Você está na página 1de 31

KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK

RS SITANALA
Tangerang
TGL 20 September 2014
OLEH :
Dr. Jap Mustopo Baktiar, Sp KJ

HAL YANG PERLU


DIPERHATIKAN DI UGD
I. Aman secara fisik dan psikologis
Bagi pasien :
- Tidak ada hal hal yang mencurigakan
- Stimulus<<
Bagi dokter :
- Didampingi perawat
- Wawancara bila memungkinkan, pemberian
obat obatan dan fixasi menjadi pilihan.

Autoanamnesis
Wawancara Psikiatrik
TUJUAN : mendapat diagnosis yang tepat
CARA :
- menunjukkan perhatian
- rasa hormat (respect)
- empati dan kompetensi (profesional)
Supaya terbina raport dan kepercayaan
sehingga pasien dapat berbicara jujur dan
intim / pribadi
- membina ketrampilan dan teknik wawancara agar
pasien dapat mendeskripsikan gejala yang ada.

SYARAT PENTING WAWANCARA


- Menjadi pendengar yang baik, flexibel, sabar
dalam mencari data / gejala. Tidak konfrontatif.
- Dapat mendeteksi tema yang tidak disadari
pasien.
- Mampu empati, dapat memahami kondisi pasien
sesuai dengan usia, jenis kelamin, perasaan,
cara berpikir, persepsi, taraf perkembangan dan
budaya.
- Kontak mata bagian dari bina raport.
4


TEHNIK
I . Obsesvasi dan Interview
a. Bina raport sedini mungkin untuk menenangkan pasien
b. Tanya keluhan utama , menilai DD/
c. Biarkan pasien berbicara bebas untuk menilai isi pikir dan
proses pikir
d. Tanyakan topik yang dirasakan sukar atau memalukan, misal :
ide bunuh diri, hal yang sexual.
e. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya
f. Bila pasien kurang kooperatif, mutistik, negativistik , bisa
alloanamnesa keluarga.
2. Penilaian (assesment)
3. Diagnosis

Hal yang perlu diperhatikan (Lanjutan)


II. Organik atau non organik
Organik:
- Riwayat penyakit biasanya akut, misal tiroid, gula
darah, tumor otak, radang selaput otak.
Non organik : tanyakan keluhan utamanya (perhatikan key
word dari ucapan pasien )
Misal : susah tidur, makan >>/ << , pemakaian obat
obatan, cemas, tidak berdaya.
III. Menilai Reality Testing Ability (RTA)
kemampuan membedakan realita a.l : waham,
halusinasi, depersonalisasi, asosiasi longgar, katatonik,
disorganisasi.
Insight / tilikan, kemampuan memahami diri sendiri
IV. Taraf kemampuan perawatan diri sendiri, untuk menilai
apakah pasien perlu dirawat inap atau tidak

Kasus-kasus emergensi:
I. AGITASI

Meningkatnya kegaduhan mental (marah, bermusuhan) dan


kegiatan motorik

Gambaran klinis :
Tanda tanda sindrom mental organik, seperti : delirium atau
demensia
Periksa vital sign (bila memungkinkan)
Gejala paranoid dan psikotik (waham, halusinasi, asosiasi longgar,
inkoheren, perilaku katatonik, disorganized)
RTA terganggu
Ada tindakan kekerasan sebelumnya
Ada pemakaian obat obatan (drugs)
Ada riwayat pemakaian medik (hipoksia, hypertiroid dll)
Tegakkan diagnosis : organik, psikologik atau keduanya
7

AGITASI (Lanjutan)
ANAMNESIS
Hindari sikap menghukum / menyalahkan
pasien.
Tenang, tidak menentang, tunjukkan bahwa
anda mau mendengar pasien secara empatik
mengenai keluhan 2 nya.
Tenangkan pasien: aman, rahasia dan ingin
membantu
Awasi setiap perubahan perilaku, emosi, cara
bicara.
Bila pasien mengancam, tidak kooperatif,
berbahaya. Medikasi dan fixasi menjadi pilihan.
8

