Você está na página 1de 58

MENINGITIS

Definisi:
Infeksiselaput otak (meningen) oleh kuman
(mikroorganisme).
Penyebab:
Bakteri: streptokokus pneumonia, neisseria
meningitidis, haemophilus influenza, TBC, e. coli,
enterobakter.
Virus: echovirus, mumpuirus, coxsacievirus, herpes

simplex.
Parasit: malaria, toxoplasma.

Cacing: cysticercosis.
Jamur: candida, aspergilus.
MENINGITIS
Cara Penyebaran:
Sistemik: melalui nasofaring.
Fokal / perkontinuitatum.

Langsung: trauma, operasi.

Gejala Klinik:
Meningitis bakterial.
Meningitis tuberkulosa.
MENINGITIS
Gejala Klinik: Meningitis bakterial.
Neonatus dan bayi.
Panas (50%), letargi, sulit menyusu, irritable, muntah +
diare, apnoe, kejang, ubun-ubun besar >>.
Anak dan dewasa.
Panas,sakit kepala, fotofobia, kaku kuduk, letragi,stupor,
konfus, koma, kejang, defisit neurologi fokal, mual +
muntah.
Orang tua.
Panas, sakit kepala, kaku duduk, konfus / koma, kejang.
MENINGITIS
Gejala Klinik: Meningitis tuberkulosa.
Prodromal.
Anoreksia,penurunan BB, batuk, berkeringat malam hari,
sakit kepala, meningismus, gangguan kesadaran.
Tanda klinis.
Adenopati
servical, suara paru di apex, panas badan,
kaku duduk, defisit neurologi fokal, tuberkulin test (+).
MENINGITIS
Diagnosa:
Fotobaru, pungsi lumbal (pemeriksaan cairan
otak), laboratorium darah, tuberkulin test, CT
scan kepala + kontras, biakan kuman.

Terapi:
Antibiotika kuman.
Bila kejang anti konvuisi.
Perawatan penderita (bila panas dikompres,
hindari luka dekubitus, miring kanan-kiri,
kandung kencing, realimentasi / gizi cukup,
corneal injury).
Kelumpuhan fisioterapi.
MENINGITIS BAKTERIAL
Definisi/etiologi
Disebut juga meningitis piogenik akut atau
meningitis purulenta, adalh suatu infeksi
cairan likuor serebrospinalis dengan proses
peradangan yang melibatkan piamater,
arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan
dapat meluas ke permukaan otak dan
medulla spinalis
Etiologi: Streptococcus pneumoniae,
Neisseria meningitidis, H. influenzae,
Staphylococci, Listeria monocytogenes,
basil gram negatif.
Kriteria diagnosis:
Anamnesa: gejala timbul dalam 24 jam
setelah onset, dapat juga subakut antara 1-7
hari: menggigil, sakit kepala, fotofobia,
mialgia, mual, muntah, kejang, perubahan
status mental sampai penurunan kesadaran.
Pemeriksaan fisik:
Tanda rangsang meningeal
Papil edema biasanya tampak stlh beberapa jam
onset
Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf
kranialis
Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis,
otitis media, mastoiditis, pneumonia, infeksi
saluran kemih, arthritis (N.meningitidis)
7
Pemeriksaan penunjang
Lab
Pungsi lumbal
Pemeriksaan likuor
Pemeriksaan kultur likuor dan darah
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah (gula darah,
fungsi ginjal, fungsi hati) dan elektrolit
darah
Radiologis
R polos paru
CT-scan kepala

8
Hasil pemeriksaan lab:
Pungsi lumbal: mutlak dilakukan bila tidak ada
kontraindikasi. Pemeriksaan likuor: tekanan meningkat
> 180 mmH2O, pleiositosis > 1000/mm3 dapat sampai
10.000/mm3 terutama PMN. Protein meningkat > 150
mg/dL, dapat > 1000 mg/dL, glukosa menurun < 40 %
dari GDS. Dapat ditemukan mikroorganisme dgn
pengecatan gram
Darah rutin: leukositosis, LED meningkat

Pemeriksaan penunjang lain


Bila hasil analisis likuor serebrospinalis mendukung,

tetapi pada pengecatan gram negatif maka untuk


menentukan bakteri penyebab dapat dipertimbangkan
pemeriksaan antigen bakteri spesifik seperti C-RP
atau PCR (polymerase chain reaction)
9
Diagnosis banding
Meningitis virus
Perdarahan subarachnoid
Meningitis khemikal
Meningitis TB
Meningitis leptospira
Meningoensefalitis fungal

