Você está na página 1de 79

Tutorial

PNEUMONIA
Respirologi ASPIRASI DENGAN HIRSCHSPRUNG DISEASE

Oleh:
Radhiyana Putri 0910015031
Rahayu Asmarani 0910015017

Pembimbing : dr. Hj.Sukartini,SpA

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
2016
PENDAHULUAN
Penumonia masalah kesehatan utama pada anak di Negara
berkembang, termasuk Indonesia.
Pneumonia menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia di bawah lima tahun.
Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi
dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit
sistem respiratori, terutama pneumonia.
Pneumonia infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru.
sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi bakteri, virus, jamur, benda asing dan
juga aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit yang sering menyebabkan obstruksi usus dan
muntah pada neonatus dan bayi adalah hirschsprung disease,
Gejala kardinalnya yaitu gagalnya pasase mekonium pada 24 jam
pertama kehidupan, distensi abdomen dan muntah.
Beratnya gejala ini dan derajat konstipasi bervariasi antara pasien
dan sangat individual untuk setiap kasus.
Muntah yang disebabkan oleh hirschsprung disease ini dapat
menyebakan aspirasi ke dalam paru-paru sehingga bisa
menyebabkan pneumonia.
Anamnesa
Anamnesa dilakukan pada tanggal 8 Maret 2016 pukul 14.00 WITA, di ruang Melati
RSUD AW. Sjahranie Samarinda. Alloanamnesa oleh ibu kandung pasien

Identitas Pasien
Nama : An. SK
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 8 bulan
Alamat : Jl. Damai gang 4 RT.009, Samarinda
Anak ke : 6 dari 6 bersaudara
MRS : 5 Maret 2016
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn. UD
Umur : 37 tahun
Alamat : Jl. Damai gang 4 RT.009, Samarinda
Pekerjaan : Tukang
Pendidikan Terakhir : SMP
Ayah perkawinan ke :I

Nama Ibu : Ny. WA
Umur : 38 tahun
Alamat : Jl. Damai gang 4 RT.009, Samarinda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Ibu perkawinan ke :I
Keluhan Utama

Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan awal saat pasien masuk rumah sakit
Demam dialami sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya ibu pasien telah
membawa pasien ke puskesmas dan mendapat obat penurun panas
namun pasien masih mengalami demam.
Selain itu pasien juga mengalami batuk berdahak sejak 1 hari SMRS.
Batuk terutama saat minum susu. Tiap kali setelah batuk pasien
muntah 1x, memuntahkan air susu yang diminum disertai dahak pada
muntah pasien.
sebelumnya pasien sering batuk terutama saat minum susu dan
mengeluarkan dahak. Namun pada awalnya batuk tidak terlalu
sering, hanya sesekali namun kemudian batuk muncul makin sering.
Frekuensi setiap kali batuk 3-5 kali.
Setelah hal ini terjadi, batuk menjadi makin sering dan pasien terlihat
susah saat bernapas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Selain itu perut pasien juga kembung, menurut ibu pasien perut
anaknya sering kembung walaupun tidak habis minum susu sejak 2
bulan yang lalu.
Pasien juga susah BAB sejak 2 bulan yang lalu, dan sempat di beri obat
agar dapat BAB melalui lubang dubur. Sejak 2 bulan terakhir, pasien
BAB tiap 2 hari sekali dan mencret beserta angin yang keluar saat
buang air besar.
Riwayat BAB sebelumnya lancar. Selama ini pasien hanya diberikan
susu dan tidak pernah diberikan bubur, karena takut muntah.
BAK dalam batas normal.
Anamnesis
Pasien sering mengalami batuk sebelumnya.
Riwayat alergi terhadap susu sapi disangkal.
Riwayat batuk dan bersin saat menghirup asap rokok ataupun
obat nyamuk bakar disangkal.
Riwayat asma disangkal.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga-
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat pengobatan 6 bulan atau
sedang menjalani pengobatan 6 bulan.
Nenek pasien memiliki riwayat asma dan sering menggunakan obat
asma semprot.
Riwayat alergi disangkal.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan susah BAB.
Riwayat Hipertensi, DM, dan penyakit jantung disangkal.
Anamnesis
Riwayat Lingkungan & Kebiasaan
Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu dan kelima
saudaranya. Lingkungan rumah cukup berdebu karena di sekitar
rumah banyak terdapat pasir dan jalan yang masih berpasir,
selain itu, pasien menggunakan bantal dari kapuk. Selain itu, di
rumah (ruang tengah) sering menggunakan obat nyamuk bakar.
Pasien masih minum ASI tanpa susu formula. Makan bubur susu
sejak usia 6 bulan dan jarang mengkonsumsi sayur. Usia 6 bulan
ibu pasien sempat mencoba memberikan papaya untuk
dikonsumsi karena pasien tidak BAB selama 10 hari.
Anamnesis
Anamnesis
Berat badan lahir : 2800 gr
Panjang badan lahir : Ibu lups
Berat badan sekarang : 6100 gr
Tinggi badan sekarang : 63 cm
Gigi keluar : -
Tersenyum : -
Miring : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 5 bulan
Merangkak : -
Berdiri :-
Berjalan : -
Berbicara 2 kata : -
Anamnesa
Makan dan Minum Anak
ASI : sejak lahir dan masih meminum ASI hingga
sekarang
Susu formula/sapi: -
Buah : 6 bulan
Bubur sayur : 6 bulan
Makanan padat+lauk : -

