Pembimbing: dr. Johan Bastian, Sp.OT KEPANITERAAN KLINIK MADYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG Pendahuluan Tuberkulosa (TB) adalah suatu penyakit menular yang dapat berakibat fatal dan dapat mengenai hampir semua bagian tubuh. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Spondilitis tuberculosis merupakan infeksi sekunder dari tuberculosis ditempat lain di tubuh, dapat terjadi pada level manapun dari tulang belakang Tulang belakang adalah tempat keterlibatan tulang yang paling sering, yaitu 5-15% dari seluruh pasien dengan tuberkulosis Definisi
Tuberculosis tulang belakang atau yang biasa
dikenal sebagai spondilitis tuberculosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh mikobakterium tuberkulosa Anatomi Terdiri dari : 7 ruas servical 12 ruas torakal 5 ruas lumbal 5 ruas sakral 4 kogsigeal Ada 2 bagian vertebra : Bagian depan : corpusvertebra, duktus intervertebra Bagian belakang : facet joint, spinal cord Cont .. Vaskularisasi Arteria vertebralis dan arteria servikalis ascendens di leher Arteria interkostalis posterior di daerah thorakal Arteria subkostalis dan arteria lumbalis di abdomen Arteria iliolumbalis dan arteria sakralis lateralis Pleksus venosivertebralis profundus Pleksus venosi vertebralis superficialis Vena basivertebralis Etiologi
Merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis
ditempat lain. Lokalisasi yang paling sering terjadi yaitu pada daerah vertebra torakal bawah dan daerah lumbal. (T8 L3) kemudian daerah torakal atas, servikal dan daerah sakral Patofisiologi
Kuman terhirup mencapai alveolus
mekanisme imunologis nonspesifik makrofag menfagosit kuman TB ada yang hancur, ada yg blm bereplikasi dalam makrofag makrofag lisis TB membentuk koloni di tempat tersebut (jaringan paru) Ada 4 perjalanan infeksi : Fase primer Basil terbawa kekelenjar limfoid hilus timbul limfadenitis primer (ada granuloma sel epiteloid & nekrosis perkijuan) komplek primer Fase miliar Kompluk primer menyebar secara hematogen infeksi seluruh paru & organ lain dapat terjadi kematian atau sembuh atau laten atau dorman Fase laten Dari fase dorman daya tahan tubuh turun reaktivasi Fase reaktivasi Menyebar ke extrapulmonal Jalur penyebaran ke vertebra : Jalur utama Secara sistemik arteri segmental interkostal atau arteri segmental lumbal masuk kedalam korpus vertebra arteri ini berakhir sebagai end artery perluasan infeksi korpus vertebra. Jalur kedua Melalui pleksus batson (anyaman vena epidural dan peridural) masuk ke perivertebra Jalur tambahan Perkontinuitatum dari abses paravertebra menyebar sepanjang ligamentum longitudinal anterior & posterior ke korpus vertebra yang berdekatan. Cont .. Infeksi berawal dr sentral hiperemi dan eksudasi menyebabkan osteoporosis & pelunakan korpus terjadi kerusakan pada korteks epifisis, diskus intervertebralis & vertebra sekitarnya terjadi kifosis Eksudat menyebar ke depan (dibawah ligamentum longitudinale anterior) menembus ligamentum Di servikal eksudat terkumpul di blkg facia paravertebralis menyebar di blkg m.sternokledomastoideus eksudat menonjol ke dlm faring abses faringeal Cont ..
Abses vertebrathorakalis tetap tinggal
bentuk masa yang menonjol dan fusiform menekan medula spinalis paraplegi Abses lumbar menyebar mengikuti m.psoas muncul dibawah ligamentum inguinal menyebar ke iliaka mengikuti PD femoralis Derajat kerusakan paraplegi Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya. Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas penderita serta hipestesia/anastesia Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan miksi. Manifestasi Klinis BB turun 3 bln terakhir Suhu sedikit meningkat terutama malam hari Sakit pada punggung Batuk > 30 hari Badan lemah Nafsu makan berkurang Benjolan ditulang belakang & nyeri Kifosis Gibbus (punggung yang membungkuk dan membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta dapat berkembang secara progresif) Paraplegi Gangguan menelan Gangguan pergerakan Pemeriksaan Penunjang Laboratorium DL : LED > 100 mm/jam, lekosit meningkat Mantoux tes : injeksi PPD 5 TU (0,1 ml) intrakutan Kultur : diambil dr sputum 3x SPS (sewaktu pagi sewaktu) + koloni warna putih kekuningan pada media kultur ICT TB ( tes immunokromatografi ) : menggunakan strip netroselulose Radiologik Sinar rongen : AP lateral CT scan MRI Diagnosis Penatalaksanaan Terapi konservatif Istirahat ditempat tidur OAT : (fase intensif 2 bln, fase lanjutan 4 bulan) Obat utama (lini 1) INH, Rifampicin, Pirazinamide, Streptomicin, Etambutol
Obat tambahan (lini 2)
Kanamisin, akamisin, kuinolon, dan yang belum ada Indonesia antara lain : kapreomisin, sikloserin, PAS, Thioamides MDR (Multi Drug Resistance) yaitu resistensi ganda menunjukan M.tuberculosisresisten terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya Dibagi menjadi : Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan TB Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasiennya sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak Resistensisekunder ialah apabila pasien telah punya riwayat pengobatan sebelumnya Klasifikasi OAT untuk MDR
Obat dengan aktiviti bakterisid: aminoglikosid,
tionamid dan pirazinamid yang bekerja pada pH asam Obat dengan aktiviti bakterisid rendah: fluorokuinolon (moksifloksasin, levofloksasin, ofloksasin dan siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1 Obat dengan akiviti bakteriostatik, etambutol, cycloserin dan PAS Terapi Operatif Indikasi Jika terapi konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, secara klinis dan radiologis memburuk. Deformitas bertambah, terjadi destruksi korpus multipel. Terjadinya kompresi pada medula spinalis dengan atau tidak dengan defisit neurologik, terdapat abses paravertebral Lesi terletak torakolumbal, torakal tengah dan bawah pada penderita anak. Lesi pada daerah ini akan menimbulkan deformitas berat pada anak dan tidak dapat ditanggulangi hanya dengan OAT. Radiologis menunjukkan adanya sekuester, kavitasi dan kaseonekrotik dalam jumlah banyak. Prognosis
Terapi dan kepatuhan pasien terhadap terapi
juga mempengaruhi hasil pengobatan pada penyakit ini. Untuk spondilitis dengan gejala paraplegi awal, prognosis untuk kesembuhan sarafnya lebih baik, sedangkan spondilitis dengan paraplegia akhir prognosisnya biasanya kurang baik Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kiposis
berat Paraplegia pada ekstremitas inferior yang dikenal dengan istilah Potts paraplegia Terimakasih