Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABNORMAL
DEFINISI
Perdarahan uterus abnormal
meliputi semua kelainan haid baik
dalam jumlah maupun lamanya.
Manifestasi klinisnya dapat berupa
perdarahan banyak, sedikit, siklus
haid memanjang, atau tidak
beraturan.1
TERMINOLOGI
EPIDEMIOLOGI
semua usia
10-30% : usia reproduktif
50% : perimenopause
jarang terjadi pada wanita
usia prepubertas dan
menopause.2
FAKTOR RESIKO
Usia
Status Reproduksi2
ETIOLOGI
Penyebab PUA berdasarkan klasifikasi FIGO dibagi
berdasarkan penyebab kelainan struktural pada uterus
(kelainan yang dapat dinilai melalui pencitraan atau
pemeriksaan histopatologi) dan kelainan nonstruktural. 4
Klasifikasi
PUA (FIGO)
PALM
COEIN
Polip
Adenomiosis
Coagulopath
y
Ovulatory
dysfunction
Leiomioma
Malignancy
and
Hyperplasia
Endometrial
Iatrogenik
Not yet
classified
Polyp (AUB-P)
Polip
Gejala
Diagno
sis
USG
Histeroskopi
Adenomyosis (AUB-A)
Adenomio
sis
Gejala
Diagnositi
k
USG
Histopatologi
MRI
Leiomyoma (AUB-L)
Leiomioma
Neoplasma jinak otot polos yang berasal dari myometrium
Gejala
Perdarahan
Penekanan terhadap organ sekitar uterus atau terdapan
benjolan pada dinding abdomen
Nyeri tekan
Diagnosis
USG
Pertumbuhan
hiperplastik
atau
pertumbuhan
ganas dari
lapisan
endometrium
Gejala
Perdarahan
post
menopause
Perdarahan
ireguler saat
sebelum
menopause
Diagno
sis
Histopatologi
Coagulopathy (AUB-C)
Terminologi koagulopati digunakan
untuk kelainan hemostasis sistemik
yang terkait dengan PUA.
Tiga belas persen perempuan dengan
perdarahan menstruasi banyak
memiliki kelainan hemostasis sistemik,
dan yang paling sering ditemukan
adalah penyakit von willebrand.5
Endometrial (AUB-E)
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada
siklus menstruasi yang teratur. Penyebab
perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan
hemostasis lokal endometrium.
kekurangan produksi vasoconstriktor lokal
seperti endotelin-1 dan prostaglandin F2,
dan/atau percepatan lisisnya endometrium dlot
karena
produksi
berlebihan
aktivator
plasminogen, dikarenakan peningkatan produksi
lokal zat yang menyebabkan vasodilatasi,
seperti prostaglandin E2 dan prostasiklin (I2).
Iatrogenic (AUB-I)
berhubungan
dengan
penggunaan
estrogen,
progestin,
atau
AKDR.
Penggunaan obat atau alat medis dapat
langsung mempengaruhi endometrium,
mengganggu mekanisme hemostasis lokal
endometrium,
atau
mempengaruhi
ovulasi.
Perdarahan endometrium di luar jadwal
yang terjadi akibat penggunaan estrogen
atau progrestin dimasukkan dalam istilah
perdarahan
sela
atau
breakthrough
bleeding (BTB).
KLASIFIKASI
AKUT
perdarahan menstruasi yang banyak sehingga perlu dilakukan
penanganan lebih cepat untuk mencegah kehilangan darah.
Kronis
perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi
ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang cepat
PATOFISIOLOGI
GEJALA
Pola
Perdarah
an
Postcoital
Bleeding
Disebabkan oleh
pengaruh prostaglandin
pada menorhagia dan
dismenorhea, yang
menimbulkan nyeri
seperti kram (painful
cramping). 2
Pelvic
Pain
DIAGNOSIS
Anamnesis
menentukan penyebab dari PUA
menetukan pilihan terapi
membedakan perdarahan anovulatory atau ovulatory.
Ovulatory AUB biasanya regular, serta berhubungan
dengan premenstrual syndrome dan dysmenorhea.
Anovulatory AUB biasanya terjadi pada sesaat sebelum
menarche dan perimenopause. Perdarahan biasanya
iregular, berat, dan memanjang, berhubungan hiperplasia
endometrium dan kanker. 7
Sumber perdarahan lain seperti saluran pencernaan dan
urinasi harus diekslusi.
Wanita pada usia reproduksi harus dicurigai hamil. 8
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboraturium
Hematologi rutin
Beta-HCG
paltelete count, prothrombin time, dan
partial thromboplastin time
Tes fungsi Liver
Tes fungsi tiroid
FSH, LH, testosterone,
dyhydroepiandrosterone-sulfate levels,
dan 17-hydroxyprogesterone
Pencitraan
Ultrasound
a.Transvaginal sonography
Menilai keabnormalan anatomis pada
uterus dan endometrium, serta kondisi
patologi pada miometrium, serviks, tuba
, dan ovarium
MRI
Untuk menentukan lokasi pasti fibroid untuk rencana
operasi dam terapi embolisasi untuk fibroid. Bisa juga
menilai endometrium saat TVS dan tidak bisa dilakukan
( dikarenakan ada kelainan anomali).