Tatalaksana
Perawatan umum
Kausal: lama pemberian 10-14 hari
Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui,
maka terapi antibiotik empiris sesuai dengan
kelompok umur harus segera dimulai

10
Terapi tambahan: dianjurkan hanya pada
penderita resiko tinggi, penderita dengan
status mental sangat mengganggi, edema
otak atai TIK meninggi yaitu dengan
deksamethason 0,15mg/kgBB/6 jam iv
selama 4 hari dan diberikan 20 menit
sebelum pemberian antibiotik
Penanganan peningkatan TIK:

Meninggikan letak kepala 30 o dari tempat

tidur
Cairan hiperosmoler: manitol atau gliseerol

Hiperventilasi untuk mempertahankan

pCO2 antara 27-30 mmHg


11
Penyulit
Gangguan serebrovaskuler
Edema otak
Hidrosefalus
Perdarahan otak
Shock septik
ARDS
DIC
Efusi subdural
SIADH

Konsultasi
Dengan bagian lain sesuai dengan sumber
infeksi
12
Prognosis
Bervariasi dari sembuh sempurna,

sembuh dengan cacat, meninggal

13
MENINGITIS
TUBERKULOSA
Definisi/etiologi
Adalah reaksi peradangan yang
mengenai selaput otak yang disebabkan
oleh kuman tuberkulosa
Kriteria diagnosis
Anamnesa: didahulu oleh gejala prodromal
berupa nyeri kepala, anoreksia,
mual/muntah, demam subfebris, disertai
dengan perubahan tingkah laku dan
penurunan kesadaran, onset subakut,
riwayat penderita TB atau adanya fokus
infeksi sangat mendukung. 14
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda rangsangan meningeal berupa
kaku kuduk dan tanda laseque dan kernig
Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab: pemeriksaan LCS (bila tidak
ada tanda-tanda peningkatan TIK),
pemeriksaan darah rutin, kimia, dan elektrolit
Pemeriksaan sputum BTA (+)

Pemeriksaan radiologis
Foto polos paru
CT-scan kepala atau MRI dobuat sebelum
dilakukan pungsi lumbal bila dijumpai
peningkatan TIK

15
Pemeriskaan penunjang lain:
IgG anti TB (untuk mendapatkan antigen bakteri
diperiksa counter-electrophoresis,
radioimmunoassay atau teknik ELISA)
PCR

Pada pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan LCS
Pelikel (+) / Cobweb appearance (+)
Pleiositosis 50-500/mm3 , dominan sel
mononuklear, protein meningkat 100-200mg%,
glukosa mennurun <50-60% dari GDS, kadar
laktat, kadar asam amino, bakteriologis Ziehl-
Nielsen (+), kultur BTA (+).
Pemeriksaan lain seperti misalnya IgG anti-TB
atau PCR
16
Diagnosis banding
Meningoencephalitis viral
Meningitis bakterial yang
pengobatannya tidak sempurna
Meningitis oleh karena jamur/parasit
(Cry[ptococcus neoformans /
Toxoplasma gondii), sarkoidosis
meningitidis
T4ekanan selaput yang difus oleh
karena sel ganas, termasuk
karsinoma, limfoma, leukemia, glioma,
melanoma, dan meduloblastoma
17
Tatalaksana
Umum
Terapi kausal: kombinasi Obat Anti TB
INH
Pyrazinamid
Rifampisin
Ethambutol

Kortikosteroid
Penyulit:
Hidrosefalus
Kelumpuhan saraf kranial
Iskemi dan infark pada otak dan mielum
Epilepsi
SIADH
Retardasi menta;l
Atrofi nrvus optikus

18
Konsultasi
Bedah saraf

Prognosis
Menigntis TB sembuh lambat dan umumnya
meninggalkan sequele neurologis
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh
dengan cacat, meninggal

19
MENINGITIS
KRIPTOKOKUS/JAMUR
Kriteria diagnosis
Adalah meningitis yang disebabkan

oleh jamur kriptokokus


Diagnsosis pasti: pemeriksaan sediaan

langsung dan kultur dari LCS


Predisposisi: gangguan imunitas nerat

(AIDS, resipien transplantasi jaringan,


atau sedang dalam terapi keganasan)

