Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
IDENTITAS
Keluhan Utama
Demam
3
3 HSMRS 1 HSMRS
Pasien demam
Berak cair sebanyak 4x, tidak berlendir, warna coklat
kehijauan
Pasien batuk, gelisah (rewel)
kencing seperti biasa, napsu makan berkurang dan
minum masih mau
HMRS
31 tahun 32 tahun
10
4/5/17
atas indikasi bayi sungsang. Umur kehamilan 40
minggu, dengan berat 2500 gram dengan
panjang badan 50 cm. Pada saat bayi lahir bayi
menangis, terdapat penyakit jantung bawaan
4/5/17
pertama, warna kulit kemerahan, tidak
kuning dan tidak kebiruan.
12
Kesan : Riwayat pasca lahir baik
Riwayat imunisasi
Ibu pasien tidak membawa KMS.
Pasien mendapatkan vaksin lengkap
berdasar aturan kemenkes.
4/5/17
Menoleh ke arah 5 bulan 3,5 7 bulan
suara
4/5/17
Daag daag dengan tangan 7 bulan 7 14 bulan
Membantu dirumah 15 bulan 12,5 17,5 bulan
18
Keadaan Umum
Kedaan Umum : Pasien tampak gelisah (rewel)
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
Nadi : 120x/ menit
Respiratory Rate : 36 x/ menit
Suhu : 37,5 C
Nyeri :5
21
Pemeriksaan fisik
- BB : 10,0 kg
- TB : 85,0cm
- BB // U : berada diatas -2SD (sesuai)
- PB// U : berada diatas -2SD (sesuai)
- BB//PB : berada di -2 SD (sesuai)
22
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kulit
warna : sawo matang
Turgor kulit : < 2 detik (baik)
Kelembapan : lembab
Edema (-)
27
Pulmo
Inspeksi
Simetris, gerak dada kanan kiri sama.
Palpasi
Simetris kanan kiri, tidak ada ketinggalan gerak pulmo.
Perkusi
Sonor
Auskultasi
Suara dasar Vesikuler (+) Normal
Inspeksi
Ictus cordis tak tampak
Palpasi
Ictus cordis tidak kuat angkat
Auskultasi
Bising Jantung pansistolik (+)
Perkusi
timpani
Perkusi timpani 30
Kesan : Pemeriksaan abdomen normal
Ekstermitas
Akral Hangat
Perfusi jaringan baik
33
Kesan : pemeriksaan khusus didapatkan sinosis pada bibir.
Pemeriksaan Darah Rutin
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL
Leukosit 7.50 103/ul 4.5 12.50
Eritrosit 8.44 jt/ul 3.8 5.20
Hemoglobin 21.7 g/dl 11.7 15.5
Hematokrit 67.0 % 35.0 47.0
Trombosit 135 103/ul 217 - 497
Netrofil 31.5 % 50 - 70
Limfosit 58.7 % 25 - 40
Monosit 9.8 % 28
MCV 79.4 fl 74.0 102.0
MCH 25.7 pg 22.0 34.0
MCHC 32.3 g/dl 28.0 32.0
MPV 9.7 fl 9.0 13.0
34
HASIL CEK ULANG TROMBOSIT DAN HEMATOKRIT
Hematokrit 65.1 % 35.0 47.0
Trombosit 110 103/ul 217 497
UJI SEROLOGI
IgG NEGATIF
IgM POSITIF
HASIL ECOCARDIOGRAFI
DORV
PDA
AP
VSD
ASD
RINGKASAN DATA DASAR
Anamnesis :
Demam
Batuk
Berak cair sebanyak 4x
Nafsu makan menurun
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak gelisah ,
composmentis
Jantung : bising jantung sistolik
Mulut : bibir sianosis
Ekstremitas : ujung jari sianosis
RINGKASAN DATA DASAR
Pemeriksaan penunjang :
Darah
Hemoglobin naik
Hematokrit naik
eritrositosis
trombositopenia
Netrositosis
Limfositosis
Monositosis
Assesment
1. Demam dengue
dd :
DHF
ISK
Campak
2. Diare akut tanpa dehidrasi
Dd:
Disentri
39
Terapi
Kalori : 10 x 102 =
1020kkal kebutuhan energi : Susu formula 3
Protein : 10x 1.23= kali/hari + nasi porsi makan besar3
12.3g kali/hari + sayur + buah rute oral
Cairan : 10x 115=
1.150ml
TERAPI
- Minum banyak 1,5 2L/hari
- Dosis rumatan infus RL = 10kg = 1000ml =10 tpm mikro
- Antipiretik Paracetamol 10-15mg/kgBB
10 x 10 = 100mg( sediaan tab 500mg, 5ml=120mg) = 4ml / kali.
