Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pembimbing :
Dr. dr. Ardik Lahdimawan, Sp.BS
DEFINISI
Neoplasma pada sistem saraf pusat
(SSP), dimana jenis sel dominan
berasal dari astrosit.
Sel astrosit proliferasi secara
berlebihan.
Sel astrosit atau sel glia merupakan
sel terbanyak yang menyusun
jaringan otak.
EPIDEMI
OLOGI
Tumor
yang
banyak
terjadi
pada
dekade
pertama
kehidupan,
puncaknya antara usia 59 tahun.
Insidens astrositoma difus
tbanyak
pada
usia
dewasa muda (30- 40
tahun) sebanyak 25%.
Jeni
s
kela
min
50%
astrositoma :
12.120 kasus
baru
glioblastoma
Laki-laki :
wanita sebesar
1,18 : 1.
Jeni
s
Ting
kat
kem
atian
GBM, WHO
derajat IV
paling sering
menyebabkan
kematian (<12
bulan)
ETIOLOGI
Paparan okupasional & karsinogen lingkungan.
Pekerjaan risiko tinggi : dokter, petugas pemadam kebakaran, & petani.
Bahan-bahan : penggunaan produk plastik dan karet, vinil klorida
angiosarkoma glioblastoma, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH),
insektisida non-arsenikal.
ETIOLOGI
Diet.
Asupan tinggi daging yg diawetkan, ham yg dimasak, daging
babi yg diproses & daging yg goreng, mengandung nitrit
kadar tinggi risiko glioma.
Merokok.
Kasus glioma 1,8 x berisiko pada merokok tanpa filter
dari usia, gender, & etnis yang dicocokkan berbasis
populasi kontrol (95% CI 0,9-3,4).
ETIOLOGI
Radiasi ion.
Insiden tumor otak pada anak-anak iradiasi (6/52, 12,8%)
lebih tinggi dibandingkan pasien tidak menerima
radioterapi (0/101; P = 0,0008).
Medan elektromagnetik.
Bukti yang tersedia tidak cukup untuk membuktikkan
kausal hubungan antara medan elektromagnetik dengan
kejadian tumor otak. (95% CI 0,9-3,4).
ETIOLOGI
Cedera kepala.
Penelitian epidemiologi
: asosiasi non-signifikan, tidak konsisten
kejadian cedera kepala traumatis (dewasa & perinatal / gabungan
perinatal) dan trauma kepala pada orang dewasa.
Telepon selular.
Temuan positif hanya penelitian di Swedia (649 pasien dewasa tumor
otak ganas) thdp paparan ipsilateral (sisi yang sama) frekuensi radio,
penggunaan ponsel analog memberikan OR sebesar 1,85 (95% CI 1,162,96) untuk semua tumor otak ganas. Untuk astrositoma, risiko ini
sebesar 1,95 (1,12-3,39).9
ETIOLOGI
Riwayat keluarga.
Risiko keluarga terjadi sekitar 5%
kasus glioma, & 1% mungkin
diwariskan autosomal dominan.
Hemminki et al. : 2,1% pasien tumor otak memiliki orang tua dgn tumor
sistem saraf.
Polimorfisme genetik.
GSTT1-nol & CYP2D6 dimetabolisme buruk mjd faktor risiko astrositoma
(OR = 2,67; P = 0,0005 & OR = 4.17; P = 0,0043, masing-masing
kelompok) & meningioma (OR = 4,52; P = 0,0001 & OR = 4,90; P =
0,0132, masing-masing kelompok).
Astrositoma pilositik /
jinak (grade I).
Tumor non-infiltrasi
Membentuk kista
5 - 6% semua
astrositoma
Pada anak-anak &
dewasa muda < 20 tahun
Lokasi : saraf optik,
chiasma optik dekat
hipotalamus, thalamus,
ganglia basalis, hemisfer
serebral, & cerebellum
Astrositoma grade
tinggi / glioblastoma
multiformis (gr. IV)
Astrositoma
anaplastik / maglinan
(gr. III)
Design WHO
Grade WHO
Grade Kemohan
Grade St.
Anne/Mayo
Kriteria St.
Anne/Mayo
Astrositoma
pilositik
Dieksklusikan
Astrositoma
II
I, II
1, 2
Biasanya atipikal
nuklear
Astrositoma
anaplastik
(maglinan)
III
II, III
Biasanya atipikal
nuklear dan
mitosis
Glioblastoma
IV
III, IV
Biasanya dengan
dan/atau nekrosis
ONKOGE
NESIS
Hiperaktif
gen-gen
stimulator
Inaktivasi
gen-gen
inhibitor.
Pada astrositoma
terjadi amplifikasi
berlebihan dari
EGFR
Pada astrositoma
terjadi inaktivasi
p53 & p16Ink4a
yang berperan
sebagai tumor
supressor gene
Mekanisme
terjadinya
astrositoma
hingga saat ini
belum diketahui
pasti
ONKOGE
NESIS
Salah satu karakteristik
onkogenesis astrositoma
adalah perubahan
epigenetik status
metilasi. Proses metilasi
DNA yang terprogram
memainkan peranan yang
penting dalam
pemeliharaan ekspresi
gen normal dan stabilitas
genom.
ONKOGE
NESIS
Pada astrositoma, perubahan
genom akibat kehilangan 5methylcytosine
peningkatan lokal status
metilasi DNA inaktivasi
tumor supresor gene seperti
TP53 yang mengkode faktor
transkripsi yang terlibat
dalam beberapa mekanisme
selular termasuk growth
arrest, perbaikan DNA dan
induksi apoptosis.
