Você está na página 1de 21

ACUTE MOUNTAIN

SICKNESS

PENDAHULUAN
High Altitude Illness (HAI) merupakan sekumpulan gejala paru dan otak yang terjadi
pada orang yang baru pertama kali medaki ke ketinggian.
Terdiri dari
Acute Mountain Sickness (AMS)
High Altitude Cerebral Edema (HACE)
High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)

PENDAHULUAN
Acute mountain sickness merupakan sindrom klinis yang berkaitan dengan ketinggian.
Terdapat 2 bentuk
HAPE (High Altitutde Pulmonary Edema)
HACE (High Altitude Cerebral edema)

Terjadi akibat pajanan mendadak terhadap ketinggian, biasanya lebih dari 8000 ft.
Kedua jenis kelainan dapat sembuh dengan sendirinya, namun dalam keadaan tertentu dapat
mengancam jiwa.
Patofisiiologi kelainan ini belum diketahui dengan pasti.
Tindakan yang harus dilakukan untuk menolong pasien adalah menurunkan ketinggian,
sedangkan tindakan lain masih kontroversial.
Tirah baring, pemberian oksigen, penggunaan morfin, diuretik, steroid, atau nifedipine.

DEFINISI
Acute Mountain Sickness adalah sindrom yang muncul pada para petualang ke
ketinggian dengan melakukan pendakian ke tempat yang terlalu tinggi dan atau
terlalu cepat (Rennie, Subramanyam dalam Roach et al, 2000).
AMS merupakan adanya sakit kepala pada individu yang tidak mampu aklimatisasi
dan baru saja berada di ketinggian di atas 2500 m disertai dengan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
Masalah gastrointestinal (Anoreksia, mual, muntah)
Insomnia
Kelelahan

EPIDEMIOLOGI
Studi dari Universitas Colorado Anschutz Medical, 22% dari mereka yang mendaki
hingga ketinggian 7000-9000 kaki akan mengalami AMS, dan 42% mengalami AMS
jika berada di ketinggian lebih dari 10000 kaki.
Diduga sekitar 30 juta jiwa memiliki risiko untuk mengalami AMS setiap tahunnya.
Sekitar 22-77% dari petulang, khususnya pendaki gunung, mengalami AMS di
rentang ketinggian 1850-5895 mdpl.
Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita AMS, namun menurut
Hackett menyebutkan bahwa insidensi kejadian AMS sebesar 53% pada laki-laki
dan 47% pada perempuan

FAKTOR RISIKO
3 kategori risiko AMS :
Rendah
Individu tanpa riwayat altitude illness dan tidak pernah mendaki gunung 2800 mdpl
Individu memakan waktu 2 hari untuk mendaki gunung 2500-3000 m.

Sedang
Individu tanpa riwayat AMS dan tidak pernah mendaki gunung 2500-2800 mdpl dalam 1 hari
Individu tanpa riwayat AMS dan mendaki gunung >2800 mdpl dalam 1 hari
Semua individu yang mendaki gunung dengan ketinggian sekitar 3000-3500 mdpl dan dengan kecepatan
>500 m/hari

Tinggi

Individu dengan riwayat AMS dan mendaki gunung > 2800 mdpl dalam 1 hari
Semua individu dengan riwayat HAPE atau HACE
Semua individu yang mendaki gunung dengan ketinggian >3500 mdpl +/- kecepatan >500m/hari
Pendakian gunung yang sangat cepat

GEJALA KLINIS
Banyak orang akan mengalami AMS ringan selama proses aklimatisasi. Gejala
biasanya mulai 12 - 24 jam setelah tiba di ketinggian dan mulai berkurang
pada hariketiga.
Gejala AMS ringan :
- Sakit kepala

- Batuk kering

- Mual - Malaise
- Sesak napas

- Anorexia

- Tidur terganggu

GEJALA KLINIS
Gejala AMS sedang :
- Sakit kepala parah yang tidak berkurang dengan obat-obatan
- Mual dan muntah
- Sesak napas
- Penurunan koordinasi (ataksia)

GEJALA KLINIS
Gejala AMS berat :
- HAPE (high altitude pulmonal edema)
- HACE (high altitude cerebral edema)

HIGH-ALTITUDE PULMONARY
EDEMA (HAPE)
Gejalanya muncul 2-3 hari setelah sampai di ketinggian.
Gejala awalnya sesak nafas dan batuk kering
Apabila pendaki melanjutkan pendakian akan mengalami sesak nafas saat istirahat,
ortopnea, sputum berdarah, sianosis, dan ronkhi paru.
Jika hingga terjadi hipoksemia berat, akan dapat terjadi edema cerebral.
Biasanya muncul setelah 48-72 jam dengan pendakian sangat cepat di atas 4000
m.
Jika edema pulmonar muncul pada ketinggian 3000 m, penyakit penyerta biasanya
ditemukan pada gagal jantung kiri ataupun emboli paru.