- Zink 1x20mg
41
Rencana pengelolaan
Monitor ku dan tanda vital.
Monitor gejala klinis dan lab.
Monitor efek samping pengobatan.
42
Follow Up
02-03-2017
S : batuk, napsu makan berkurang, minum mau, berak cair 1
tanpa lendir
O : KU : baik, Compos mentis
S : 36,9C
N: 110x
RR : 36x/m
4/5/17
jantung : bising jantung pansistolik
Mulut : sianosis pada bibir
Ekstremitas : sianosis pada ujung jari
A : DF, Diare akut tanpa dehidrasi teratasi
P : - Minum banyak 1,5 2L/hari
- Dosis rumatan infus RL = 10kg = 1000ml =10 tpm mikro
- Antipiretik Paracetamol 10-15mg/kgBB
10 x 10 = 100mg( sediaan tab 500mg, 5ml=120mg) = 4ml / kali.
- Zink 1x20mg
43
03-03-2017
S : batuk, napsu makan masih berkurang, minum mau
O : KU : baik, Compos mentis
S : 36,6C
N: 120x
RR : 34x/m
jantung : bising jantung pansistolik
Mulut : sianosis pada bibir
Ekstremitas : sianosis pada ujung jari
A : DF, Diare akut tanpa dehidrasi teratasi
P : - Minum banyak 1,5 2L/hari
- Dosis rumatan infus RL = 10kg = 1000ml =10 tpm mikro
- Antipiretik Paracetamol 10-15mg/kgBB
10 x 10 = 100mg( sediaan tab 500mg, 5ml=120mg) = 4ml /
kali.
- Zink 1x20mg
TERIMAKASIH
Tinjauan pustaka
Infeksi Dengue
Demam dengue
Antipiretik (parasetamol)
disertai:
KECENDERUNGAN BERDARAH
&
TANDA KEBOCORAN PLASMA
Demam Berdarah Dengue
Empat gejala klinis
demam tinggi
manifestasi perdarahan (-)/(+)
hepatomegali
kegagalan sirkulasi
Trombositopenia (<100.000)
Terdapat tanda perembesan plasma
hemokonsentrasi (peningkatan Ht)
penurunan kadar albumin
cairan di rongga pleura, abdomen
Tendensi terjadi syok hipovolemik
Kriteria diagnosis DBD, WHO, 1997
Klinis
demam mendadak Berat penyakit :
tinggI 2 - 7 hari Derajat I : demam
perdarahan ( termasuk dengan uji bendung
uji bendung + ) seperti +
petekie, epistaksis dll Derajat II : Der I
hepatomegali ditambah
syok: nadi kecil & cepat perdarahan spontan
dengan tekanan nadi < Derajat III : nadi
20, atau hipotensi
disertai gelisah dan cepat dan lemah, TN
akral dingin < 20, hipotensi,
akral dingin
Laboratorik
trombositopenia Derajat IV : syok
(<100.000) berat, nadi tak
hemokonsentrasi teraba, TD tak
terukur
(kadar Ht lebih 20%
dari normal )
Kriteria diagnosis WHO 1997
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Leukosit
awalnya menurun /normal,
pada fase akhir limfositosis relatif
(LPB>15%),
pada fase syok akan meningkat
trombositopenia dan hemokonsentrasi
kelainan pembekuan sesuai derajat penyakit
protein plasma menurun
hiponatremia pada kasus berat
serum alanin-aminotransferase meningkat
Pemeriksaan laboratorium penunjang
+ - Infeksi primer
+ + Infeksi sekunder
- +
Tersangka infeksi sekunder
Tersangka
DBD
Tidak ada
Ada kedaruratan
kedaruratan
Uji TORNIQUET
Tanda syok (+) (-)
Muntah terus menerus
Kejang Trombosit <100.000
Kesadaran menurun
Muntah darah
Berak hitam Trombosit >100.000 RAWAT JALAN
RAWAT INAP
Minum banyak 1,5 2 liter/hari Parasetamol, kontrol tiap har
Parasetamol, kontrol harian Sampai demam hilang
Dan cek Hb,Ht, trombosit
Nilai tanda klinis, cek JT,
ORANG TUA Ht bila demam menetap
Bila ada tanda syok dan Lab : lebih dari 3 hari
Hb/Ht naik Trombosit menurun
BAWA KE RS
Demam 2-7 hari, uji Torniquet (+)
Atau perdarahan spontan
Ht tdk meningkat, trombositopeni
DBD
DBD II // II
II
tanpa
tanpa kenaikan
kenaikan Ht
Ht
Penderita
Penderita bisa
bisa minum?
minum?
