Você está na página 1de 46

ELEKTROLIT TUBUH &

KESEIMBANGAN ASAM BASA


Disusun oleh :
Kelompok 4 (S1-VII B)
Era Fazira
(1301031)
Jenny Novita
(1301043)
Pradawati
(1301068)
Nur Syamsiah
(1301061)
Rahmi Adeliani (1301073)
Raidhatul Ulfa
(1301074)
Mery Silvia
(1601076)
Refiza Putri Muslim (1301077)
Suharti Ningsih (1401127)

Riska Fitriani
(1301080)
Riza Luthfia Sari (1301082)
Ferelina Santi
(1401086)
Novirasafitry
(1501088)
Rolita
(1501097)
Tiya Syahrani
(1501104)
Yulisma Sudarsi ( 1501112)
Rita Sismayani (1401122)
Musdalifah
(1401103)

Dosen : Dr. Meiriza Djohari, M. Kes, Apt


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2016

ELEKTROLIT TUBUH

Masa Tubuh Total


45%
Solids

43%
Solids

ICF = Intra cellular fluid = CIS = cairan


intra selular
ECF = extra cellular fluid = CES = cairan
ekstra selular

2/3 ICF
55%
Fluids

57%
Fluids
1/3 ECF

80%

Cairan
interstisial

20%

Plasma

Komposisi Ion Cairan


Tubuh

Komposisi Ion Cairan


Tubuh

Ion
Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya
bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat dan sebagian kecil (sekitar
10- 14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel.
90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam
yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida
(NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3).
Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144
mEq.
Keringat adalah cairan hipotonik berisi natrium dan klorida.
Kandungan Na pada cairan keringat orang normal rerata 50
mEq/L.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal.
Pengaturan eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan
homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan volume cairan tubuh.

Asupan NaCl

Konsentrasi plasma Na+


& Cl-

Osmosis air dari CIS


Interstisial plasma

Volume darah
Regangan atrium jantung

Produksi renin
Angiotensin II

Atrial Natriuretic Peptide (ANP)


GFR
Na+ & Cl- via urine (Natriuresis)
Kehilangan air di urine via osmosis

Aldosterone

Reabsorbsi NaCl oleh ginjal


Volume darah

Regulasi Hormonal Na+ & Cl- Renal

Nilai rujukan kadar natrium :


Nilai normal

: 135-144 mEq/L

SI unit

: 135-144 mmol/L

Ion
Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan
intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi
kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%).

Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.


Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada
laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil
20% dibandingkan pada anak-anak.
Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung
dari jumlah dan jenis makanan.
Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine
mencapai 90%.

Nilai rujukan kalium serum pada :

Nilai normal : 0 17 tahun : 3,6-5,2 mEq/L


(SI unit : 3,6-5,2 mmol/L)
: 18 tahun : 3,6-4,8 mEq/L
(SI unit : 3,6-4,8 mmol/L)

Ion
Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel.
Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12%
dalam cairan intrasel.
Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar klorida dalam
cairan interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma.
Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan cairan
intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan luar
dan dalam membran sel.
Drainase lambung atau usus pada diare menyebabkan
ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida
dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L.Ekskresi utama
klorida adalah melalui ginjal

Nilai rujukan klorida :


Nilai normal

: 97 106 mEq/L

SI unit

: 97 106 mEq/L

Ganguan
Keseimbangan
Cairan

Ganguan
Keseimbangan
Cairan

Dehidrasi
Saliva
Mulut & pharynx
kering

Osmolaritas darah

Volume darah

Stimulasi osmoreseptor
hypothalamus

Tekanan darah
Produksi renin oleh
Sel2 juxtaglomeral
ginjal

Stimulasi pusat
Haus hypothalamus

Rasa haus

Minum
Regulasi Pemasukan Cairan

Angiotensin II

Cairan tubuh

Gangguan
Keseimbanga
n Kalium

Gangguan
Keseimbangan Klorida

Metode dan Prinsip


Pemeriksaan Elektrolit

Metode Elektroda Ion Selektif


(Ion Selective Electrode/ISE)

Metode Elektroda Ion Selektif


(Ion Selective Electrode/ISE)

Spektrofotometer Emisi Nyala


(Flame Emission
Spectrofotometry/FES)

Spektrofotometer Emisi Nyala


(Flame Emission
Spectrofotometry/FES)

Pemeriksaan dengan
Spektrofotometer berdasarkan
Aktivasi Enzim

Spektrofotometer Atom Serapan


(Atomic Absorption
Spectrophotometry/ AAS)

Prinsip Pemeriksaan :
Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer
atom serapan adalah teknik emisi dengan
elemen pada sampel mendapat sinar dari hollow
cathode dan cahaya yang ditimbulkan diukur
sebagai level energy yang paling rendah.
Elemen yang mendapat sinar dalam bentuk
ikatan kimia (atom) dan ditempatkan pada
ground state (atom netral).

Spektrofotometer Atom Serapan


(Atomic Absorption
Spectrophotometry/ AAS)

Kadar Klorida dengan Metode


Titrasi Merkurimeter

Prinsip Pemeriksaan :
Spesimen filtrat yang bebas protein dititrasi
dengan larutan merkuri nitrat, dengan
penambahan diphenylcarbazone
sebagai
indikator. Hg2+ yang bebas, bersama klorida
membentuk larutan merkuri klorida yang tidak
terionisasi. Kelebihan ion Hg2+ bereaksi
dengan
diphenylcarbazone
membentuk
senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Titik
akhir dari titrasi adalah saat mulai timbul
perubahan warna

Kadar Klorida dengan Metode


Titrasi Kolorimetrik
Amperometrik

Prinsip Pemeriksaan :
Prinsip pemeriksaan kadar klorida dengan
metode titrasi kolorimetrik-amperometrik
bergantung pada generasi Ag dari elektroda
perak yang konstan dan pada reaksi dengan
klorida membentuk klorida perak tang tidak
larut. Interval waktu yang digunakan sebanding
dengan kadar klorida pada sampel

Keseimbangan asam
dan basa

Keseimbangan Asam & Basa

Keseimbangan
asam-basa

konsentrasi ion H+ dalam cairan tubuh.