AGITASI (Lanjutan)
TERAPI OBAT
Ada 2 pilihan :
a. Hipnotik sedatif (gol. BZD, diazepam)
b. AntiPsikotik (Olanzapine, Aripripazole, Haloperidol)
Bila TD rendah dan demam, hindari pemberian antipsikotik
Bila ada intoksikasi / abstinensi alkohol / stimulan / tidak psikotik /
hipnotik sedatif : BZD pilihannya.
Hindari pemberian antipsikotik bisa mencetuskan kejang
abstinensia dan efek samping EPS.
Bila pasien Psikotik, berikan AntiPsikotik (AP) :
Olanzapine 10 mg/x, i.m dapat diulang tiap 2 jam, dosis max 30
mg/hari.
Aripripazol 9,75 mg/x, i.m ( max 29,25 mg/hari ).
Haloperidol, 5 mg/x, i.m, dapat diulang tiap jam (max 20 mg/hari).
Diazepam 10mg/x, i.m, dosis max 30 mg/hari.

AGITASI (lanjutan)
Pemberian AP dan BZD dianjurkan dalam
bentuk oral atau intra muscular.
Pemberian i.v Hati-hati terjadi emboli atau
penggumpalan, KEADAAN INI TIDAK
BISA DIATASI.

10

II. ANSIETAS
Suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
keluhan somatik dan hiperaktifitas SSO.
Patologik bila melampaui batas normal terhadap
ancaman yang berlebihan.
Penilaian :
1. Gangguan motorik harus disingkirkan
2. riwayat penyakit dahulu (hypertiroid, aritmia jantung
3. Penggunaan medikasi : cemas
4. Makanan dan minuman yang merangsang SSO.
5. Peristiwa pencetus saat ini, ada riwayat kecemasan
yang lalu, seperti : insomnia, depresi, ggn. Panik,
psikotik, penyalahgunaan zat , sindroma hyperventilasi.
11

ANSIETAS (Lanjutan)
GAMBARAN KLINIS
Psikologik : rasa takut, sulit konsentrasi,
insomnia, siaga berlebihan / hipervigilance, rasa
tercekik, mual, libido menurun.
Tanda Fisik : gemetar, kejang, ketegangan
otot, hiperventilasi, mudah lelah, sering kaget,
SSO >> : wajah merah dan pucat, takikardi,
keringat >>, tangan dingin, mulut kering, sering
kencing, diare
12

ANSIETAS (Lanjutan)
JENIS GANGGUAN

Panic Disorder
General Anxiety Disorder (GAD)
Fobia (sosial, spesifik, klaustrofobia dll)
Obsesive Compulsive Disorder
PTSD
Mixed Anxiety Depression
Psikotic disorder
Drug Abuse
13

ANSIETAS (Lanjutan)
TERAPI

Sesuai dengan gangguannya (penyakit utama)


BZD diindikasikan untuk kecemasan, kecuali
pada penyalahgunaan zat
BZD digunakan untuk jangka pendek (max 3
bulan), bila untuk jangka panjang perlu
pengawasan dan psikoterapi karena sering
disalahgunakan
Antidepresan yang dapat berfungsi sebagai
anxiolitika
Jenis obat: Alprazolam, Lorazepam, Diazepam,
gol. TCA, SSRI, SNRI.