YA TIDAK
Perbaikan
Perbaikan klinis
klinis dan
dan laboratoris
laboratoris ->
->
PULANG
PULANG
RL/NaCl0,9 atau RLD5
DBD I-II dgn HT / NaCl0.9 +D5
Cairan
Cairan awal
awal 5-7
5-7 ml/kg/jam
ml/kg/jam
Tanda
Tanda vital
vital dan
dan Ht
Ht tiap
tiap 66 jam
jam
Perbaikan
Perbaikan Tak ada perbaikan, gelisah, sesak
Ht
Ht Nadi/TD
Nadi/TD stabil,
stabil, Diuresis
Diuresis cukup
cukup Ht Nadi TN <20, Diuresis kurang
3 ml/kg/jam
Perbaikan
Perbaikan Masuk protokol syok
Ht
Ht Nadi/TD
Nadi/TD stabil,
stabil, Diuresis
Diuresis cukup
cukup
IVFD
IVFD stop
stop 24
24 -- 48
48 jam
jam
Bila
Bila TV/Ht
TV/Ht stabil,
stabil,
diuresis
diuresis baik
baik
DBD III
Oksigenisasi
Oksigenisasi 1-2
1-2 L/menit
L/menit kat
kat nasal
nasal
Penggantian
Penggantian volume
volume plasma
plasma secepatnya
secepatnya
Cairan kristaloid dan atau koloid 10-20 ml/kg BB
Syok
Syok teratasi
teratasi Syok
Syok tidak
tidak teratasi
teratasi
Kesadaran membaik Kesadaran
Nadi kuat Kesadaran menurun
Nadi / FJ
TN>20 mm Nadi lembut
Tidak sesak/sianosis
Tekanan darah
Cap fill
TN<20 mm DBD IV
Ekstremitas hangat Sesak/sianosis
Ekstremitas
Diuresis cukup 1 cc/kg/jam Kulit lembab/dingin
Diuresis
lab: AGD, elektr, Cek gula darah
Cairan 10 cc/kg/jam
Lanjutkan Cairan 20 cc/kg/jam
Stabil
Stabil Tambah koloid/plasma
dalam Lht dosis maks unt koloid Syok
Syok belum
belum
dalam
24 teratasi
teratasi
24 jam
jam
Cairan 5 cc/kg/jam, Ht stabil dlm 2 kali peme
Riksaan, 3 cc/kg/jam Ht turun Ht naik/tdk
24- 48 jam stl syok teratasi, Ht stabil/TV, diuresis ada
INFUS STOP
Transfusi darah overload
koloid
PRC 10 ml/kg
Dugaan Terjadinya Perdarahan
Tanda klinik
Gelisah, kesakitan
Hipokondrium kanan nyeri tekan
Abdomen membuncit
Lingkaran perut bertambah (ukur tiap
hari)
Monitor
Hb, Ht (menurun atau meningkat)
Awasi pasca syok lama
Penurunan Hb, Ht saat penyembuhan
disebabkan hemodilusi, bukan
perdarahan
Prognosis DBD pada Anak
Keterlambatan datang berobat
Keterlambatan/ kesalahan diagnosis
Kurang mengenal tanda DBD yang tidak lazim
Kurang mengenal tanda kegawatan
Penyebab kematian pada deman berdarah dengue
Suchitra N.
Ensefalopati DBD
Ketepatan diagnosis
Ditandai
dengan
Bila ada syok, harus
diatasi dulu
kesadaran Pungsi lumbal setelah
menurun syok teratasi, hati-
dengan atau hati trombosit <
tanpa kejang, 50000/ul
baik pada DBD Transaminase,
dengan atau PT/PTT, gula darah,
analisa gas darah,
tanpa syok
elektrolit, amoniak
darah
Ruam penyembuhan
Kriteria pemulangan pasien DBD
DAP besar
Anamnesis
Gagal jantung kongestif
Gagal tumbuh
Takipnea
Pemeriksaan fisis
Takikardia dan dispnea terutama pada saat melakukan
aktivitas
Peningkatan aktivitas prekordium
Trill dapat teraba pada LSB atas
Pulsasi pembuluh darah perifer yang teraba keras
dengan tekanan nadi yang lebar akibat tekanan
sistolik dan tekanan diastolik
Auskultasi
Bising sistolik kresendo pada LSB atas
Diastolic rumble di daerah apeks, mungkin dapat terdengar
P2 mengeras bila terdapat hipertensi pulmonal
TERAPI
Tidak diperlukan pembatasan aktivitas jika tidak
terdapat hipertensi pulmonal.