Pemeriksaan Prenatal
Periksa di : Puskesmas
Penyakit kehamilan :-
Obat-obat yang sering diminum : vitamin penambah darah

Anamnesis
Riwayat Kelahiran
Lahir di : Klinik Bersalin
Ditolong oleh : Bidan
Usia dalam kandungan : 9 bulan
Jenis partus : Spontan
Riwayat kelahiran :Bayi langsung menangis kuat

Pemeliharaan Postnatal
Periksa di : praktek bidan
Keadaan anak : Sehat

Keluarga Berencana
Keluarga Berencana : ya
Memakai sistem : Suntik 3 bulan


Riwayat Imunisasi Usia saat imunisasi
I II III IV Booster
I
BCG (+) ////////// ////////// ////////// //////////

Polio (+) - - - -
Campak - - ////////// ////////// //////////

DPT (+) (+) (+) ////////// -

Hepatitis B (+) (+) (+) ////////// -


Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 8 Maret 2016
Kesan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital
Frekuensi nadi : 124 x/menit, reguler, kuat angkat
Frekuensi napas : 46 x/menit
Temperatur : 39,6o C
Antropometri
Berat badan : 6100 gr
Panjang Badan : 63 cm
BMI : 15,37kg/m2
Status Gizi : Gizi kurang (kurva WHO -3 s/d <-2 SD)
Rumus Bherman :
BBI : 8 + 9/ 2 = 8,5 kg
Status Gizi : BBA/BBI x 100% = 6,1/8,5 x 100% = 71,7%
Pem. Fisik
Kepala
Rambut : Warna hitam, agak tipis
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor
diameter 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+), mata cowong (-/-)
Hidung : Sekret hidung (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir tampak basah, sianosis (-), lidah bersih,
faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-), soft palatum menutup
sempurna
Leher : Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pem. Fisik
Thoraks
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi subcostal (-)
retraksi suprasternal (-)
Palpasi : Fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi : Sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : Rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Pem. Fisik
Thoraks
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V left midclavicular line
Perkusi : Batas jantung
Kanan : ICS III right parasternal line
Kiri : ICS V left midclavicular line
Auskultasi : S1,S2 tunggal reguler, gallop (-), murmur (-)

Pem. Fisik
Abdomen
Inspeksi : Agak Cembung
Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali
(-), turgor kulit baik.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 05/03/2016
Jam 21.21
Darah Lengkap
Leukosit 16.500
Hb 9,6
Hct 28,5%
Plt 222.000
Kimia Darah Lengkap
GDS 103
Na 136
K 4,6
Cl 106
Foto Rontgen Thorax AP
5 Maret 2016

Kesan : banyak terdapat


corakan infiltrate disekitar
bronkus yang tidak sampai
mengenai satu lobus paru,
menunjukkan kesan
pneumonia aspirasi
Pemeriksaan Foto polos abdomen dengan Posisi Supine ( 7
Maret 2016)

Kesan : terdapat gambaran


dilatasi kolon (colon distention)
pada foto polos, menunjukkan
gambaran Hirschsprung
Disease.
Foto Polos Abdomen Prone X table
Foto Polos Abdomen Prone Lateral Crose table
Pemeriksaan rektosigmoidografi ( 11 Maret 2016)

Kesan : tampak
gambaran zona
dilatasi kolon dan
tampak adanya
bagian kolon yang
menyempit
Pemeriksaan foto BNO (12 Maret 2016)

Kesan : tampak adanya dilatasi


kolon descenden dekat
rectosigmoid, barium enema tidak
mengisi hingga ke rectum
kemungkinan adanya penyempitan
short segmen kolon, merupakan
tanda hirschsprung disease
DIAGNOSIS
Diagnosis Utama : Pneumonia aspirasi
Diagnosis Lain : Hirschsprung Disease
Diagnosis Komplikasi : Gizi kurang
PENATALAKSANAAN