Histeroskopi
Keuntungan histeroskopi adalah untuk mendeteksi lesi
intracavity seperti leiomyoma atau polip yang mungkin
saja tidak terlihat oleh TVS atau endometrial sampling
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya tujuan
penatalaksanaan PUA ialah:
1. Perbaikan keadaan umum
2. Penghentian perdarahan
3. Mengembalikan keseimbangan
fungsi hormon reproduksi
Medika Mentosa
Hormonal
1. Combined Hormonal Contraceptive
. CHCs terdiri dari kontrasepsi pil oral, patch
kontrasepsi, dan vaginal ring
. Komponen progesterone akan mensupresi ovulasi
dan inhibisi steroidogenesis ovarium untuk
membuat endometrium menjadi athrofi, sementara
estrogen akan menyokong endometrium untuk
mengurangi kemungkinan perdarahan.7,9
Hormonal
2. Estrogen
Estrogen dapat diberikan secara IV atau oral,
namun sediaan IV jarang terdapat di
Indonesia. Untuk estrogen oral dapat diberikan
estrogen 1,25 mg atau 17 beta estradiol 2mg
setiap 6 jam selama 24 jam, kemudian setelah
perdarahan berhenti diberikan pil kombinasi. 9
Hormonal
3. Progestin
keuntungan oral progestin adalah melindungi endometriumdari
efek estrogen yang tidak terlawan. Diberikan selama 14 hari
kemudian berhenti selama 14 hari dan diulang selama 3 bulan,
sediaan progestin:
- Medroksi Progesteron Asetat (MPA); 2x10 mg
- Noretisteron Asetat : 2x5 mg
- Didrogesteron : 2x10 mg
- Normegestrol asetat : 2x5 mg
Progestin injeksi seperti depot medroksiprogesteron asetat, sering
diguanakan untuk menangani perdarahan menstruasi yang hebat.
DMPA mensupresi ovulasi dan steroidogenesis ovarium,
menurunkan stimulasi endometrium yang dipengaruhi oleh
estrogen dan menyebabkan atofi endometrium. 2,9
Hormonal
4. Danazol
Danazol menginduksi atrofi endometrium dengan menginhibisi
steroidogenesis ovariummelalui supresi pituitary-ovarian axis.
Diberikan 100-400 mg/hari.2
5. Gonadotropin Releasing Hormone Agonist
GnRH agonist menginduksi kondisi hipogonadal yang reversible.
Atrofi endometrium dan amenorrhea biasanya akan tercapai pada
wanita premenopaus dalam 3-4 minggu. 2
Non-hormonal
1. NSAID
mendukung vasokontriksi uterine.
2,9
2. Antifibrolitik
Asam
tranexamat
merupakan
agen
antifibrinolitik (atau plasminogen activator
inhibitor) yang secara reversible mengikat
plasminogen untuk menurunkan degradasi
tanpa mengubah parameter koagulasi darah
Pembedahan
1. Dilatasi dan Kuretase
Jarang
digunakan
untuk
pengobatan
jangka
panjang,
karena efeknya hanya sementara.2
2.
Endometrial
Destructive
Procedures
menghancurkan atau memotong
endometrium.
Pembedahan
3. Histerektomi
Menghilangkan
uterus
merupakan
treatment yang paling efektif untuk
perdarahan. Kekurangan histerektomi
adalah komplikasi intraoperative dan
postoperative lebih sering dan parah,
selain itu waktu operasi, perawatan, dan
biaya yang harus dikeluarkan lebih
banyak. 2
Terapi Spesifik
KOMPLIKASI
Iron deficiency anemia
Endometrial adenocarcinoma.
infertilitasberhubungan
dengan anovulasi kronis
PROGNOSIS
Respon terhadap terapi sangat
individual dan tidak mudah diprediksi.
Keberhasilan dari terapi tergantung pada
kondisi fisik pasien dan usia Beberapa
wanita, khususnya usia remaja biasanya
angka keberhasilan penanganan dengan
hormon cukup besar (terutama dengan oral
kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan praktis klinis obstetric dan ginekologi. Dep/SMF Obstetri dan Ginekologi FK
Unpad RSHS. Bandung. 2015
2. Cunningham, F. Gary, et all. 2008. Williams Gynecology. New York: Mc Graw Hill Medical.
3. Callahan MD MPP, Tamara L. 2013. Blueprints Obstetrics & Gynecology, Boston: Blackwell
Publishing.page; 234-237
4. M.G. Munro et al. / International Journal of Gynecology and Obstetrics 113 (2011) 313
5. L. Whitaker, H.O.D. Critchley / Best Practice & Research Clinical Obstetrics and
Gynaecology 34 (2016) 54-65
6. American Society for Reproductive Medicine. 2012. Abnormal uterine Bleeding : Guide for
patients. Brimingham.
7. Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada .2013. Abnormal Uterine Bleeding
in Pre-menopausal Women.Canada. Journal of obstetricians and gynecologist of Canada
Volume 35, Number 5.
8. Fortner KB, et al. John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics. Edisi III. Lippicot
William and Wilkins. USA. 2007. Hal 417-424.
9. Rifki Muhamad, dkk. Profil Perdarahan Uterus Abnormal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode 1 Januari 2013 31 Desember 2014. Jurnal e-clinic ,volume 4, nomor 1.
10.Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 1999.