Profilaksis untuk endokarditis infektif
Medis
Pada bayi kurang bulan dapat diberikan ibuprofen
sebelum usia 10 hari.
Bila terdapat tanda-tanda gagal jantung,
sebelum terapi ibuprofen dilakukan terapi
konservatif:
Restriksi cairan.
Pemberian diuretika.
Pemberian digitalis (masih kontroversial).
Defek Septum Atrium (DSA)
BATASAN
Defek pada septum yang memisahkan atrium
kiri dan kanan
Sebagian besar merupakan defek septum
atrium sekundum
Perjalanan alamiah
Defek menutup spontan terjadi pada 40%
kasus ASD sekundum pada 4 tahun pertama.
Defek mengecil
Asimtomatik, jarang timbul gagal jantung
pada masa bayi
Foto toraks
Atrium kanan menonjol, konus pulmonalis menonjol,
pembesaran jantung ringan, vaskularisasi paru sesuai
besarnya pirau.
Elektrokardiografi
RBBB: menunjukkan beban volume ventrikel kanan
Deviasi sumbu QRS ke kanan (right axis deviation): defek
septum atrium sekundum.
Blok AV derajat I (pemanjangan interval PR) terdapat
pada 10% defek sekundum.
Deviasi sumbu ke kiri (left axis deviation): defek primum
Terapi
Medis
Tidak diperlukan pembatasan latihan
Tidak diperlukan profilaksis tehadap
endokarditis infektif, kecuali bila terdapat
prolaps katup mitral.
Terapi gagal jantung bila terdapat gagal
jantung
Penutupan tanpa operasi atrial septal
ocluder (ASO)
Operasi
KOMPLIKASI
Gagal jantung jarang terjadi pada anak, biasanya
terjadi pada dewasa
Defek Septum Ventrikel (DSV)
BATASAN
Defek pada septum yang memisahkan ventrikel
kiri dan kanan
KLASIFIKASI
Berdasarkan fisiologinya DSV dapat
diklasifikasikan:
DSV kecil dengan resistensi vaskular paru
normal
DSV sedang dengan resistensi vaskular
paru bervariasi
DSV besar dengan peningkatan resistensi
vaskular paru dari ringan sampai sedang
DSV besar dengan resistensi vaskular paru
yang tinggi
Forum Ilmiah Kardiologi Anak Indonesia,
berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Soto
dkk:
DSV perimembran outlet, inlet, trabekular,
konfluens
DSV muskular posterior, trabekular, dan
infundibular
DSV subarterial (doubly commited
subarterial) yang disebut juga tipe Oriental.
Gambaran klinis sangat bervariasi, dari yang
ringan sampai gagal jantung berat disertai
dengan gagal tumbuh
1. DSV KECIL
Bila defek septum ventrikel sangat kecil, terutama defek
muskular, ditemukan bising sistolik dini pendek yang
mungkin didahului early systolic click.
Defek septum ventrikel kecil biasanya bunyi jantung
normal, tetapi dapat terdengar bising pansistolik yang
biasanya keras, disertai thrill, dengan pungtum
maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri dan
menjalar ke sepanjang garis sternum kiri, bahkan ke
seluruh prekordium .
Patofisiologi
Sebagian kecil darah dari ventrikel kiri ke arteri
pulmonalis
Pembesaran ruang jantung minimal
Bendungan paru minimal
Kriteria diagnosis
Anamnesis
Pertumbuhan dan perkembangan normal
Pemeriksaan fisis
Auskultasi
Bising pansistolik di tepi kiri sternum bawah
Kadang-kadang dapat terdengar bising sistolik dini
Bunyi jantung kedua normal
Intensitas P2 normal
Elektrokardiografi : Dalam batas normal
Foto toraks : Dalam batas normal
2. DSV SEDANG-BESAR
Patofisiologi
Aliran darah dari ventrikel kiri-kanan lebih banyak
daripada DSV kecil.