-O2 nasal kanul 2 lpm


-IVFD D5NS 500 cc/24 jam
-Inj. Ampisilin. 4 x 125 mg
-Inj. Paracetamol 3 x 50 mg
-Inj. Ranitidin 2 x 5 mg
-Pasang NGT
-F-75 tiap 3 jam (8 x 50cc)
Follow Up
Tanggal S O A P
05-03-16 - Demam (+), Komposmentis, Observasi febris + - O2 nasal kanul 2 lpm
H-1 batuk (+) N : 124 x/i RR : 46 x/i, Bronkopneumonia - IVFDD5NS 500 cc/24
BB= 5,2 kg dahak (+), T:39,6oC, anemis (-/-), jam
sesak (-) ikterik (-/-), rho (+/+), - Inj. Ampisilin. 4 x 125
(IGD) whz (-/-), retraksi mg
subcosta (-), faring - Inj. Paracetamol 3 x 50
hiperemis (-), Bising mg
usus (+) normal. - Inj. Ranitidin 2 x 5 mg
Lab DL : - Pasang NGT
Leu : 16.500 - F-75 tiap 3 jam (8 x
Hb : 9,6 gr/dl 50cc)
Hct : 28,5 % - Cek DL ulang besok
Tromb : 222.000 - X- Ray thorax,6 cc
Follow Up
Tanggal S O A P
06/03/16 - Demam (-), Komposmentis, Observasi febris + - IVFDD5NS 500 cc/24
H-2 batuk (+) N :121 x/i, RR :42 x/i, Bronkopneumonia jam
BB= 5,2 kg berdahak. T :36,2oC,anemis (-/-), - Inj. Ampisilin. 4 x 125
ikterik (-/-), rho (+/+), mg
whz (-/-), retraksi (-), - Inj. Paracetamol 3 x 50
faring hiperemis (-) mg
Soefl, distended (-), - Inj. Ranitidin 2 x 5 mg
Bising usus (+) normal.
Lab DL :
Leu : 12.200
Hb : 8,4 gr/dl
Hct : 25,4 %
Tromb : 186.000
Follow Up
Tanggal S O A P
07/03/16 - batuk (+), Komposmentis, Pneumonia Aspirasi - IVFD D5NS 500 cc/24
H-3 perut N :126x/i, RR : 40x/i, ec Susp. jam
BB=5,2 kg kembung T:36,9 oC, anemis (-/-), Hirschsprung - Inj. Ampisilin. 4 x 200
(+), BAB (-) ikterik (-/-), rho (+/+), disease mg
10 hari whz (-/-), retraksi (-), - Inj. Gentamicin 2 x 12,5
faring hiperemis (-) mg
Soefl, distended (-), - Inj. Paracetamol 3 x 50
Bising usus (+) normal. mg
Lab DL : - CTM 0,5 mg, Ambroxol
Leu : 9.400 2,5 mg, Efedrin 2,5 mg
Hb : 8,2 gr/dl 3 x 1 pulv
Hct : 24,9 % - F-75 tiap 3 jam (8 x
Tromb : 187.000 50cc)
- Konsul Bedah anak
Follow Up
Tanggal S O A P
08/03/18 - batuk (+) Komposmentis, Pneumonia Aspirasi - IVFDD5NS 500 cc/24 jam
- Inj. Ampisilin. 4 x 200 mg
H-4 berdahak N :100x/i, RR : 40x/i, Ileus fungsional dd - Inj. Gentamicin 2 x 12,5 mg
BB= 6,1 kg terutama T:37,1oC, anemis (-/-), Hirschsprung - Inj. Paracetamol 3 x 0,5cc
- CTM 0,5 mg, Ambroxol 2,5 mg,
saat minum ikterik (-/-), disease
Efedrin 2,5 mg 3 x 1 pulv
susu , rho (-/-), whz (-/-), - F-75 tiap 3 jam (8 x 50cc)
muntah (-), retraksi (-), faring - Foto polos abdomen posisi
prone lateral crose table (+)
sesak (-). hiperemis (-) - Klisma Nacl 0,9%
Pilek (+). Soefl, distended (-), (Pagi 25cc, Sore 25cc)
Perut Bising usus (+) normal. - Rencana Rectosigmoidografi
(Jumat, 11-03-16)
kembung
(+), BAB 1 x
cair, ampas
(+). Seperti
muncrat.
Follow Up
Tanggal S O A P
09/03/16 - Batuk (+) Komposmentis, Pneumonia Aspirasi - IVFDD5NS 500 cc/24
berdahak N :112x/i, RR : 44x/i, Ileus fungsional dd jam
H-5 terutama T:36,5oC, anemis (-/-), Hirschsprung - Inj. Ampisilin. 4 x 200 mg
BB= 5,7 kg saat minum ikterik (-/-), disease - Inj. Gentamicin 2 x 12,5
mg
susu , rho (-/-), whz (-/-),
- Inj. Paracetamol 3 x 0,5cc
muntah (-), retraksi (-), faring
