Você está na página 1de 31

ALERGI MAKANAN

Atris Kelanit Dan Santi Parambang


DEFINISI...
Alergi makanan merupakan suatu
kumpulan gejala yang mengenai banyak
organ dan sistem tubuh yang ditumbulkan
oleh alergi terhadap bahan makanan.

Alergi makanan di masyarakat


merupakan istilah umum untuk menyatakan
reaksi simpang terhadap makanan termasuk
didalamnya proses non alergi yang disebut
intoleransi.
The American Academy of Allergy and
Immunology dan The National Institute of
Allegy and Infectious Disease......

ALERGI MAKANAN INTOLERANSI MAKANAN

Merupakan reaksi imunologik yang Intoleransi makanan adalah reaksi non-


menyimpang. Sebagian besar reaksi ini imunologik dan merupakan sebagian
melalui reaksi hipersensitivitas I besar penyebab reaksi yang tidak
diinginkan terhadap makanan
PATOFISIOLOGI
Alergen dalam bahan makanan adalah
protein, glikoprotein atau polipeptida
dengan besar molekul >18.000 Dalton.

Betalaktaglobulin (BLG), alfalaktaglobulin


(ALA), Bovin Serum Albumin (BSA) dan
Bovin Gama Globulin (BGG) merupakan
alergen utama pada susu sapi. BLG
adalah alergen yang paling kuat.
DIAGNOSIS
Diagnosis alergi makanan adalah diagnosis klinis
yang dibuktikan dengan eliminasi dan provokasi
makanan
Cara yang paling sering digunakan adalah provokasi
makanan secara buta (double blind placebo control
food challenge = DBPCFC)
Makanan tersangka dieliminasi selama 2-3 minggu
dari diet penderita. Bila gejala hilang atau
berkurang maka dilanjutkan dengan provokasi
makanan yang dicurigai
Bila dicurigai lebih dari satu macam makanan
sebagai penyebab, maka pada orang tua diberikan
tabel catatan makanan, orangtua mencatat diet
makanan, gejala yang timbul, dan obat yang
Setiap melakukan provokasi makanan
dirumah, orangtua pasien dilengkapi
dengan obat-obatan yang perlu untuk
atasi gej atopi yg timbul
Setelah 2 minggu dievaluasi oleh dokter,
dan mungkin akan ditemukan makanan
yang dicurigai, makanan tsb dieliminasi,
bila gej hilang/berkurang, dilanjutkan
dengan uji provokasi
Provokasi dilakukan dengan 2 cara :
1.Provokasi makanan secara terbuka
(open food challenge)
2.Provokasi makanan secara buta
DIAGNOSA BANDING
Sengatan serangga multiple
angioedema herediter

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah tepi : Hb, PCV, Hitung jenis lekosit,
eosinofil, LED
Uji kulit terhadap alergen bila tipe I yg berperan
Serum IgE total atau serum IgE spesifik, bila
nhasil uji kulit diragukan/kontraindikasi
Foto toraks: singkirkan benda asing dan
tuberkulosis
Analisis hydrogen pernapasan
Imunoglobulin : IgA, Ig M, Ig G
PENATALAKSANAAN

1. Utama : menghindari alergen penyebab dalam


makanannya
2. Pemberian ASI : menghindari/menghilangkan
alergi susu sapi. Ibu menghindari makanan
yang alergenik untuk bayi. Pemberian ASI 6
bulan
3. Bila alergi susu sapi, dapat diganti dengan :
.Formla susu kedele : prosobee, Sobee plus,
Nutrilon soya Isomil dll
.Formula protein hidrolisat : progestimil, dll
4. Bila diet tidak dapat dilaksanakan dengan baik ,
diberi pengobatan simtomatis. Obat yang
diberikan sama dengan obat untuk penyakit
alergi lainnya:
Sodium cromoglicate (Cromolyn Sodium)
Ketotifen

PROGNOSIS
Sembuh total
Sembuh tapi kemudian berulang
Kematian bila ada komplikasi anafilaksis
sistemik yang tidak diatasi
ALERGI OBAT
Alergi obat adalah respon abnormal
seorang terhadap bahan obat atau
metabolitnya melalui reaksi imunologik
yang kita kenal sebagai reaksi
hipersensitivitas, yang terjadi selama
atau setelah pemakaian obat.
Reaksi alergi obat harus dicurigai pada
pasien yang mengalami erupsi kutaneus
simetris mendadak setelah
mengkonsumsi obat tersebut.