ONKOGE
NESIS
Gen yang berperan utama
dalam metilasi DNA adalah
gen MGMT. Gen MGMT : gen
yang terletak pada
kromosom 10q26 &
mengekspresikan protein
MGMT. Terdiri dari 5 ekson
yang dipisahkan intron yang
panjangnya 300 kb. Gen
MGMT ini adalah gen yang
paling sering diinvestigasi
pada astrositoma.
ONKOGE
NESIS
Nakasu, et al. : berkurang
ekspresi MGMT berhubungan
dengan terjadi progresivitas
astrositoma difusa.
Pike et al. : metilasi MGMT
yang terjadi pada limfoma
sel-B difusa & proses
metilasi spesifik pada area
Cysteine-phosphat-Guanine
(CpG) memainkan peranan
penting pada pertumbuhan
tumor.
Disfungsi batang
otak : sindrom
unkus / sindrom
kompresi
diensefalon ke
lateral
Sindrom kompresi
sentral rostrokaudal
terhadap batang
otak
Herniasi serebelum
di foramen
magnum.
Gangguan kesadaran
GAMBARAN KLINIK
Sakit kepala
Muntah
Kejang fokal
Gang. Mental
Perasaan
abnormal di
kepala
Tanda-tanda
fisik
Simpton fokal
GAMBARAN KLINIK
Papil edema
Ukuran kepala dengan
terenggangnya sutura
pada anak-anak
Hipertensi intrakranial
bradikardia & tekanan
darah meningkat secara
progresif
Pernapasan jenis
Cheyne-strokes
Ensefalomalasia
CT
Scan
Astrositoma Menyebabkan
Sebagian Besar Jaringan
Sekitarnya Edema.
(A)CT Scan Non Kontras
Menunjukkan Sebagian
Besar Area yang
Mengalami Kepadatan
Rendah Akibat dari Tumor
dan Edema (Panah).
(B)CT Scan Kontras
Menunjukkan Peningkatan
Tumor (Panah) Dikelilingi
oleh Daerah Gelap atau
Low-Density Edema.
MRI
Astrositoma. Astrositoma
Grade II Pada Pria Usia 30
Tahun. Tanpa Peningkatan
Bobot-T2 Pada MRI
Menunjukkan Area yang
Berbatas Tegas dengan
Peningkatan Sinyal
Intensitas Pada Lobus
Temporal Kiri.
Nuklir
(A) Gambar Pada Pasien
Setelah Reseksi
Frontoparietal, Densitas
Tinggi Pada Lobus Kiri.
PET : Peningkatan
Aktivitas di Wilayah
Lobus Frontoparietal.
(B) Foto Pada Pasien Lain
Sedang Dievaluasi utuk
Kekambuhan Pada
Astrositoma Grade
Tinggi. Tidak Ada
Aktivitas Normal.
PATOLOGI ANATOMI
PATOLOGI ANATOMI
Grade
I
Sering mikrositik bundel
paralel fibrillar (piloid atau
hairlike) proses yang positif
bagi GFAP.
Serat Rosenthal : eosinophilic,
tidak teratur, shattered
appearing agregasi pada proses
glial, & eosinofilik intraseluler /
ekstraseluler berupa butiran
protein (badan granular
eosinofilik)
Grade
II
Sel tumor membaur dgn jar. parenkim
normal dan adanya margin yg
berbeda.
Korteks hiperseluler mengandung
infiltrasi, kecil, hiperkromatik, sel glial
tunggal, yang menunjukkan inti
pleomorfik dan jarang ada angka
mitosis.
PATOLOGI ANATOMI
Grade
III
Sel pleomorfik, cellularity lebih
besar, dan aktivitas mitosis
sederhana.
Proliferasi mikrovaskuler atau
nekrosis coagulative (-)
Grade
IV
Sel nyata pleomorfik, mitosis,
palisading nekrosis, dan proliferasi
vaskular glomeruloid (proliferasi
endotel dalam lumen pembuluh
darah).
Lesi sangat agresif.
DIAGNOSIS
DIFERENSI
AL
TATALAKSANA
Intervensi Bedah
Reseksi tumor umumnya direkomendasikan untuk seluruh jenis kanker otak
yang operabel
Biopsi stereotaktik dikerjakan pada lesi letak dalam.
Intervensi Bedah
RADIOTERA
PI
Teknik radioterapi yang
dipakai adalah 3D
conformal radiotherapy,
namun teknik lain dapat
juga digunakan untuk
pasien tertentu seperti
stereotactic
radiosurgery /
radiotherapy, dan IMRT.
RADIOTERA
PI
Teknik radioterapi yang
dipakai adalah 3D
conformal radiotherapy,
namun teknik lain dapat
juga digunakan untuk
pasien tertentu seperti
stereotactic
radiosurgery /
radiotherapy, dan IMRT.
KEMOTERA
PI
SISTEMIK
Sedang berkembang
penelitian mengenai
kegunaan temozolomid
dan nimotuzumab pada
glioblastoma.
KEMOTERA
PI
INTRATEKA
L
. Pemberian kemoterapi
intratekal merupakan
salah satu upaya untuk
memberikan agen
antikanker langsung pada
susunan saraf pusat.
Kemoterapi intratekal
Salah satu tatalaksana
leptomeningeal
metastasis pada
keganasan darah, seperti
leukemia dan limfoma.
Tindakan ini dilakukan
melalui prosedur lumbal
pungsi atau menggunakan
Omaya reservoir.
Tatalaksana Nyeri
Tatalaksana Kejang
PROGNOS
IS
Operasi dan radio konvensional
ajuvan kemoterapi dan memiliki
efek minimal terhadap mengubah
prognosis buruk, yang tetap pada
kisaran rata-rata hanya 9-12
bulan.
Karakteristik patologis heterogen
menimbulkan hambatan utama
untuk manajemen yang efektif dari
glioma.
TERIMA KASIH