- CTM 0,5 mg, Ambroxol
sesak (-). hiperemis (-) 2,5 mg, Efedrin 2,5 mg 3 x
Pilek (+), Soefl, distended (-), 1 pulv
demam (-) Bising usus (+) normal. - F-75 tiap 3 jam (8 x 50cc)
Perut - Klisma Nacl 0,9%
kembung (Pagi 25cc, Sore 25cc)
(+)<<, - Rencana
Rectosigmoidografi
(Jumat, 11-03-16)
Follow Up
Tanggal S O A P
10/03/16 - batuk (+) Komposmentis, Pneumonia Aspirasi - IVFD D5NS 500 cc/24
berdahak N :118x/i, RR : 40x/i, Ileus fungsional dd jam
H-6 terutama T:37oC, anemis (-/-), Hirschsprung - Inj. Ampisilin. 4 x 200 mg
BB= 5,9 kg saat minum ikterik (-/-), disease - Inj. Gentamicin 2 x 12,5
mg
susu , rho (-/-), whz (-/-),
- Inj. Paracetamol 3 x 0,5cc
muntah (-), retraksi (-), faring
- CTM 0,5 mg, Ambroxol
sesak (-). hiperemis (-) 2,5 mg, Efedrin 2,5 mg 3 x
Pilek (+), Soefl, distended (-), 1 pulv
demam (-) Bising usus (+) normal. - F-75 tiap 3 jam (8 x 50cc)
Perut Lab DL : - Klisma Nacl 0,9%
kembung Leu : 10.1600 (Pagi 25cc, Sore 25cc)
(+)<<, Hb : 8,5 gr/dl - Rencana
Hct : 24,4 % Rectosigmoidografi
Tromb : 369.000 (Jumat, 11-03-16)
Follow Up
Tanggal S O A P
11/03/16 - batuk (+) Komposmentis, Pneumonia Aspirasi - IVFD D5NS 500 cc/24
berdahak N :120x/i, RR : 44x/i, Ileus fungsional dd jam
H-7 terutama T:37oC, anemis (-/-), Hirschsprung - Inj. Ampisilin. 4 x 200 mg
BB= 6,1 kg saat minum ikterik (-/-), disease - Inj. Gentamicin 2 x 12,5
mg
susu , rho (-/-), whz (-/-),
- Inj. Paracetamol 3 x 0,5cc
muntah (-), retraksi (-), faring
- CTM 0,5 mg, Ambroxol
sesak (-). hiperemis (-) 2,5 mg, Efedrin 2,5 mg 3 x
Pilek (+), Soefl, distended (-), 1 pulv
demam (-) Bising usus (+) normal. - Rectosigmoidografi (+)
Perut - NGT dilepas, mulai diet
kembung ASI dan PASI, jika
(+)<< kembung diet stop dan
pasang kembali NGT
Follow Up
Tanggal S O A P
12/03/16 - batuk (+) Komposmentis, Pneumonia Aspirasi - IVFD D5NS 500 cc/24
berdahak N :118x/i, RR : 40x/i, Hirschsprung jam
H-8 terutama T:36,8oC, anemis (-/-), disease - Inj. Ampisilin. 4 x 200 mg
BB= 6,1 kg saat minum ikterik (-/-), - Inj. Gentamicin 2 x 12,5
mg
susu , rho (-/-), whz (-/-),
- Inj. Paracetamol 3 x 0,5cc
muntah (-), retraksi (-), faring
- CTM 0,5 mg, Ambroxol
sesak (-). hiperemis (-) 2,5 mg, Efedrin 2,5 mg 3 x
Pilek (+), Soefl, distended (-), 1 pulv
demam (-) Bising usus (+) normal. - Foto BNO 24 jam post
Perut rektosigmoidografi
kembung (-)
Follow Up
Tanggal S O A P
14/03/2016 - Batuk (-), Komposmentis, Pneumonia Aspirasi - IVFD D5NS 500 cc/24
demam (-), N :112x/i, RR : 35 x/i, Hirschsprung jam
H-10 muntah (-), T:36,7oC, anemis (-/-), disease - Inj. Ampisilin. 4 x 200 mg
BB = 6 kg perut ikterik (-/-), (H.VII) stop
- Inj. Gentamicin 2 x 12,5
kembung (-) rho (-/-), whz (-/-),
mg (H.VII) stop
retraksi (-), faring
- Inj. Cefotaxim 3x200 mg
hiperemis (-) - Inj. Paracetamol 3 x 0,5cc
Soefl, distended (-), - CTM 0,5 mg, Ambroxol
Bising usus (+) normal. 2,5 mg, Efedrin 2,5 mg 3 x
Lab DL : 1 pulv
Leu : 15.500 - Pasien pulang paksa
Hb : 13,9 gr/dl
Hct : 40 %
Tromb : 478.000
Follow Up
Tanggal S O A P
15/03/2016 Dilakukan Komposmentis, Pneumonia Aspirasi - -