HIGH-ALTITUDE CEREBRAL
EDEMA (HACE)
Biasanya diawali dengan keluhan AMS, seperti sakit kepala hebat adan muntah.
HACE meningkat kejadiannya pada 48 jam setelah mencapai ketinggian 4000 mdpl
dengan prevalensi 0,5-1% pada ketinggian 4000-5000 mdpl.
Gejala prodromal seperti gangguan mental dini atau perubahan tingkah laku
biasanya tidak disadari oleh pendaki maupun pendampingnya.
Gejala utamanya adalah ataxia dan tidak mampu berjalan
Gangguan kesadaran dengan perburukan ke arah koma dalam hitungan jam.
Fatal apabila terjadi herniasi otak dengan kompresi batang otak yang akhirnya
menimbulka kematian dalam 24 jam pertama sejak mulai gejala

LAKE LOUISE SCORING SYSTEM


Kondisi

Kriteria

AMS

Sakit kepala disertai sekurang-kurangnya satu dari


gejala berikut : kelemahan; dizziness; keluhan
gastrointestinal ; gangguan tidur

HACE

Perubahan status menta dan/atau ataxia

HAPE

Sekurang-kurangnya 2 dari gejala berikut : dispneu


saat istirahat; batuk; kelemahan; rasa berat di dada
atau kongesti
Dan
sekurang-kurangnya 2 dari tanda berikut : ronkhi
atau wheezing pada satu sisi paru; sianosis sentral;
takipneu; takikardi

TATALAKSANA HIGHALTITUDE ILLNESS


Pengobatan yang digunakan dalam pencegahan dan tatalaksana HAI
diantaranya adalah acetazolamide, dexamethasone, dan analgesik.
Strategi dalam pencegahan terjadinya AMS adalah preaklimatisasi,
konsumsi air yang cukup dan diet tinggi karbohidrat

AKLIMATISASI
Aklimatisasi merupakan suatu proses penyesuaian tubuh terhadap
kondisi hipoksia hipobarik, yang bertujuan untuk meningkatkan aliran
oksigen.
Aklimatisasi paling baik diperoleh dengan pendakian yang pelan
sehingga memberi kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap
ketinggian dan meminimalisir risiko high-altitude illness.

AKLIMATISASI
Rekomendasi yang dianjurkan sebelum pendakian adalah sebagai
berikut :
Pendakian lebih dari 3000 meter, dianjurkan untuk istirahat setiap
ketinggian 300-600 meter per hari.
Climb high and sleep low, artinya pendaki dapat mendaki lebih dari
1000 kaki dalam satu hari, asalkan tetap beristirahat di ketinggian
yang lebih rendah.
Hidrasi adekuat ( 3-4 liter per hari) untuk mencegah dehidrasi.
Diet tinggi karbohidrat, hindari rokok, alcohol dan obat-obat anti
depresan.
Bila muncul keluhan selama berada di ketinggian, sebaiknya jangan
mendaki lebih tinggi dan istirahat. Bila keluhan semakin meningkat,
dianjurkan untuk turun ke ketinggian lebih rendah.

ACETAZOLAMID
Asetazolamide ( Diamox ) dapat diberikan untuk membantu bernafas lebih baik.
Obat ini bisa membuat buang air kecil lebih sering
dosis : 125-500 mg p.o
pemberian acetazolamide 125 mg dua kali sehari, 1 hari sebelum pendakian
dilanjutkan 2 hari setelah mencapai ketinggian maksimal diindikasikan sebagai
pencegahan AMS
mekanisme :
carbonic anhidrase inhibitor perlambatan pembentukan ion-ion
sekresi Na, K turun dan eksresi meningkat
golongan : diuretik karbonik anhidrase inhibitor
banyak minum air dan hindari alkohol

bikarbonat

DEXAMETHASONE
Dexamethasone kemungkinan kurang efektif dibandingkan dengan
acetazolamide, namun efektif sebagi pengobatan emergensi AMS
dengan dosis awal 4-10 mg, diikuti 4 mg setiap 6 jam.
mekanisme : menurunkan permeabilitas vaskuler mencegah edema

PENATALAKSANAAN ACUTE
MOUNTAIN SICKNESS
Diagnosis dini sangat penting. Acute mountain sickness
lebih mudah untuk mengobati pada tahap awal.
Pengobatan utama untuk semua bentuk penyakit gunung
adalah untuk turun (turunnya ) ke ketinggian yang lebih
rendah secepat dan seaman mungkin.
Ekstra oksigen harus diberikan , jika tersedia .

PROGNOSIS
Kebanyakan kasus yang terjadi ringan.
Gejala akan segera membaik ketika mengurangi ketinggian.
Kasus yang parah dapat mengakibatkan kematian akibat gangguan paruparu atau edema serebral.
Di pedalaman/pelosok, evakuasi darurat atau pengobatan dapat tertunda,
hal ini dapat memperburuk prognosis.

KOMPLIKASI
Coma
Pulmonary edema
Cerebral edema (kejang, perubahan mental, kerusakan permanen dr
sistem saraf)

Você também pode gostar