R 'C

OH

S u at u as a m
pe ro k s i

RHC

CHR

R 'C

OH

O
S u a tu e p o k s i d a
( a ta u o k s i r a n a )

Dalam reaksi ini, asam peroksi memberikan


suatu atom oksigen kepada alkena.
Mekanismenya adalah seperti berikut ini.
70

+
C

R'
C

C
O

R'
C

O
H

Adisi oksigen pada ikatan rangkap dalam


suatu reaksi epoksidasi adalah adisi syn.
Untuk membentuk suatu cincin dengan tiga
anggota, atom oksigen harus mengadisi
kedua atom karbon dari ikatan rangkap pada
sisi yang sama.
71

Asam peroksi yang paling umum digunakan


adalah asam peroksiasetat dan asam
peroksibenzoat. Sebagai contoh,
sikloheksana bereaksi dengan asam
peroksibenzoat menghasilkan 1,2-epoksisikloheksana dalam jumlah yang kuantitatif.
O

C 6H 5C O O H

O
O

C H 2 C l2

C 6H 5C O H

H
A s am
p e rok s ib en z o at

1 , 2 - E p o k s is ik loh e k s an a
(10 0 % )

72

Reaksi antara alkena dengan asam-asam peroksi


berlangsung dengan suatu cara yang stereospesifik.
Sebagai contoh, cis-2-butena hanya menghasilkan cis2,3-dimetiloksirana, sedangkan trans-2-butena hanya
menghasilkan trans-2,3-dimetiloksirana.
H3 C

C
H3 C

CH3
3

RCOOH

CH3

trans-2-Butena

cis-2,3-Dimetiloksirana
(senyawa meso)

CH3

O
H

H
C

cis-2-Butena

H3 C

H3 C

RCOOH

H
O

CH3

CH3
H

O
CH3

Enantiomer trans-2,3-Dimetiloksirana

73

Reaksi-reaksi Epoksida
Cincin tiga anggota dengan tegangan (strain)
yang sangat tinggi dalam molekul epoksida
menyebabkan epoksida lebih reaktif terhadap
substitusi nukleofilik dibandingkan dengan
eter yang lain.
Katalisis asam membantu pembukaan cincin
epoksida dengan menyediakan suatu gugus
pergi yang lebih baik (suatu alkohol) pada
atom karbon yang mengalami serangan
nukleofilik.
74

Katalisis ini sangat penting terutama jika


nukleofilnya adalah suatu nukleofil lemah
seperti air atau suatu alkohol:
Pembukaan cincin dengan katalis asam
+ H

C
_

HO

O
H

HO

OH

75

Pembukaan cincin dengan katalis basa


RO
N u k l e o f il
k ua t

C
O

RO

Io n
a lk o k s i d a

RO H

HO

OH

RO

Jika epoksidanya tidak simetris, serangan


pembukaan cincin dengan katalis basa oleh ion
alkoksida berlangsung terutama pada atom
karbon yang kurang tersubstitusi. Sebagai
contoh, metiloksirana bereaksi dengan suatu ion
alkoksida terutama pada atom karbon
primernya:
76

A to m k a r b o n 1

C H 3C H 2O

H 2C

CHCH3
O

k u r a n g te r h a l a n g i

C H 3C H 2O C H 2C H C H 3

C H 3 C H 2O H

M e t il o k s ir a n a

C H 3C H 2O C H 2C H C H 3

C H 3C H 2O

OH
1 - E to k s i l- 2 - p r o p a n o l

Ini adalah apa yang seharusnya diharapkan:


Reaksi secara keseluruhan adalan reaksi SN2,
dan seperti telah dipelajari sebelumnya,
substrat primer bereaksi lebih cepat melalui
reaksi SN2 karena halangan ruangnya kecil.
77

Pada pembukaan cincin dengan katalis asam


dari epoksida tidak simetris, serangan
nukleofil terutama terjadi pada atom karbon
yang lebih tersubstitusi. Sebagai contoh:
CH3
C H 3O H