14

TEKNIK PEMBERIAN OBAT


SUNTIK
Tujuan:
- Membuat pasien tenang, dapat mengontrol tindakan agresif
dan destruktif.
- Dengan interval waktu yang singkat
Pemberian i.v efek lebih cepat daripada i.m
Pemberian i.m efek lebih cepat daripada oral
Pemberian obat i.m: pilihan yang AMAN
Obat-obat yang biasa digunakan: Diazepam (DZP) dan
Olanzapin, Aripripazol, Haloperidol (HLP)
HATI HATI PEMBERIAN OBAT SECARA I.V, kecuali dalam
keadaan terpaksa.
15

DOSIS
Pasien baru (belum pernah mendapat obat psikotropika)
DZP 5-10 mg, bila perlu HLP 5-10 mg i.m interval 15
30 menit.
Pasien Skizofrenia Akut: HLP 10 mg dengan DZP 10 mg
secara terpisah, i.m
Pasien Violent (diagnosis apa saja): Mulai dengan DZP
10 mg bila dalam 30 60 menit tidak ada respons,
ditambah HLP 5-10 atau CPZ 50 100 mg tiap 4 6
jam i.m
Pasien Manik Depresif: DZP 10 mg ditambah HLP 5
10 mg atau CPZ 50 mg i.m
Dosis HLP dalam sehari jangan lebih dari 30 mg atau CPZ
300 mg, dosis yang lebih tinggi tidak efektif.
Semua pemberian obat suntik di STOP bila efek klinis
tercapai atau timbul ES diganti dengan obat obat
16
secara oral.

PERHATIKAN KOMPLIKASI YANG


MUNGKIN:

Extra piramidal terutama Distonia Akut


Hipotensi Akut (jarang bila pasien berbaring)
Gangguan Pernafasan (sangat jarang)
Gangguan Cardiovaskuler (jarang), hati hati pemberian CPZ
(kontra indikasi), HLP aman.
Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS) sangat jarang, bila
terjadi observasi ketat suhu dan periksa CPK.
Kematian terjadi tiba tiba (sangat jarang) dalam 2-3 menit
setelah injeksi I.V. Pada banyak kasus, disebabkan karena
tiba-tiba toksik konsentrasi yang sangat tinggi dalam darah.
Pemberian DZP secara I.V melalui vena besar, posisi
terlentang, mengurangi efek hipotensi.
Dosis max I.V yaitu 5 mg per menit (perlahan), HATI HATI
TERJADI DEPRESI PERNAFASAN DAN HIPOKSIA
17

KOMPLIKASI (Lanjutan)
Hati hati pemberian DZP (i.m / i.v) pada
Lansia bisa terjadi Toksik Delirium.
Pemberian HLP dan DZP bersamaan
menimbulkan efek sinergis. Jangan
dicampur dan pemberian sendiri sendiri
di 2 tempat berbeda.

18

III. INTOKSIKASI DAN ABSTINENSIA


HIPNOTIK ATAU ANSIOLITIKA
Tanda tanda Intoksikasi : ngantuk,
menurunnya konsentrasi, disartria, inkoordinasi,
nistagmus, disinhibisi impuls sexual dan agresif,
labilitas emosi, gangguan daya ingat dan daya
perhatian (blackout)
Intoksikasi ringan relatif aman
Overdosis yang berlebihan + alkohol : letal
Obat mudah didapat, sering dipakai untuk
percobaan bunuh diri.
19

PEDOMAN WAWANCARA DAN TERAPI


Hipnotik atau Anxiolitika (Lanjutan)
Pengawasan ketat untuk mencegah bunuh
diri dan melukai orang lain.
Bangunkan pasien sesering mungkin
Alloanamnesa untuk jenis obat, jumlah
obat, psikopatologi yang timbul.
Perhatikan komplikasi medik : pneumonia,
aritmia / gagal jantung, depresi respiratorik
Bilas lambung dan pemberian norit
Monitor tanda tanda vital , t.u : jantung
20

Hipnotik atau Anxiolitika (Lanjutan ):


Overdosis barbiturat lebih berbahaya
daripada BZD
Pasien yang menggunakan BZD kronis
dan overdosis perlu di rawat di ICU
Pemberian BZD antagonis : FLUMAZENIL
ampul 0,5 mg / 5 cc i.v. menjadi pilihan

21

Intoksikasi Opioid
Tanda dan gejala :
-konstriksi pupil (dilatasi pupil krn OD
berat).
-Mengantuk.
-Bicara cadel.
-Hendaya perhatian atau daya ingat.
Komplikasi: cidera fisik,hematemesis,
aspirasi, konvulsi, delirium, koma.
22

Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap.
Urinalisis
CT scan brain / Rontgen foto kepala.
EEG
Tes HIV bila ada faktor risiko, didahului dg
konseling.