kunjungan ke N :112x/i, RR : 40 x/i, Hirschsprung


rumah pasien, T:36,8oC, anemis (-/-), disease
batuk (+) , ikterik (-/-), rho (-/-),
seperti mau whz (-/-), retraksi (-),
muntah saat faring hiperemis (-)
diberi makan, Soefl, distended (-),
kembung (-), Bising usus (+) normal.
sesak (-),
demam (-)
Tinjauan Pustaka
PNEUMONIA ASPIRASI
Pneumonia peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

Pneumonia aspirasi (Aspiration pneumonia) pneumonia yang


disebabkan oleh terbawanya bahan yang ada diorofaring pada
saat respirasi ke saluran napas bawah.
ETIOLOGI
49

infeksi kuman, bahan kimia, akibat aspirasi cairan


inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema
paru, dan obstruksi mekanik oleh benda padat.
PAK Dapat disebabkan kuman pathogen terutama
berupa kuman anaerob obligat (41-46%) yang
terdapat disekitar gigi dan dikeluarkan melalui ludah.
PAN kolonisasi kuman anaerob fakultatif, batang
Gram negatif seperti Pseudomonas, Proteus, Serratia
dan S. aureus
50

Faktor predisposisi terjadinya


Penurunan kesadaran yang menganggu proses penutupan glottis,
aspirasi berulangkali
refleks batuk adalah
(kejang, strok, pembiusan, :
cedera kepala, tumor
otak).
Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (kanker
nasofaring, skleroderma)
Kerusakan sfingter esofagus oleh selang nasogatrik, gangguan
mekanisme klirens saluran nafas.
Tiga sindrom aspirasi berbeda harus dibedakan karena
perbedaan
sifat bahan yang diaspirasi:

1. Infeksi
Pneumonia anerobik disebabkan oleh aspirasi sekret
orofaringeal yang terdiri dari mikroorganisme anaerob
seperti Bacteroides, Fuscobacterium, Peptococcus, dan
Pepetostreptococcus yang merupakan spesies yang
tersering ditemukan diantara pasien pasien dengan
kebersihan gigi yang buruk. Pneumonia yang didapat di
rumah sakit disebabkan oleh campuran mikroorganisme
anaerobik dan aerobik (misalnya S. aureus).
2. Aspirasi Asam
52
Berkaitan dengan regurgitasi dan aspirasi isi asam lambung.

3. Aspirasi Non Asam


Berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan) atau
cairan bukan asam (misalnya, karena hampir tenggelam atau saat
pemberian makanan)
GAMBARAN RADIOLOGIS
53
Foto Toraks
Gambaran radiologi pneumonia aspirasi bervariasi tergantung
pada beratnya penyakit dan lokasinya.
Lobus bawah dan lobus tengah kanan paling sering
terkena
Ditemukan area-area ireguler yang tidak berbatas tegas yang
mengalami peningkatan densitas. Pada tahap awal area
densitas tinggi tersebut hanya lokal, akan tetapi pada tahap
lanjut akan berkelompok/ menyatu (infiltrat).
Gambaran radiologi klasik dari pneumonia adalah
perselubungan inhomogen (konsolidasi) dengan air
bronchograms sign, dengan distribusi segmental atau lobar.
54

Aspiration pneumonia. Memperlihatkan infiltrat pada paru


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pada pemeriksaan dengan pewarnaan gram terhadap bahan


sputum saaluran napas dijumpai banyak neutrofil dan kuman
campuran.
Terdapat leukositosis dan laju endap darah (LED) meningkat.
Dapat dilakukan pemeriksaan analisis gas darah dan kultur
darah bila perlu.
PENGOBATAN
Pada anak, pada aspirasi isi lambung akut harus segera dicegah
dengan suction orofaring dan memperbaiki posisi anak.
Dilakukan intubasi trakea jika refleks saluran napas tidak adekuat
atau jika terdapat gagal napas.
Harus diberikan bantuan oksigen.
Jika terdapat tanda infeksi maka diberikan antibiotik empiris
sebelum hasil kultur ada.
PROGNOSIS

Angka mortalitas pneumonitis yang tidak disertai komplikasi


adalah sebesar 5%
Pada aspirasi massif dapat mencapai 70%.