20
Pemeriksaan penunjang
Pungsi lumbal: profil LCS menyerupai MTB,
pencegatan Tinta India / gram terhadap LCS
Pemeriskaan serologis
Kultur Saburaud

Diagnosis banding
Meningitis serosa sebab lain

Tatalaksana
Terapi kausal: amfoterisin B dan 5-
Florositosin IV (2 minggu) dilanjutkan
Flukonazol 200 mg/hari
Terapi simptomatik/suportif: disesuaikan
keadaan pasien
21
Penyulit
Herniasi

Konsultasi
Atas indikasi ke bag. Ilmu Penyakit
Dalam & bag. Bedah saraf
Prognosis
buruk

22
Ensefalitis viral
Definisi/etiologi
Suatu penyakit demam akut dengan
kerusakan jaringan parenkhim sistem
saraf pusat yang menimbulkan kejang,
kesadaran menurun, atau tanda-tanda
neurologis fokal.
Etiologi:
Virus DNA
Poxviridae: poxvirus
Herpetov iridae: herpes simpleks, varicella
zooster, virus sitomegalik
23
Virus RNA:
Paramiksoviridae: virus parotitis, virus morbili
Picornaviridae: enteroviridae, virus poliomielitis, echovirus
Togaviridae: virus ensefalitis alfa, flavivirus ensefalitis
jepang B, virus demam kuning, virus rubi
Bunyaviridae: virus ensefalitis california
Arenaviridae: khoriomeningitis limfositaria
Retroviridae: virus HIV

Kriteria diagnosis
Bentuk asimtomatik:
Gejalaringan, kadang ada nyeri kepala ringan
atau demam tanpa diketahui penyebabnya.
Diplopia, vertigop, parestesi berlangsung
sepintas. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebrospinal
Bentuk abortif
Nyerikepaka, demam yang tidak tinggi, kaku
kuduk ringan. Umumnya terdapat infeksi saluran
nafas atas atau gastrointestinal 24
Bentuk fulminan
Berlangusng beberapa jam sampai beberapa hari
yang berakhir dengan kematian. Pada stadium akut
demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat, apatis,
kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah, dan dalam
waktu yang sangat singkat masuk ke dalam koma
dalam. Kematian biasanya terjadi dalam 2-4 hari
akibat kelainan bulbar atau jantung
Bentuk khas ensefalitis
Gejala awal nyeri kepaka ringan, demam, gejala
infeksi saluran nafas atas atau gastroinstestinal
selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda kernig
positif, gelisah, lemah, dan sukar tidur. Defisit
neurologis yang timbul tergantung tempat
kerusakan. Selanjutnya kesadaran menurun sampai
koma, kejang fokal atau umum, hemiparesis,
gangguan koordinasi, kelainan kepribadian,
disorientasi, gangguan bicara, dan gangguan mental
25
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab:
Pungsi lumbal (bila tidak kontraindikasi)
LCS jernih dan ttekanannya dapat normal atau
meningkat
Fase dini dapat dijumpai peningkatan sel PMN diikuti
pleiositosis limfositik, umumnya kurang dari 1000/L
Glukosa dan klorida normal
Protein normal atau sedikiit meningkat (80-200 mg/dL)

Pemeriksaan darah
Lekosit:normal atau lekopenia atau leukositosis ringan
Amilase serum sering meningkat pada parotitis
Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan
mononukleosis infeksiosa
Pemeriksaan antigen-antibodi spesifik untuk HSV,
sitomegalovirus, dan HIV

26
Pemeriksaan radiologis
Foto toraks
CT-scan
MRI

Pemeriksaan penunjang lain


Bila tersedia failitas, virus dapat
dikembangbiakkan dari cairan serebrospinal, tinja,
urin, apusan nasofaring, atau darah
Diagnosis banding
Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa
Meningitis TB, meningitis karena jamur
Abses otak
Lues serebrospinal
Intoksikasi timah hitam
Infiltrasi neoplasma

27
Terapi
Perawatan umum
Anti edema serebri: deksamethason
dan manitol 20%
Atasi kejang: diazepam 10-20 mg iv
perlahan-lahan dapat diulang sampai
3 kali dengan dengan interval 15-30
menit. Bilas masih kejang berikan
fenitoin 100-200mg / 12 jam/ hari
dilarutkan dalam NaCl dengan
kecepatan maksimal 50 mg.menit
Terapi kausal: untuk HSV: acyclovir