Reaksi Obat

5 15% 75 80%

IMUNOLOGI NON IMUNOLOGI

Diperantarai oleh IgE


Alergi Obat...
Alergi obat pada anak lebih jarang
terjadi dibanding orang dewasa, namun
lebih sering menimbulkan masalah
karena mirip dengan gejala alergi oleh
penyebab lain yang sering terjadi pada
anak, misalnya alergi makanan.
ETIOLOGI
Pada umumnya, obat penyebab alergi
yang paling sering yaitu :
Golongan Penicillin.
Gejala Klinis Paling
Sulfa Berat
Salisilat

Pirazolon.
Faktor Resiko
Faktor pejamu merupakan faktor yang
cukup penting.
Reaksi obat jarang terjadi pada bayi dan
usia tua, dapat disebabkan oleh
imaturitas maupun involusi dari sistem
imun.
Dari beberapa studi, didapatkan
perempuan lebih rentan untuk
mengalami alergi obat.
Faktor genetik atau herediter dan status
imun pejamu juga ikut meningkatkan
resiko alergi obat.
Anak dengan orang tua yang mempunyai
riwayat alergi obat mempunyai resiko
terjadinya alergi obat sebanyak 25%.
Latar belakang atopi meningkatkan resiko
reaksi hipersensitivitas tipe cepat terhadap
obat menjadi lebih berat atau parah.
FAKTOR RESIKO ALERGI
OBAT
REAKSI OBAT UMUM (NON- REAKSI
IMUN) HIPERSENSITIVITAS OBAT
(IMUN)
Perempuan Perempuan
Insufisiensi renal Dewasa
Penyakit Hati Infeksi HIV
Polifarmasi Infeksi virus bersamaan
dengan penyakit lain.
Infeksi HIV Riwayat hipersensitivitas obat
sebelumnya.
Infeksi Herpes Asma
Alkoholisme Penggunaan beta bloker
Lupus Eritematous Sistemik Polimorfisme genetik spesifik
Lupus eritematosus sistemik
Mekanisme imunologis
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
GEJALA KLINIK
Gejala klinis sangat bervariasi dan
tidak spesifik untuk obat tertentu. Satu
macam obat dapat menimbulkan
berbagai gejala pada seseorang, dapat
berbeda dengan orang lain, dapat
berupa gejala ringan sampai berat.
GEJALA KLINIK
Erupsi Kulit merupakan gejala klinis yang
paling sering, dapat berupa gatal,
urtikaria, purpura, dermatitis kontak,
sindrom steven Johnson.
Reaksi anafilaksis yang ditandai dengan
hipotensi, spasme bronkus, sembab laring,
angioedema atau urtikaria generalisata.
Demam, yang dapat terjadi setelah
pemberian obat beberapa jam setelah
pemberian obat tetapi biasanya pada hari
7-10 dan menghilang dalam waktu 48 jam
setelah penghentian obat.
DIAGNOSA
ANAMNESA

1. Anamnesis yang teliti mengenai:


a. Obat-obatan yang dipakai
b. Kelainan kulit yang timbul akut atau
dapat juga beberapa hari sesudah
masuknya obat
c. Rasa gatal yang dapat pula disertai
demam yang biasanya subfebris.
PEMERIKSAAN FISIK

Kelainan kulit yang ditemukan:


a. Distribusi : menyeluruh dan simetris
b. Bentuk kelainan yang timbul
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan untuk
memastikan penyebab erupsi obat alergi adalah:

1. Pemeriksaan in vivo
o Uji tempel (patch test)
o Uji tusuk (prick/scratch test)
o Uji provokasi (exposure test)

2. Pemeriksaan in vitro
a. Yang diperantarai antibodi:
o Hemaglutinasi pasif
o Radio immunoassay
o Degranulasi basofil
o Tes fiksasi komplemen
b. Yang diperantarai sel:
o Tes transformasi limfosit
TATALAKSANA
Dasar utama penatalaksanaan alergi obat
adalah penghentian obat yang dicurigai
kemudian mengatasi gejala klinis yang
timbul.

PENGHENTIAN OBAT :
Kalau mungkin, semua obat dihentikan

dahulu, kecuali obat yang memang perlu


dan tidak dicurigai sebagai penyebab reaksi
alergi atau diganti dengan obat lain.
PENGOBATAN

Untuk pruritus, urtikaria atau edema


angioneurotik dapat diberikan
antihistamin misalnya difenhidramin,
loratadin atau cetrizine dan kalau
kelainan cukup luas diberikan pula
adrenalin subkutan dengan dosis 0,01
mg/kg/dosis.
Difenhidramin, dosis 0,5 mg/kgBB/dosis.

Cetrizine :
2 5 Tahun : 2,5 mg/dosis, 1 kali/hari.

> 6 tahun : 5 10 mg/dosis, 1 kali/hari.

Loratadin,

2 5 tahun : 2,5 mg/dosis. 1 kali/hari.

> 6 tahun : 10 mg/dosis, 1 kali/hari.

Prednison , dosis awal : 1-2 mg/kgBB/hari dosis

tunggal pagi hari hingga keadaan stabil kira-kira 4


hari kemudian diturunkan hingga 0,5
mg/KgBB/hari, dibagi 3-4 kali/hari dalam 4-10 hari.
PROGNOSIS
Estimasi saat ini menunjukan angka
kejadian alergi meningkat. Dengan
penatalaksanaan yang baik, prognosis
alergi obat adalah baik untuk alergi obat
yang berat sekalipun. Dapat terjadi
kontraktur, kebutaan bila tindakan tidak
tepat atau terlambat dilakukan. Angka
kematian dilaporkan 1 dari 10.000
kejadian. Pada sindrom Steven Johnson
angka kematian sebesar 5-15%.
TERIMA
KASIH

Você também pode gostar