60
HIRSCHSPRUNG'S DISEASE

Definisi
Gangguan perkembangan dari komponen intrinsik dari sistem
saraf enterik yang ditandai dengan tidak adanya sel ganglion di
pleksus myenteric (auerbachs) dan submukosa (meissners) dari
kolon tersebut sehingga dilatasi kolon karena tidak adanya sel-sel
ganglion myenterik pada usus besar segmen distal (aganglionosis).

Hirschsprung juga disebut dengan aganglionik megakolon


kongenital salah satu penyebab paling umum dari obstruksi usus
neonatal (bayi berumur 0-28 hari)
Epidemiologi

Distribusi dan Frekuensi


Penyakit Hirschsprung 1 dari 5.000 kelahiran hidup
& merupakan penyebab tersering obstruksi saluran cerna
bagian bawah pada neonatus.
Predominasi pada laki-laki dibandingkan perempuan
4:11
distribusi ras setara untuk bayi berkulit putih dan
Amerika keturunan Afrika.
Rectosigmoid paling sering 75% kasus, flexura lienalis
atau colon transversum 17% kasus
Determinan Penyakit Hirschsprung
Faktor Bayi
Umur Bayi
Bayi dengan umur 0-28 hari kelompok umur yang paling rentan terkena
penyakit Hirschsprung karena penyakit Hirschsprung merupakan salah satu
penyebab paling umum obstruksi usus neonatal (bayi berumur 0-28 hari).
Riwayat Sindrom Down
Faktor Ibu
Umur semakin tua (> 35 tahun) dalam waktu hamil dapat meningkatkan
risiko terjadinya kelainan kongenital pada bayinya.
Ras/Etnis
Etiologi
Bersifat heterogen
Defek pada migrasi dari neuroblast menuju usus
bagian distal yang menyebabkan terbentuknya
segmen aganglionik
FAKTOR-FAKTOR DALAM PATOGENESIS
HIRSCHSPRUNG DISEASE:

Hipoganglionosis
Imaturitas dari sel ganglion
Kerusakan sel ganglion
ManifestasiManifetasi
Klinis Klinik

Periode Neonatal Anak

Trias klasik: Konstipasi kronis


Pengeluaran mekonium > Gizi buruk
24 jam Colok Dubur -> feses keluar
muntah hijau menyemprot
distensi abdomen

enterokolotis (diare, distensi


abdomen, dan demam)
Diagnosis DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Distensi, gambaran kontur usus, gerakan peristaltik usus (-), feses
yang keluar menyemprot (rectal touher)
Pemeriksaan Penunjang
- Foto polos Abdomen
obstruksi usus letak rendah, daerah pelvis kosong tanpa udara
- Foto enema barium
tiga tanda khas daerah penyempitan di bagian rektum ke
proksimal yang panjangnya bervariasi, terdapat daerah transisi,
terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi,
serta terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah
transisi
TINJAUAN PUSTAKA
foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan
membaur dengan feses. Gambaran khasnya terlihatnya
barium yang membaur dengan feses ke arah proksimal kolon.
Sedangkan pada penderita yang tidak mengalami Hirschsprung
namun disertai dengan obstipasi kronis, maka barium terlihat
menggumpal di daerah rektum dan sigmoid.
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Gold Standar
pemeriksaan dilakukan pada dinding muskulus rektum
( pleksus mesentrikus & submukosa)
tidak terdapat ganglion pada biopsi
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Tindakan medis untuk menangani distensi abdomen dengan pemasangan pipa anus atau
pemasangan pipa lambung dan irigasi rektum.
Pemberian antibiotika dimaksudkan untuk pencegahan infeksi terutama untuk enterokolitis dan
mencegah terjadinya sepsis. Cairan infus dapat diberikan untuk menjaga keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa tubuh
Tindakan bedah sementara
tindakan kolostomi -> menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterokolitis
Tindakan bedah definitif
prosedur Swensons sigmoidectomy,
prosedur Duhamel,
prosedur Soaves Transanal Endorectal Pull-Through (TEPT),
prosedur Rehbein dengan cara reseksi anterior,
prosedur Laparoskopic Pull-Through,
prosedur miomektomi anorekta
PEMBAHASAN
Anamnesis
Teori Fakta
Pneumonia Aspirasi Pasien datang dengan keluhan :
Pasien biasanya mendadak batuk dan
sesak sesudah makan atau minum. Pasien datang dengan keluhan
Umumnya pasien datang 1-2 minggu demam.
sesudah aspirasi, dengan keluhan demam
menggigil, nyeri pleuritik, batuk, dan Demam dialami 3 hari SMRS.
dahak purulen berbau (pada 50% kasus).
Batuk berdahak sejak 1 hari
Bisa ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan SMRS.
penurunan berat badan. Pada pneumonia
aspirasi akibat infeksi, awitan gejala Pasien juga muntah sebanyak 1x
biasanya terjadi secara perlahan-lahan setelah batuk dan mengeluarkan
selama hingga 2 minggu, dengan demam, susu yang diminum kemudian
penurunan berat badan, anemia, setelah itu pasien tampak susah saat
leukositosis, dispnea, dan batuk disertai bernapas.
produksi sputum berbau busuk.
Pasien memiliki riwayat sering
Anamnesis
Teori Fakta
Faktor penyebab paling sering Aspirasi Pasien datang dengan keluhan :
Pneumonia :
gangguan neuromuscular, Anaestesi, pada Pasien datang dengan keluhan
kondisi dimana reflek batuk dan refleks demam.
muntah tertekan, gangguan menelan, Muntah
dengan aspirasi masif bahan-bahan material Demam dialami 3 hari SMRS.
yang berasal dari lambung, benda asing,
abnormalitas struktur esophagus, Batuk berdahak sejak 1 hari SMRS.
Gastroesofageal refluks disease, serta
hilangnya kesadaran Pasien juga muntah sebanyak 1x
setelah batuk dan mengeluarkan
susu yang diminum kemudian
setelah itu pasien tampak susah saat
bernapas.

