Você está na página 1de 24

ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
ISMI AMANDAH IZMAT (G 701 15194)
SITI NUR FADILA( G 701 15 007)
JESIKA RUNDUBELO (G 701 15 089)
BRIYAN ARCHIMEDES ( G 701 15 244)
NYERI DAN DEMAM
Menurut Internasional For The Study Of Pain, nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi terjadinya
kerusakan atau menggambarkan adanya kerusakan jaringan.
Nyeri juga merupakan suatu refleks untuk menghindari
rangsangan dari luar badan, atau melindungi dari semacam
bahaya, tetapi perasaan nyeri itu terlalu keras atau berlangsung
terlalu lama akan berakibat tidak baik bagi badan.
Demam adalah suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37 oC
yang disebabkan oleh penyakit atau peradangan. Demam juga
merupakan pertanda bahwa sel antibodi manusia( sel darah
putih ) sedang melawan suatu virus atau bakteri. Anak yang
memiliki suhu tinggi karena suhu tinggi berkepanjangan dapat
menyebabkan sawan. Demam yang melebihi 3 hari mungkin
merupakan malaria atau penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
lainnya.Penanganan demam biasanya dengan diberikan obattipire
misalnya golongan acetaminopen
PENGERTIAN
ANALGESIK
Analgesik atau obat-obat penghilang nyeri adalah
zat-zat yang mengurangi atau melenyapkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