28
Penyulit
Defisit neurologis sebagai gejala sisa
Hidrosefalus
Gangguan mental
Epilepsi
SIADH

Prognosis
Beratnya sequele tergantung virus penyebab

29
POLIOMIELITIS

Definisi
Penyakitakut yang sangat menular denga berat
yang sangat bervariasi, disebabkan oleh virus polio
POLIOMIELITIS
Patologi dan penyebab
Virus polio merupakan virus enterik ,dibagi menjadi tipe 1, 2,
dan 3
Imunitas silang dari tipe ke tipe amat sedikit
Infeksi ditularkan melalui kontak antar manusia
Virus masuk ke dalam tubuh melalui saluran makanan
Penyebaran ke kelenjar regional dan viremia menyebabkan
timbulnya gejala demam ringan dengan manifestasi yang tidak
khas; bila virus gagal menembus susunan saraf pusat dan
dinetralkan oleh antibodi, infeksi menjadi abortif dan tidak
terdapat gejala sisa
Bila virus masuk ke susunan saraf pusat, faktor penjamu (host)
akan mempengaruhi tingkat kerusakan. Faktor-faktor tersebut
antara lain usia, aktifitas fisik yang berlebihan selama
prodromal dan kehamilan; suntikan lokal yang didapat selam 6
minggu sebelumnya meningkatkan resiko terkenanya
ekstremitas yang disuntik
Pada kasus paralitik, substansi kelabu medula spinalis
membengkak dan kemerahan, terutama bagian kornu anterior.
POLIOMIELITIS
Gejala dan tanda
Penyakit dibagi menjadi mielitis abortif, yang tanpa SSP lebih jauh;
poliomielitis nonparalitik, SSP terkena tanpa paralisis; poliomielitis
paralitik dan poliomielitis bulbar dengan paralisis saraf otak yang
mengenai pergerakan muka, menelan , dan laring
Fase pertama penyakit yang ringan ditandai oleh malaise, demam
ringan, sakit otot, pilek, anoreksia, mual, dan diare
Interval bebas gejala selama beberapa hari di antara penyakit minor
dan mayor seringkali terdapat
Bila invasi SSP terjadi, derajat penyakit mayor bervariasi dan
nonparalitik hingga paralitik yang fulminan dan proses ensefalitik
Kaku kuduk merupakan tanda terkenanya SSP pada bentuk paralitik
Paralitik
Kelemahan satu atau lebih kelompok otot, lesi asimetrik dan tersebar,
tipe paralisis yang flaksid
Dapat mengenai saraf bulbar, spinal, dan otonom (hanya saraf
motorik), yang mungkin menyebabkan atoni usus dan vesika urinaria,
paralisis otot pernapasan, hipotensi atau hipertensi akibat gangguan
otonomik
POLIOMIELITIS
Diagnosis banding
Nonparalitik
Meningitis viral atau bakterial, menifingismus disertai penyakit
infeksi lain: tonsilitis, serum sickness, dan lain-lain
Paralitik
Sindrom Lendry-Guillain-Barre, infeksi enterovirus paralitik lain,
neuritis perifer, ensefalitis, paralisis periodik, tumor atau trauma
medula spinalis

Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan cairan serebrospinal, yang akan ditandai oleh pleositosis
(lekosit dari 5-10 sampai 3000/ml); mula-mula lekosit polimorfonuklear
lebih banyak, kemudian lebih banyak limfosit.Protein mula-mula
bervariasi dari 3-100 mg/100 dl atau lebih tinggi. Glukosa dan
elektrolit normal.
Pemeriksaan virologik
POLIOMIELITIS
Pencegahan
Vaksin virus polio yang dilemahkan diberikan peroral
Vaksinasi pada bayi, mulai pada usia 1-2 bulan dengan booster
diberikan kemudian pada masa anak-anak
Vaksin virus polio yang dijadikan inaktif
Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik
Istirahat baring sangat penting dan mungkin mengurangi resiko
terjadinya paralisis
Analgesik dan terapi supportif lain
Bila terjadi komplikasi, bantuan respirasi dan cairan intravena
mungkin diperlukan
POLIOMIELITIS
Prognosis
Kebanyakan penderita terserang bentuk abortif atau nonparalitik dan
sembuh sempurna
Hanya sedikt saja yang menderita bentuk paralitik 50% diantaranya
sembuh sempurna dalam waktu 4-6 minggu; 25% mendapat
disabilitas ringan dan 25% menderita kerusakan berat yang menetap
Angka mortalitas pada anak-anak 1-4 %; bentuk bulbar dan dewasa
mempunyai mortalitas lebih tinggi
TETANUS
Definisi
Penyakitsistem saraf yang perlangsungannya akut
dengan karakteristik spasme tonik persisten dan
eksaserbasi singkat.
Kriteria Diagnosis:
Hipertoni dan spasme otot.
Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri,
opistotonus, dinding perut tegang, anggota gerak spastik.
Lain-lain: kesukaran menelan, asfiksia dan asnosis, nyeris
pada otot-otot disekitar luka
Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
Umumnya ada luka/riwayat luka.
Retensi urine dan hiperpireksia
Tetanus lokal
TETANUS
Pemeriksaan Penunjang
Bilamemungkinkan, periksa bakteriologik untuk
menemukan C. tetani.
EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung.
Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-
paru.
Diagnosis Banding
Kejang karena hipokalsemia
Reaksi distonia
Rabies
Meningitis
Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula
Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
Epilepsi/kejang tonik klonik umum
TETANUS
Tatalaksana
IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1 / 6 jam
Kausal
Antitoksin tetanus
Serum antitetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000
IU/hari/i.m. selama 3-5 hari. TES KULIT SEBELUMNYA. ATAU
Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M.
tergantung beratnya penyakit. Diberikan SINGLE DOSE
Antibiotik :
Metronidazole 500 mg/8 jam drips i.v.
Ampisilin dengan dosis 1 gr/8 jam i.v. (TES KULIT SEBELUMNYA).
Bilaalergi terhadap Penisilin dapat diberikan:
Eritromisin 500 mg/6 jam/ oral. ATAU
Tetrasiklin 500 mg/6 jam/ oral.
Penanganan luka :
Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2.
TETANUS
Simtomatis dan Supportif
Diazepam
Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan diazepam dengan dosis 10 mg 1.v. perlahan 2-3
menit. Dapat diulangi bila diperlukan. Dosis maintenance : 10 ampul = 100 mg/500 ml cairan
infus (10-12 mg/KgBB/hari) diberikan secara drips (syringe pump). Untuk mencegah terjadinya
kristalisasi, cairan dikocok setiap 30 menit.
Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1 ampul / IV perlahan selama 3-5 menit, dapat diulangi stiap
15 menit sampai maksimal 3 kali. Bila tak teratasi segera rawat di ICU.
Bila penderita telah bebas kejang selama 48 jam maka dosis diazepam diturunkan secara bertahap
10% setiap 1-3 hari (tergantung keadaan). Segera setelah intake peroral memungkinkan maka
diazepam diberikan peroral dengan frekuensi pemberian setiap 3 jam.
Oksigen, diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distres pernapasan, sianosis.
Nutrisi
Diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring, atau cair. Bila perlu, diberikan melalui pipa
nasogastrik.
Menghindari tindakan/ perbuatan yang bersifat merangsang, termasuk rangsangan suara dan
cahaya yang intensitasnya bersifat intermitten.

Diagnosis Banding
Kejang karena hipokalsemia
Reaksi distonia
Rabies
Meningitis
Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula
Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
Epilepsi/kejang tonik klonik umum
TETANUS
Mempertahankan/ membebaskan jalan nafas: pengisapan lendir
oro/nasofaring secara berkala.
Posisi/letak penderita diubah0ubah secara periodik.
Pemasangan kateter bila terjadi retensi urin.
Penyulit
Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan napas
Pneumonia aspirasi
Kardiomiopati
Fraktur kompresi
Konsultasi
Dokter Gigi
Dokter Ahli Bedah
Dokter Ahli Kebidanan dan Kandungan
Dokter Ahli THT
Dokter Ahli Anestesi
TETANUS
Prognosis/ luaran
Angka kematian tinggi bila:
Usia tua
Masa inkubasi singkat
Onset periode yang singkat
Demam tinggi
Spasme yang tidak cepat diatasi
Sebelum KRS : Tetanus Toksoid (TT1) 0,5 ml IM.