Pasien memiliki riwayat sering batuk


terutama saat minum susu.
Anamnesis
Teori Fakta
Hirschsprung Disease Pasien datang dengan keluhan :
Keterlambatan pengeluaran mekonium
pertama yang pada umumnya keluar > 24 Pasien selalu kembung saat sejak
jam. 2 bulan yang lalu
Muntah berwarna hijau.
Adanya obstipasi masa neonatus. Susah BAB sejak 2 bulan yang
Jika terjadi pada anak yang lebih besar lalu
obstipasi semakin sering,
Adanya riwayat konstipasi, kembung Tidak ada keluarga pasien yang
berat dan perut seperti tong, massa mengalami gejala sama seperti
faeses multipel dan sering dengan pasien yaitu demam, batuk, perut
enterocolitis, dan dapat terjadi gangguan kembung atau susah BAB.
pertumbuhan.
Riwayat keluarga sebelumnya yang Pasien hanya diberi ASI dan
pernah menderita keluhan serupa. tidak diberikan makanan lain karena
khawatir pasien akan muntah.
Pemeriksaan Fisik
Teori Fakta
Pneumonia Aspirasi : Pemeriksaan saat diruangan :
Tanda fisis seperti pada tipe pneumonia 1. Pasien tidak mengalami sesak
klasik bisa didapatkan berupa demam, 2. Terdengar suara nafas tambahan
sesak napas, tanda-tanda konsolidasi ronki pada kedua lapang torak
paru (perkusi paru pekak, ronki 3. Tidak ada retraksi
nyaring, suara napas bronchial). Pada 4. Terdapat distensi abdomen pada
inspeksi terlihat retraksi otot epigastrik, pasien terutama setelah minum susu
interkostal, suprasternal, dan pernapasan 5. Pasien demam
cuping hidung. 6. Pada pemeriksaan lainnya tidak
ditemukan adanya kelainan
Hirschsprung Disease :
1. Perut kembung karena mengalami
obstipasi.
2. Bila dilakukan colok dubur maka
sewaktu jari ditarik keluar maka
feses akan menyemprot keluar dalam
jumlah yang banyak dan tampak perut
anak sudah kembali normal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Teori
Penunjang Fakta
Foto Toraks Hasil Pemeriksaan Penunjang :
Gambaran radiologi pneumonia aspirasi bervariasi a) Pada foto toraks pasien
tergantung pada beratnya penyakit dan lokasinya. tampak bercak infiltrat
Lobus bawah dan lobus tengah kanan paling sering terutama pada lobus paru
terkena, Tetapi lobus bawah kiri juga bisa terkena. kanan tepatnya di area
Ditemukan area-area ireguler yang tidak berbatas tegas percabangan bronkus kanan
yang mengalami peningkatan densitas. Pada tahap awal dan di lobus kiri tepatnya di
area densitas tinggi tersebut hanya lokal, akan tetapi area percabangan bronkus kiri.
pada tahap lanjut akan berkelompok/ menyatu (infiltrat).
Gambaran radiologi klasik dari pneumonia adalah (b) Terjadi leukositosis pada
perselubungan inhomogen (konsolidasi) dengan air pemeriksaan darah lengkap
bronchograms sign, dengan distribusi segmental atau (16.500/mm3)
lobar.