Ventrikel kanan tidak membesar karena darah dari
ventrikel kiri langsung dipompakan ke arteri
pulmonalis pada saat sistolik.
(perbedaan dengan DSA)
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Penurunan intolerasi latihan
Infeksi paru berulang
Gagal jantung
Pemeriksaan fisis
Auskultasi
Murmur holosistolik yang terdengar di tepi kiri bawah sternum
Mid diastolic rumble di apeks
Bunyi jantung kedua terbelah menyempit
Intensitas P2 sedikit mengeras
Kadang-kadang terdengar klik ejeksi
Elektrokardiografi
Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi atrium kiri
Foto toraks
Pembesaran jantung
Atrium kiri
Ventrikel kiri
Penonjolan arteri pulmonalis
Peningkatan corakan vaskular paru
Kriteria diagnosis
Anamnesis
Sianosis
Intoleransi latihan
Pemeriksaan fisis
Auskultasi
Bunyi Jantung kedua tunggal, P2 mengeras
Elektrokardiografi
Hanya pembesaran ventrikel kanan
Foto toraks
Pembesaran ventrikel kanan
Penonjolan a. pulmonalis
KOMPLIKASI DSV
Gagal jantung
Endokarditis
Gangguan fungsi katup
TERAPI
Jika terdapat gagal jantung terapi gagal
jantung
Jika gagal jantung tersebut tak teratasi
intervensi bedah
Bila tidak terdapat tanda gagal jantung
intervensi bedah dapat ditunda, selanjutnya
pada saat usia 58 tahun ditentukan
besarnya aliran pirau dengan penyadapan
jantung.
Jika terdapat tanda hipertensi pulmonal
berdasarkan pemeriksaan klinis, foto toraks,
dan ekokardiografi tanpa tanda penyakit
vaskular paru (PVP), penutupan dilakukan
PERJALANAN ALAMIAH DSV
Menutup spontan
Prolaps katup aorta
Aneurisma septum membranasea
Stenosis infundibulum
Hipertensi pulmonal
Penyakit vaskular paru
Pulmonal stenosis
BATASAN
Paling sering dari obstruksi anatomik outflow
ventrikal kanan
KRITERIA DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisis tergantung berat ringannya
stenosis
Pada stenosis ringan komponen pulmonal
bunyi jantung 2 normal
Pada stenosis berat terdengar wide splitting S
2
TERAPI
Valvotomi elektif
Stenosis aorta
BATASAN
Obstruksi ejeksi ventrikel kiri dengan terdapatnya
perbedaan tekanan sistolik antara ventrikel kiri
dan aorta.
Kriteria Diagnosis
Tekanan darah ekstremitas atas > bawah
Perabaan ekstremitas atas lebih panas dari
pada bawah
Pulsasi femoral, poplitea, tibialis posterior,
atau dorsalis teraba lemah sampai tak teraba.
TERAPI
Bila terdapat gagal jantung penanganan gagal
jantung
Operasi
Tetralogi Fallot (TF)
Batasan
Kelainan jantung kongenital yang
berupa adanya:
DSV besar
Obstrusi saluran keluar ventrikel kanan (stenosis
pulmonal) yang dapat berupa:
Stenosis infundibular (paling sering)
Stenosis valvular atau
Kombinasi dari keduanya
Overriding aorta
Hipertrofi ventrikel kanan
Hemodinamika
Tergantung dari:
stenosis pulmonalis
Arah dan besar pirau melalui DSV
Pada bentuk TF yang ekstrim
Atresia katup pulmonal
Pirau kanan-kiri yang berasal dari seluruh aliran darah
balik sistemik melalui DSV
Aliran darah ke paru terjadi melalui DAP
Klasifikasi
TF tipe asianotik
Terdapat pirau kiri-kanan yang ringan sampai
sedang
Tekanan sitolik ventrikel kanan sama dengan
ventrikel kiri dan aorta
Terdapat perbedaan tekanan arteri
pulmonalis dengan ventrikel kanan akibat
adanya stenosis ringan pada arteri
pulmonalis.