23

Tatalaksana (inx.opioid)
Pemberian Naloxone 0,8 mg i.v, tunggu 15
menit. Tidak berrespons berikan Naloxone
1,6 mg i.v tunggu 15 menit. Tidak
berrespons berikan Naloxone 3,2 mg i.v,
curigai penyebab lain.
Jika
berrespons berikan 0,4 mg / jam.i.v.
Pantau tanda-tanda vital.
Bila ada penyulit, atasi sesuai kondisi klinis
Bila intoxikasi berat -- ICU.
24

Intoksikasi Amfetamin / zat yang


menyerupainya

Tanda dan gejala :


Takikardi / bradikardi
Dilatasi pupil
Banyak keringat / kedinginan
Agitasi / retardasi psikomotor
Mual- muntah
Kelelahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada dan
aritmia jantung.
Kejang-kejang /kaku,diskinesia, distonia atau koma.
Gejala diatas bukan karena gangguan fisik atau mental
lainnya.
25

Terapi (intx.amfetamin)
Pemeriksaan tanda vital, perhatikan ABC
Bila digunakan secara oral, merangsang untuk
muntah atau lakukan bilas lambung.
Antipsikotik: haloperidol 2-5 mg /x atau CPZ 1
mg/kg bb oral, setiap 4-6 jam.
Antihipertensi (TD > 140/100mmHg)
Bila ada gejala anxietas berikan diazepam
3x5mg, kejang diazepam 10-30mg i.v.
Bila Aritmia cordis, pasang cardiac monitoring ,
palpitasi berikan propanolol 20-80 mg/hari.
Observasi di IGD 1x24 jam.
26

Abstinensia / Gejala Putus Zat


Anxiolitika
Tanda Klinis : insomnia hebat, cemas dan mudah
tersinggung, tremor kasar (tangan, lidah dan kelopak
mata), lemah, lesu, hiperaktifitas saraf otonom
(takikardia, berkeringat), mual muntah, hipotensi
ortostatik, kejang grandmal
Pasien putus zat biasanya agitatif dan tidak nyaman.
Pemeriksa perlu empati dan pasien diminta untuk
bekerjasama
Tanyakan jenis obat, diagnosis, frekuensi pemakaian.
Tunjukkan bahwa akan diberikan terapi yang efektif dan
tepat.
Terapi obat : tidak ada yang terindikasi, substitusi.
27

Kasus 1
R, 58 thn, wanita, anak dan cucu (+).
K Utama: low intake, berdiam diri, malas,
halusinasi dengar+, riwayat DM.
Tampak kurus, kecil, pandangan kosong.
Satu bulan sebelum dirawat,gluc drh >>
350.Makan sedikit, mengurung diri.
Di rawat, Kel.menolak pasang NGT,infus+
28

Kasus 2

MIq, 25 thn, laki-laki, single,kerja(-).


Datang diantar ayah dan paman.
Tidak kooperatif , gelisah.
K Utama: galak, marah, sulit tidur 1 mgg,
hal.dengar+.Minum Alprazolam tab >>>.
Pasien galak, ngajak berkelahi, pandangan
curiga, mudah terdistraksi, sensitif.
Tata laksana ?
29

Kasus 3
DI,30 thn, wanita, menikah, hamil 12 mgg
G1A0P0.
K Utama: marah, curiga>>>suami berselingkuh, bicara banyak terus menerus.
Hal.dengar+. Sulit tidur.
Obat di stop oleh Dr.nya selama 1 bulan
karena hamil.
Keluarga tidak sanggup menghadapi ps yang
terus berbicara.
Tata laksana ?
30

31

Você também pode gostar