TT2 dan TT3 : diberikan masing-masing dengan


interval waktu 4-6 minggu.
TRAUMA KEPALA
Macam Cidera (Trauma): Posisi Kepala
Akselerasi.
Datangnya trauma dalam percepatan linear /
angular isi rongga kranial rusak oleh karena
kontak mendadak tulang menonjol atau
membrane dural lesi kounterkoup (-).
Deselerasi.
Bilakepala yang bergerak membentur benda
yang fixed dan solid lesi kounterkoup (+).
Rotasi dan Shearing.
Hiperflexi, hiperrextensi, lateral flexi / menoleh.
TRAUMA KEPALA
Bentuk Cidera pada Masa Serebral:
Kompresi.

Tarikan.

Shearing (pergeseran).
TRAUMA KEPALA
Pemeriksaan:
Bukti cidera:
Laserasi
kulit kepala.
Robekan jaringan fraktur?

Tanda fraktur basis kranii:


Rhinorrhoea.
Hematome Periorbital.
Otorrhoea.
Battlessign (perdarahan mastoid).
Resiko meningitis .

Derajat kesadaran:
GCS: eye opening, motor respons, motor verbal respons.
Penurunan kesadaran: tindakan segera.
TRAUMA KEPALA
Pemeriksaan:
Pemeriksaan pupil:
Isokor / anisokor.
Miosis / medriasis.

Kelumpuhan:
Anggota gerak (-) / (+).
Gerakan bola mata:
Dolls eye phenomena.
Vital sign:
Tensi, nadi, pernafasan.
TRAUMA KEPALA
Tipe Cidera:
Fraktur tulang kepala (linear dan depress).
Cidera kepala tertutup tanda fraktur tulang kerusakan massa otak.
Luka penetrasi pada tulang dan otak.
Cidra kraniospinal: mengenai otak dan medula spinalis cervikalis
bagian atas (C1 C2).
Patologi:
Komotio Otak (Concussion).
Cidera kepala ringan, defisit neurologi reversible secara total oleh karena
kehilangan fungsi otak sementara.
Kerusakan struktural (-).
Kontusio Otak.
Kerusakan jaringan otak, sehingga menimbulkan kerusakan permanen di
otak.
Penurunan kesadaran / defisit menurologi fokal.
TRAUMA MEDULLA
SPINALIS
Definisi
Cedera Medula Spinalis (CMS) atau cedera
spinal adalah cedera pada tulang belakang
yang menyebabkan penekanan pada medula
spinalis sehingga menimbulkan myelopati
dan merupakan keadaan darurat neurologi
yang memerlukan tindakan cepat, tepat, dan
cermat untuk mengurangi risisko kecacatan.
Prognosis penyembuhan tergantung pada 2
faktor ,yaitu:
Beratnya defisit neurologis yang timbul
Lamanya defisit neurologis sebelum
dilakukannya tindakan dekmpresi
47
Gejala dan tanda klinis
CMS mempunyai gambaran klinis yang

berbeda tergantung letak dan luas


lesi, secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 4 kelompok:

48
Sindroma Kausa utama Gejala & tanda klinis
Hemicord (Brown- Cedera tembus, kompresi Ggn sensori
Sequard syndrome) ekstrinsik kontralateral, parese
ipsilateral, ggn
proprioseptif ipsilat, rasa
raba normal
Sindrom, a spinalis Infark A.spinalis anterior Ggn sensorik bilateral,
anterior (T4-T6) watershed, proprioseptif normal,
iskemik akut, HNP parese UMN dibawah lesi,
parese UMN setinggi lesi,
disfungsi spinkter
Sindr. Spinalis sentral Syringomeyelia, Parese LMN pada lengan,
hypotensive spinsal cord parese tungkai, dan
ischemic, itrauma spinal spastisitas,. Nyeri hebat
dan hiperpati, ggn.
Sensorik pada lengan,
disfungsi spinkter urin
Sindr.spinalis posterior Trauma, infark a.spinalis Ggn. Proprioseptif
postrior bilateral, nyeri parestesi
pada leher, punggung
dam bokong, parese
ringan.
Pemeriksaan penunjang
Lab: darah lengkap, GDS, ureum, dan
kreatinin
Radiologi: foto vertebra posisi AP/Lat
dengan sentrasi sesuai dengan letak lesi
CT-scan atau MRI jiuka diperlukan tindakan
operasi
Neurofisiologi klinik: EMG, NCV, SSEP