Akibat adanya stenosis a. pulmonalis maka
pirau dari ventrikel kiri ke kanan akan
sehingga ukuran jantung dan corakan
vaskular paru hanya sedikit
TF tipe sianotik
Stenosis a. pulmonalis berat
Pirau dari ventrikel kanan-ventrikel kiri
Penurunan aliran darah ke paru
Tekanan sistolik ventrikel kanan sama dengan di
ventrikel kiri dan aorta
KRITERIA DIAGNOSTIK
Anamnesis
Sianosis tampak pada saat atau beberapa saat
setelah lahir
Dispnea pada saat melakukan aktivitas
Squatting
Serangan sianosis
.Pemeriksaan fisis
TF tipe asianotik
Murmur yang terdengar berasal
Stenosis a. pulmonalis
Pirau pada DSV
Terdengar sepanjang tepi sternum kiri
TF tipe sianotik
Sianosis
Bervariasi derajatnya tergantung derajat stenosis a.
pulmonalis
Takipnea
Jari tabuh
Foto toraks
TF tipe sianotik
Ukuran jantung normal atau lebih kecil
Penurunan corakan vaskular paru
Pada TF dengan atresia pulmonal lapangan paru
tampak hitam
Segmen arteri pulmonalis konkaf dengan apeks
terangkat (gambaran jantung seperti boot-shaped
atau Coeur en sabot).
Pembesaran atrium kanan (25%)
Lengkung aorta kanan (25%)
Foto toraks
TF asianotik
Sulit dibedakan dengan defek septum ventrikel
kecil-sedang
Yang membedakan yaitu pemeriksaan EKG
TF menunjukkan RVH
Defek septum ventrikel menunjukkan LVH
PERJALANAN ALAMIAH
komplikasi
Serangan sianosis
Cerebrovascular accident, terjadi setelah
serangan sianotik
Abses otak
Endokarditis infektif
Anemia relatif
Trombosis paru
Perdarahan
MANIFESTASI KLINIS
Ditandai oleh suatu periode menangis, bernafas cepat dan
dalam (hiperpnea), sianosis makin , bising jantung
menghilang, pasien terlihat lemas, dan bila berlanjut dapat
terjadi kejang atau kesadaran
Biasanya terjadi pada pagi hari setelah menangis, makan,
atau defekasi.
Pada serangan sianosis yang berat dapat kelumpuhan,
kejang, trauma serebrovaskular, bahkan kematian.
patogenesis
Serangan sianosis dapat
ditimbulkan oleh Setiap keadaan
yang menyebabkan
Penurunan mendadak resistensi vaskular sistemik
dan menyebabkan pirau kanan ke kiri yang besar
(misalnya menangis, defekasi, aktivitas pada anak
kecil)
PO2 dan peningkatan PCO2 pH darah
Asidosis akan menstimulasi pusat nafas hiperpnea
yang meningkatkan venous return, selanjutnya akan
menambah pirau kanan ke kiri dan memperberat
hipoksia
TERAPI Serangan sianosis
Bayi harus dipangku atau dipegang pada posisi
knee-chest
Morfin sulfat 0,2 mg/kgbb diberikan s.k. atau i.m.,
akan menekan pusat pernafasan dan
menghilangkan hiperpnea.
O2 dapat diberikan walaupun tidak terlalu berarti
terhadap peningkatan saturasi oksigen arterial.
Natrium bikarbonat (NaHCO3), 1 mEq/kgbb
diberikan i.v. untuk mengatasi asidosis. Dosis
yang sama dapat diulang dalam 10-15 menit.
NaHCO3 mengurangi efek stimulasi asidosis pada
pusat pernafasan.
Jika serangan sianosis tidak dapat diatasi
dengan terapi diatas
Fenilefrin, 0,02 mg/kgbb diberikan i.v. sebagai
vasokonstriktor
Ketamin, 1-3 mg/kgbb (rata-rata 2 mg/kgbb)
diberikan i.v. dalam 60 detik, dapat
meningkatkan resitensi vaskular sistemik dan
juga mempunyai efek sedasi.
Propanolol, 0,01-0,25 mg/kgbb (rata-rata 0,05
mg/kgbb diberikan dalam bolus intravena
lambat)
Setelah serangan sianosis dapat teratasi maka dilakukan
Penyuluhan terhadap keluarga dalam pengenalan
terhadap serangan sianosis dan mengetahui apa yang
harus dilakukan.
Propanolol 0,51,5 mg/kgbb setiap 6 jam untuk
mencegah serangan sianosis sementara menunggu
saat yang tepat untuk dilakukan operasi paliatif
maupun korektif.
Pentingnya melakukan penjagaan terhadap higiene
gigi dan pemberian antibiotik profilkasis terhadap
endokarditis infektif.
Korektif terhadap anemia defesiensi besi karena
adanya anemia dapat meningkatkan risiko komplikasi
terhadap serebrovaskular.
Knee-chest Position
Nurse puts infant in
knee-chest position.