ANTIPIRETIK
Antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas.
Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas
tidak berefektif pada orang normal. Dapat
menurunkan panas karena dapat menghambat
prostatglandin pada CNS.
Rasa nyeri dapat di bedakan menjadi tiga
kategori diantaranya yaitu:
1) Analgetik Perifer
Analgetik Perfer yaitu mengenai rasa nyeri dan
demam. Rasa nyeri merupakan suatu gejala yang
berfungsi melindungi tubuh. Demam juga adalah
suatu gejala dan bukan merupakan penyakit
tersendiri. Kini para ahli berpendapat bahwa
demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna
dari tubuh terhadap infeksi. Pada suhu di atas
37C limfosit dan mikrofag menjadi lebih aktif.
Bila suhu melampaui 40-41C, barulah terjadi
situasi krisis yang bisa menjadi fatal, karena tidak
terkendalikan lagi oleh tubuh.
2) Analgetik Antiradang dan Obat-Obat Rema
Analgetik antiradang di sebut juga Arthritis, adalah
nama gabungan untuk dari seratus penyakit yang
semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta
kekakuan otot dengan terganggunya fungsi alat-
alat penggerak (sendi dan otot). Yang paling
banyak di temukan adalah artrose (arthiritis
deformansi) (Yun.arthon = sendi,Lat.deformare =
cacat bentuk), di sebut juga osteoartrose atau
osteoarthritis.
Bercirikan degenerasi tulang rawan yang menipis
sepanjang progress penyakit, dengan
pembentukan tulang baru, hingga ruang di antara
sendi menyempit.
3) Analgetik Narkotik
Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang
berasal dari tumbuhan Papever somniferum atau dari
senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk
meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang
bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang
dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi
dan ketergantungan.
Semua anlagetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang
hebat tetapi potensi, onzzet, dan efek sampingnya
berbeda-beda secara kualitatif maupun kuantitatif. Efek
samping yang paling sering adalah mual, muntah,
konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat
menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan.
Golongan Obat
1. Analgetik Non-narkotik
Golongan Analgetik ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Analgetik perifer
Analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik
yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam.
Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat
pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan
vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya
pengeluaran kalor disertai keluarnya keringat.
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer
digolongkan terdri dari golongan salisilat, golongan
para-aminofenol, golongan pirazolon, dan golongan
antranilat. Contohnya Parasetamol, Asetosal, Antalgin.
b. Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti
Inflammatory Drugs)
Anti radang sama kuat dengan analgesik di
gunakan sebagai anti nyeri atau rematik
contohnya asam mefenamat, ibuprofen.
2. Analgetik narkotik
Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang
hebat sekali yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan
efek sampingnya dapat menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini
khusus di gunakan untuk penghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura
dan kanker. Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon, Nalorfin.
Yang termasuk analgetik narkotik antara lain :
a. Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam :
Alkaloida candu
Zat-zat sintetis
Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai
potensi dan lama kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan
dengan ketergantungan.
b. Antagonis Opiat, bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat
menduduki salah satu reseptor.
c. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak
mengaktivasi kerjanya dengan sempurna.
MEKANISME KERJA OBAT ANALGESIK
DAN ANTIPIRETIK
1.Mekanisme Kerja Obat Analgesik
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada
enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam
sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin.
Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim
COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi
pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda
dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling
umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di
kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan
dalam jangka waktu lama dan dosis besar (Anchy, 2011).
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim
sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang
dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya.
Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek
analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah
pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah
tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan
efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah
pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah
dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya
umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume
distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan
dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu
paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-
5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi
diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam
mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010).
2. Mekanisme Kerja Obat Antipiretik
Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi
non steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik
yang efektif. Bekerja dengan cara
menghambat produksi prostaglandin E2 di
hipotalamus anterior (yang meningkat
sebagai respon adanya pirogen endogen)
(Jumiarti, 2007).
CONTOH OBAT ANALGESIKDAN
ANTIPIRETIK
1. Contoh Obat Analgesik
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Acetaminophen, Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac,
Fenoprofen, Flurbiprofen Ibuprofen, Indomethacin, Ketoprofen,
Ketorolac, Meclofenamate, Mefanamic acid Nabumetone,
Naproxen, Oxaprozin, Oxyphenbutazone, Phenylbutazone,
Piroxicam Rofecoxib, Sulindac, Tolmetin.
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Alfentanil, Benzonatate, Buprenorphine, Butorphanol, Codeine,
Dextromethorphan Dezocine, Difenoxin, Dihydrocodeine,
Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone, Hydromorphone,
LAAM, Levopropoxyphene, Levorphanol Loperamide,
Meperidine, Methadone, Morphine, Nalbuphine, Nalmefene,
Naloxone, Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone,
Pentazocine, Propoxyphene , Sufentanil (Anchy, 2011).
2. Contoh Obat Antipiretik
Parasetamol dalam paramex,panadol,
paracetol, paraco, praxion, primadol, santol,
zacoldin, poldan mig, acetaminophen,
asetosal atau asam salisilat, salisilamida
(Nick, 2010).
Obat obat Tersendiri
1) Antalgin
a) Mekanisme kerja :
Aminopirin merupakan derivate pirazolon yang
mempunyai efek sebagai analgesik, antipiretik. Efek
antipiretik diduga berdasarkan efek mempengaruhi
pusat pengatur suhu di hipotalamus dan menghabisi
biosintesa dari prostaglandin sedangkan efek
analgesiknya mengurangi rasa nyeri cukup kuat.
b) Efek Samping
agranulosis, reaksi hipersensitifitas, reaksi pada
kulit.
2) Asam Mefenamat
a) Mekanisme kerja :
Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi
non steroid, bekerja dengan menghambat sintesa
prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan
menghambat enzim siklooksigenase, sehingga
mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan
antipiretik.
b) Efek Samping
Sangat minimal selama dalam dosis yang di anjurkan.
Dapat terjadi gangguan saluran cerna antara lain
iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare,
rasa ngantuk,pusing, sakit kepala, penglihatan kabur,
vertigo, dispepsia.
3) Ibuprofen
a) Mekanisme kerja :
Ibuprofen merupakan derivat asam fenil
propionate dari kelompok obat anti inflamasi non
steroid. Senyawa ini bekerja melalui
penghambatan enzim siklo-oksigenase pada
biosintesis prostaglandin, sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PG-G 2 terganggu.
Prostaglandin berperan pada pathogenesis
inflamasi, analgesik dan damam. Dengan
demikian maka ibuprofen mempunyai efek anti
inflamasi dan analgetik-antipiretik.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar
dari pada asetosal (aspirin) dengan efek samping
lebih ringan terhadap lambung.
Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan
cepat, berikatan dengan protein plasma dan kadar
puncak dalam plasma tercapai 1-2 jam setelah
pemberian. Adanya makanan akan memperlambat
absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang di
absorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu
paruh 1,8-2 jam. Ekskresi bersama urin dalam
bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna
dalam 24 jam.
b) Efek Samping
Efek samping adalah ringan dan bersifat
sementara berupa mual, muntah, diare, konstipasi,
nyeri lambung, ruam kulit, pruritus, sakit kepala,
pusing, dan heart burn.
4.Paracetamol
a) Mekanisme kerja :
Parasetamol adalah derivate p-aminofenol yang mempunyai
sifat antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik di sebabkan oleh
gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan
efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan
rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat
lemah hingga tidak digunakan sebagai anti rematik. Pada
penggunaan per oral parasetamol di serap dengan cepat melalui
saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma di capai dalam
waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parsetamol
dieksekresikan melalui ginjal, kurang dari 5 % tanpa mengalami
perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
b) Efek Samping
Dosis besar menyebabkan kerusakan fungsi hati.
Analgetik diberikan kepada penderita untuk
mengurangi rasa nyeri yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis yang
melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai
ambang nyeri). Rasa nyeri tersebut terjadi akibat
terlepasnya mediator-mediator nyeri (misalnya
bradikinin, prostaglandin) dari jaringan yang rusak
yang kemudian merangsang reseptor nyeri di ujung
saraf perifer ataupun ditempat lain. Dari tempat-
tempat ini selanjutnya rangsang nyeriditeruskan ke
pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf sensoris
melalui sumsum tulang belakang dan thalamus
Antipiretik Bekerja dengan cara menghambat
produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen
EFEK SAMPING OBAT ANALGETIK
DAN ANTIPIRETIK
1. Gangguan Saluran Cerna Selain menimbulkan
demam dan nyeri, ternyata prostaglandin
berperan melindungi saluran cerna. Senyawa ini
dapat menghambat pengeluaran asam lambung
dan mengeluarkan cairan (mukus) sehingga
mengakibatkan dinding saluran cerna rentan
terluka, karena sifat asam lambung yang bisa
merusak.
2. Gangguan Hati (Hepar) Obat yang dapat
menimbulkan gangguan hepar adalah
parasetamol. Untuk penderita gangguan hati
disarankan mengganti dengan obat lain
3. Gangguan Ginjal Hambatan pembentukan
prostaglandin juga bisa berdampak pada
ginjal. Karena prostaglandin berperan
homestasis di ginjal. Jika pembentukan
terganggu, terjadi gangguan homeostasis

4. Reaksi Alergi Penggunaan obat aspirin dapat


menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat
berupa rinitis vasomotor, asma bronkial
hingga mengakibatkan syok
TERIMAKASIH

Você também pode gostar