Penatalaksanaan
Umum:

1. Bila ada fraktur atau dislokasi kolimna


vertebralis servikaslis, segera pasang kerah
fikassi leher, jangan gerakkan kepala atau leher

50
2. Jika ada fraktur kolumnas vertebralis torakalis,
angkut pasien dalam keadaan telungkup,
lakukan fiksasi torakal (dgn korset)
3. Fraktur daerah lumbal, fiksasi dgn korset lumbal
4. Kerusakan medulla spinalis dapat menyebabkan
tonus pembuluh darah menurun karena
paralisis fungsi sistem saraf ortosimpatik
dengan akibat menurunnya tekanan darah. Beri
infus, bisa mungkis plasm atau darah, dextran
40 atau expafusin. Sebaiknya jangan diberi
cairan isotonik seperti misalnya NaCl 0,9% atau
glukosa 5%. Bila perlu diberikan 0,2 mg
adrenalin s.k., boleh diulang dalam 1 jam
kemudian. Bila denyut nadi < 44 kali per menit
berikan sulfas atropin 0,25 mg iv.

51
5. Gangguan pernafasan, kalau perlu beri
bantuan dengan respirator atau cara lain. Jaga
jalan nafas tetap lapang.
6. Jika lesi diatas C-8, termoregulasi tidak ada,
mungkin terjadi hiperhidrosis, usahakan suhu
badan tetap normal
7. Jika ada ganggaun miksi, pasang kondom
kateter atau dower kateter dan jika ada
gangguan defekasio, berikan laksan
Medikamentosa
Berikan metil-prednisolon 30mg/kgBB, iv
perlahan-lahan selama 15 menit. 45 menit
kemudian per infus 5 mg/.kgBB selama 24
jam. Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid
dan peningkatansekunder asal arakhidonat

52
Bila terjadi spastisitas otot:
Diazepam 3x5-10mg/hari
Baklofen 3x5mg hingga 3x20 mg/hari

Bila ada rasa nyeri dapat diberikan:


Analgetik
Antidepresan: amitriptilin 3x10mg/hari
Antikonvulsan: neurontin 3x300mg/hari

Bila
terjadi hipertensi berat akibat gangguan saraf
otonom (T > 180/100 mmHg) pertimbangkan
pemberian obat antihipertensi
Operasi
Dilakukan bila:
Ada fraktur,pecahan tulang yang menekan medulla spinalis
Gambaran neurologis yang progresif memburuk
Fraktur, dislokasi yg labil
Terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menekan
medulla spinalis

53
Penyulit
Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit,
tidak dapat sembuh sempurna
Konsultasi
Bedah saraf / lainnya tergantung indikasi
Neuroemergensi
Neurorestorasi/neurorehabilitasi

54
TUMOR OTAK
Macam:
Primer:
6 orang/100.000 tahun.
Neuroepithelial astrositoma,
oligodendrogiloma, meduloblastorma.
Menignen meningioma.
Sel selubung saraf neurofibroma,
neurilemoma.
Pembuluh darah hemingioblastoma.

Sekunder (tumor metastase):


Penyebaran dari paru / mamae / prostat.
TUMOR OTAK
Lokasi:
Pada dewasa terbanyak terletak supratentorial.
Pada anak, infra tentorial.

Patologi:
Tumor intrakranial, bisa benigna atau
maligna.
Tumor benigna tumbuh lambat, soliter.

Tumor Maligna tumbuh cepat, deferensiasi jelek,

mitosis, nekrosis, jarang metastasis ke extra


kranial, infiltratif.
TUMOR OTAK
Etiologi:
Penyebab pasti belum diketahui.
Faktor predisposisi (radiasi kepala dan obat imunosuresi).

Gejala Klinik:
Timbul secara pelan-pelan (besar dan tingkat keganasan).
Sakit kepala, muntah, papilodema.
Penurunan kesadaran.
Pelebaran (dilatasi) pupil.
Epilepsi (fokal / umum).
Gangguan fungsi luhur (tergantung letak tumor)
supratentorial.
Sraf kranial III IX batang otak.
Dismetri, tremor, gangguan jalan serebelum.
TUMOR OTAK
Diagnosis:
Foto kepala.
CT scan kepala dan kontras.

MRI.

Angiografi.

Terapi:
Steroid.

