Você está na página 1de 8

PANDANGAN HUKUM TERHADAP

KELUARGA BERENCANA

RIZKA SETIANI

SUGIARTI

SALMIA

SYARIFAH
HARIANTI

SEFTYA SAPUTRI

TENGKU YULIANI R

DIII KEBIDANAN STIKES PAYUNG


NEGERI PEKANBARU

Sejarah KB

Pada zaman modern di Indonesia keluarga berencana mulai


dikembangkan dan dikenal sekitar tahun 1952. yang disebarkan oleh
dr. Sulianti Suroso yang menganjurkan para ibu di Yogyakarta untuk
membatasi kelahiran, pada tanggal 23 Desember 1957 didirikan
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia(PKBI). Perkumpulan ini
bergerak secara silent operation membantu warga yang memerlukan
secara sukarela. Pada tahun 1967 ditandatangani Deklarasi
Kependudukan PBB oleh kepala Negara Indonesi, untuk itu
dibentuklah suatu lembaga program keluarga berencana dan
dimasukan ke program pemerintah.

Sejak pelita I berdasarkan intruksi Presiden nomor


26 tahun 1968 dibentuklah Lembaga Keluarga
Nasional(LKBN) sebgai lembaga semi pemerintah.
Pada tahun 1970 diubah dan ditingkatkan
menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab
langsung kepada presiden. Keluarlah Keppres
No.33
tahun
1972
dan
dilakukanlah
penyempurnaan struktur organissi, tugas pokok,
dan tata kerja BKKBN. Keluar pula Keppres No.38
tahun 1978 organisasi serta struktur BKKBN
disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas
tidak hanya maslah yang berhubungan dengan
KB tetapi juga kegiatan lain yang mendukung
kegiatan KB

Keluarga berencana sudah menjadi salah satu


program pemerintah dalam bidang kesehatan
yang dimulai pada tahun 1970. Apabila kita
lihat dari sudut pandang hak hak pasien,
segala jenis kontrasepsi yang ingin diterapkan
haruslah mendapat persetujuan dari pasangan
suami istri tersebut. Dalam segi hukum
peraturan tentang keluarga berencana telah
termaktub dalam UU No 10 tahun 1992
tentang perkembangan kependudukan dan
keluarga sejahtera

Terdapat butir-butir tentang penyelenggaraan keluarga berencana


dari segi hak pasangan suami istri sebagai berikut :

Pasal 24
(1) Pelayanan Kontrasepsi
diselenggarakan dengan tata cara yang
berdaya guna serta diterima dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab
oleh pasangan suami istri sesuai dengan
pilihan dan mempertimbangkan kondisi
pasangan suami istri.
(2) Pelayanan kontrasepsi secara paksa
kepada siapa pun dan dalam bentuk
apapun bertentangan dengan hak asasi
manusia dan pelakunya akan dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Penyelenggaran pelayanan
kontrasepsi dilakukan dengan cara yang
dapat dipertanggungjawabkan dari segi
agama, norma budaya, etika, serta segi
kesehatan.

Pasal 25

Suami dan istri


mempunyai
kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama
dalam melaksanakan
keluarga berencana.
(2) Dalam
menentukan cara
keluarga berencana
sebagai mana
dimaksud dalam ayat
(1), pemerintah wajib
menyediakan
menyediakan bantuan
pelayanan kontrasepsi

Pasal 26
(1)

Penyelenggaraan alat,obat, dan


cara kontrasepsi yang menimbulkan
risiko terhadap kesehatan dilakukan
atas persetujuan suami dan istri
setelah mendapatkan informasi dari
tenaga kesehatan yang memiliki
keahlian dan kewenangan untuk itu.
(2) Tata cara penggunaan
alat,obat, dan cara kontrasepsi
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan menurut standar
profesi kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.

PASAL 28

Penyampaian
informasi dan/atau
peragaan alat, obat,
dan cara kontrasepsi
hanya dapat
dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan tenaga
lain yang terlatih
serta dilaksanakan di
tempat dan dengan
cara yang layak.

TERIMAKASIH
TELAH MENYIMAK
PRESENTATION SAYA
SEMOGA BERMANFAAT

Você também pode gostar