Ion

H+

sebagai

hasil

dari

pengaturan

metabolisme:

C6H12O6 + O2 CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

pH darah normal 7,35 7,45


Sistem dapar (buffer) menghambat
perubahan pH yang besar jika ada
penambahan asam atau basa

Ketidakseimbangan Asam &


Basa
Terdapat tiga lini pertahanan yang mengatasi
setiap perubahan [H+] agar [H+] dalam cairan tubuh hampir
konstan walaupun pemasukaanya tidak diatur :
1.Sistem Penyangga (Dapar) Kimiawi
2. Sistim pernafasan mengatur konsentrasi ion hydrogen
dengan mengontrol kecepatan pengeluaran CO2 dari
plasma melalui penyesuaian-penyesuaian ventilasi paru.
3. Ginjal berperan penting mengontrol keseimbangan
asam-basa dengan mengontrol konsentrasi ion hydrogen
dan bikarbonat dalam darah

Sistem Penyangga (Dapar)


Kimiawi

Sistem dapar hanya


mengatasi
ketidakseimbangan
asam-basa
sementara

1.

2.
3.

4.

Sistem Penyangga Asam


karbonat:Bikarbonat
sistem dapar di CES untuk
asam non-karbonat
Sistem Penyangga Protein
sistem dapar di CIS & CES
Sistem Penyangga
Hemoglobin
sistem dapar di eritrosit
untuk asam karbonat
Sistem Penyangga Phosphat
sistem dapar di ginjal dan
CIS

Sistim pernafasan (paruparu)

Berespons cepat pada


perubahan kadar H+ dalam darah
& mempertahankan kadarnya
sampai ginjal menhilangkan
ketidakseimbangan tersebut

-Kadar CO2 meningkat pH menurun


-Kadar CO2 menurun pH meningkat
- Kadar CO2 & pH merangsang kemoreseptor yg
kemudian akan mempengaruhi pusat pernapasan
hipoventilasi meningkatkan kadar CO2
dlm darah
hiperventilasi menurunkan kadar CO2
dlm darah

Regulasi Pernapasan dlm Keseimbangan


Asam-Basa

36

Ginjal Dalam Mengatur


Keseimbangan asam-basa

meregulasi keseimbangan ion H+


dengan menghilangkan
ketidakseimbangan kadar H+
secara lambat; terdapat sistem
dapar fosfat & amonia

Regulasi dalam Keseimbangan asam-basa :


- Sekresi H+ ke dalam filtrat & reabsorpsi HCO3ke CES menyebabkan pH ekstrasel meningkat
- HCO3- di dalam filtrat diabsorbsi
- Laju sekresi H+ meningkat akibat penurunan pH
cairan tubuh atau peningkatan kadar aldosteron
- Sekresi H+ dihambat jika pH urin < 4,5

Ketidakseimbangan Asam &


Basa

Asidosis
Respiratorik

Asidosis respiratori:
hipoventilasi retensi CO2 H2CO3H+
Hal- hal yang dapat menimbulkan keadaan
ini adalah penyakit paru, penekanan pusat
pernafasan oleh obat ataupun penyakit,
gangguan saraf atau otot yang mengurangi
kemampuan otot pernapasan, atau bahkan
untuk (sementara) melakukan tindakan yang
sederhana seperti menahan nafas

Alkalosis
Respiratorik

Alkalosis respiratori :
hiperventilasi CO2 banyak yg hilang H2CO3
H+
Penyebab : demam, rasa cemas, dan
keracunan aspirin, yang semuanya merangsang
ventilasi
Alkalosis respiratorik juga terjadi akibat
mekanisme fisiologis apabila seseorang berada
diketinggian

Asidosis
Metabolik

Asidosis metabolik :
Diare, DM HCO3- PCO2 H+

Penyebab lainnya seperti : olahraga


berlebihan. Asidosis uremik, penimbunan asamasam non karbonat, HCO3- plasma banyak
terpakai untuk penyangga H+.

Alkalosis
Metabolik

Alkalosis metabolik :
muntah H+ HCO3- PCO2
Ingesti obat-obat alkali, seperti obat bebas baking soda
(NaHCO3, yang dalam larutan terurai menjadi Na+ dan
HCO3-) digunakan untuk mengatasi keasaman berlebihan
lambung. Dengan menetralisasi kelebihan asam
lambung, HCO3- mengatasi gejala-gejala iritasi dan rasa
terbakar, namun apabila terjadi ingesti HCO3- lebih
banyak dari pada yang diperlukan, tambahan HCO3tersebut akan diserap dari saluran pencernaan dan
meningkatkan [HCO3-] plasma.

Asidosis
Metabolik

Asidosis metabolik :

Diare, DM HCO3- PCO2 H+


Penyebabnya dapat disebabkan oleh :
Olahraga berlebihan
Asidosis Uremik

INTERPRETASI AGD (Analisa Gas


Darah)
Lihat pH darah
pH < 7,35

ASIDOSIS

HCO3- <22 meq/L

pCO2 >45 mmHg

METABOLIK

RESPIRATORIK

pH > 7,45

ALKALOSIS

pCO2 <35 mmHg

RESPIRATORIK

HCO3- > 26 meq/L

METABOLIK

44

Você também pode gostar