Operasi.

Radioterapi.

Você também pode gostar

  • Parkinson IDI 2013
    Parkinson IDI 2013
    Documento45 páginas
    Parkinson IDI 2013
    Indra Pudlian
    Ainda não há avaliações
  • Dr. Erwin Astha T - PMTCT - Kemenkes 2012
    Dr. Erwin Astha T - PMTCT - Kemenkes 2012
    Documento42 páginas
    Dr. Erwin Astha T - PMTCT - Kemenkes 2012
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Kuliah Stroke I
    Kuliah Stroke I
    Documento43 páginas
    Kuliah Stroke I
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Penyakit Autoimun
    Penyakit Autoimun
    Documento30 páginas
    Penyakit Autoimun
    Ryo Jamun
    Ainda não há avaliações
  • Headache
    Headache
    Documento38 páginas
    Headache
    928cb
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus DR Ika 20-9-2014
    Laporan Kasus DR Ika 20-9-2014
    Documento22 páginas
    Laporan Kasus DR Ika 20-9-2014
    Fiddien Indera
    Ainda não há avaliações
  • Headache
    Headache
    Documento38 páginas
    Headache
    928cb
    Ainda não há avaliações
  • Seminar RM
    Seminar RM
    Documento28 páginas
    Seminar RM
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Radang
    Radang
    Documento58 páginas
    Radang
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Ardi Caem Perfect
    Ardi Caem Perfect
    Documento16 páginas
    Ardi Caem Perfect
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Retardasi Mental
    Retardasi Mental
    Documento13 páginas
    Retardasi Mental
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Glaukoma Akut, PP
    Glaukoma Akut, PP
    Documento23 páginas
    Glaukoma Akut, PP
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • NEURO LapSus Putra
    NEURO LapSus Putra
    Documento22 páginas
    NEURO LapSus Putra
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • ASIFIKSIA Ganteng
    ASIFIKSIA Ganteng
    Documento23 páginas
    ASIFIKSIA Ganteng
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Tonsilitis Akut & Kronis Word
    Tonsilitis Akut & Kronis Word
    Documento18 páginas
    Tonsilitis Akut & Kronis Word
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • GGN Autisme A
    GGN Autisme A
    Documento56 páginas
    GGN Autisme A
    rinjanieldha
    Ainda não há avaliações
  • Kuliah Saraf
    Kuliah Saraf
    Documento90 páginas
    Kuliah Saraf
    Adji Shinta Surya Kencana
    Ainda não há avaliações
  • Responsi 1 Ivanna
    Responsi 1 Ivanna
    Documento5 páginas
    Responsi 1 Ivanna
    Dhino Raya
    Ainda não há avaliações
  • Adhd 1
    Adhd 1
    Documento31 páginas
    Adhd 1
    mithaitalia8
    Ainda não há avaliações
  • Gangguan Ansietas Perpisahan
    Gangguan Ansietas Perpisahan
    Documento16 páginas
    Gangguan Ansietas Perpisahan
    Aeland Prilaksana Kalimantara
    Ainda não há avaliações
  • BBBBBB BBBBBB BBBBBB BB
    BBBBBB BBBBBB BBBBBB BB
    Documento26 páginas
    BBBBBB BBBBBB BBBBBB BB
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • The Colon Presentation
    The Colon Presentation
    Documento32 páginas
    The Colon Presentation
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Bandaging & Splinting
    Bandaging & Splinting
    Documento30 páginas
    Bandaging & Splinting
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Sistem Keluarga
    Sistem Keluarga
    Documento16 páginas
    Sistem Keluarga
    Aeland Prilaksana Kalimantara
    Ainda não há avaliações
  • Abses Peritonsil PPT Shinta
    Abses Peritonsil PPT Shinta
    Documento11 páginas
    Abses Peritonsil PPT Shinta
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Kul Respiro DR Erny
    Kul Respiro DR Erny
    Documento63 páginas
    Kul Respiro DR Erny
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • NEURO LapSus Putra
    NEURO LapSus Putra
    Documento22 páginas
    NEURO LapSus Putra
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Glaukoma Akut, PP
    Glaukoma Akut, PP
    Documento23 páginas
    Glaukoma Akut, PP
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações
  • Ikterus
    Ikterus
    Documento16 páginas
    Ikterus
    RahmaWati
    Ainda não há avaliações