H 3C

CH3
CH2

H 3C

C H 2O H

OCH3

Alasan: Ikatan pada epoksida terprotonasi adalah


tidak simetris dengan atom karbon yang lebih
tersubstitusi mengemban suatu muatan yang
positif sekali. Oleh karena itu, nukleofil menyerang
atom karbon tersebut meskipun lebih tersubstitusi.
78

A t o m k a r b o n in i m e n y e r u p a i
k a r b o k a t io n 3

CH3
C H 3O H

H3C

CH3

CH2

H3C

CH2O H

O +

OCH3

E p o k s id a
t e r p r o to n a s i

Atom karbon yang lebih tersubstitusi


mengemban suatu muatan positif lebih besar
karena menyerupai suatu karbokation tersier
yang lebih stabil.
79

Eter Mahkota (Crown Ether)


Senyawa-senyawa yang disebut eter mahkota
(crown ether) adalah juga katalis transfer fasa
(phase-transfer catalyst) dan dapat mengangkut
senyawa-senyawa ionik ke dalam fasa organik.
Eter mahkota adalah polimer siklik dari etilena glikol
seperti 18-crown-6 berikut ini:
O
O

O
O
K

O
O

18 -C row n -6

O
K

O
O
80

Eter mahkota diberi nama sebagai x-crown-y


dimana x adalah jumlah total atom-atom
dalam cincin dan y adalah jumlah atom-atom
oksigen. Hubungan antara eter mahkota dan
ion yang diangkutnya disebut hubungan tuan
rumah tamu (host guest).
Eter mahkota bertindak sebagai tuan rumah,
dan kation terkoordinasi sebagai tamu.
Jika eter mahkota berkoordinasi dengan suatu
kation logam, dengan cara demikian mereka
mengubah ion logam menjadi suatu bentuk
dengan bagian luar yang bersifat hidrokarbon.
81

Sebagai contoh, eter mahkota 18-crown-6 berkoordinasi


dengan ion kalium secara sangat efisien karena ukuran
rongganya tepat/cocok dan karena keenam atom oksigen
terletak dalam posisi yang tepat untuk memberikan
pasangan elektron bebasnya kepada ion pusatnya.
Eter mahkota menjadikan banyak senyawa garam larut
dalam pelarut non-polar.
Sebagai contoh, senyawa garam seperti KF, KCN, dan
CH3CO2K dapat dipindahkan ke dalam pelarut-pelarut
aprotik dengan menggunakan sejumlah kecil katalis 18crown-6.
Dalam fasa organik, anion dari garam-garam tersebut
yang relatif tidak tersolvasi dapat melakukan suatu reaksi
substitusi nukleofilik terhadap suatu substrat organik.
82

K CN

RC H2X

C 6H5C H2C l

K F

1 8 -c r o w n -6
be n z en a
1 8 -c r o w n -6
a s e t o n it ril

RC H2C N

C 6H5CH 2F

K X

K Cl

(10 0 % )

Eter mahkota juga dapat digunakan sebagai katalis transfer


fasa pada bermacam-macam jenis reaksi lainnya. Reaksi
berikut adalah satu contoh dari penggunaan suatu eter
mahkota pada suatu reaksi oksidasi.

KM nO 4

d is i k lo h e k s a n o -1 8 -c ro w n -6
be n z en a

H O 2C

CH2CCH

(9 0% )

83

Disikloheksano-18-crown-6 memiliki struktur


sebagai berikut:
O
O

O
O

D i s i k lo h e k s a n o- 1 8 - c r o w n - 6

84

TRANSPORT ANTIBIOTIKA DAN


ETER MAHKOTA
Ada beberapa antibiotika yang disebut ionofor (ionophore)
secara khusus nonactin dan valinomycin, yang
berkoordinasi dengan kation logam dengan cara yang
sama seperti eter mahkota.
Biasanya sel harus mempertahankan suatu gradien antara
konsentrasi ion natrium dan kalium di dalam dan di luar
dinding sel. Ion kalium dipompa masuk, sedangkan ion
natrium dipompa ke luar.
Bagian dalam (interior) membran sel bersifat seperti
hidrokarbon, karena terutama terdiri bagian hidrokarbon
dari lipid.
85

Você também pode gostar