Pemeriksaan laboratorium
Terdapat leukositosis dan laju endap darah (LED)
meningkat.
Pemeriksaan Penunjang
Teori Fakta
Pemeriksaan Penunjang
Hirschsprung Disease : Hasil Pemeriksaan Penunjang :
Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran c) Pada foto polos abdomen
obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi ditemukan distensi kolon.
masih sulit untuk membedakan usus halus dan usus
besar. d) Pada foto BNO terlihat
penyempitan pada kolon
Pemeriksaan enema barium, dimana akan dijumpai rektosigmoid pasien.
tiga tanda khas yaitu adanya daerah penyempitan di
bagian rektum ke proksimal yang panjangnya e) Pada pemeriksaan
bervariasi, terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal rektosigmoidografi ditemukan
daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi, serta adanya zona dilatasi dan zona
terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah yang mengalami penyempitan
transisi. pada daerah kolon rektosigmoid.

Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-


tanda khas penyakit Hirschsprung, maka dapat
dilanjutkan dengan foto retensi barium. Gambaran
khasnya adalah terlihatnya barium yang membaur
dengan feses ke arah proksimal kolon.
Penatalaksanaan
Teori Fakta
Penatalaksaan Umum (Penumoni Aspirasi): Pengobatan dan tindakan yang
1. Terapi suportif umum didapat diruangan:
Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80 100 IVFD D5NS 500 cc/24 jam
mmHg atau saturasi 95 96% berdasarkan Inj. Ampisilin. 4 x 200 mg
pemeriksaan analisis gas darah. Inj. Gentamicin 2 x 12,5 mg
Humidifikasi dengan netribulizer untuk Inj. Paracetamol 3 x 50 mg
pengenceran dahak yang kental, dapat CTM 0,5 mg, Ambroxol 2,5
disertai nebulizer untuk pemberian mg, Efedrin 2,5 mg 3 x 1
bronkodilator bila terdapat bronkospasme pulv
Pengaturan cairan.
Ventilasi mekanis
2. Antibiotik
Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi maka
dilakukan observasi dan diberikan antibiotik
empiris sebelum hasil kultur ada.
Penatalaksanaan
Teori Fakta
Hirschsprung Disease : KLISMA
Tindakan-tindakan medis dapat dilakukan tetapi untuk Akan
menangani distensi abdomen dengan pemasangan pipa direncanakan
anus atau pemasangan pipa lambung dan irigasi colostomi
rektum. namun keluarga
Pemberian antibiotika dimaksudkan untuk pencegahan pasien masih
infeksi terutama untuk enterokolitis dan mencegah ingin berunding
terjadinya sepsis. Cairan infus dapat diberikan untuk dan meminta
menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam pulang.
basa tubuh.
Penanganan bedah pada umumnya terdiri atas dua
tahap yaitu tahap pertama dengan pembuatan
kolostomi dan tahap kedua dengan melakukan operasi
definitif yaitu prosedur Swensons sigmoidectomy,
prosedur Duhamel, Dll
Kesimpulan
Keluhan yang dialami pasien adalah demam yang telah
dialami sejak 3 hari SMRS, pasien juga mengalami batuk
sejak 1 hari SMRS. Pasien sering mengalami batuk
terutama setelah meminum susu. Pasien sempat
mengalami muntah 1x setelah batuk. Setelah terjadi hal
ini, pasien terlihat susah saat bernapas.
Selain itu, ibu pasien mengeluhkan perut kembung pada
pasien yang terjadi sejak 2 bulan yll. Pasien juga
mengalami susah BAB, pernah tidak BAB dalam 10 hari. Saat
BAB, biasanya BAB keluar mencret dan angin sehingga
tampak menyemprot.
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan kesadaran komposmentis, suhu
meningkat dan frekuensi pernapasan normal, tidak ada distensi abdomen,
bising usus normal.
Pada pemeriksaan penunjang, foto thoraks ditemukan adanya gambaran
infiltrat pada lobus kanan pada percabangan bronkus kanan dan kiri
serta adanya leukositosis pada hasil pemeriksaan darah lengkap, dan pada
pemeriksaan foto polos abdomen, rektosigmoidografi, dan foto BNO
ditemukan adanya kolon yang berdilatasi dan terdapat penyempitan
short segmen pada kolon descenden dekat rectosigmoid.
Jika ditelaah berdasarkan anamnesis hingga pemeriksaan penunjang, maka
didapatkan kesimpulan bahwa telah sesuai dari diagnosis dan
penatalaksanaan pada pasien ini dengan literature yang kami
dapatkan.
Kunjungan Rumah
Terima Kasih

Você também pode gostar