Você está na página 1de 63

RESPONSI KASUS

ANEMIA DEFISIENSI BESI


PADA ANAK

Pembimbing:
dr.AA.Ng. Kt. Putra Widnyana, Sp.A (K)

Oleh:
I Wayan Dede Fridayantara (1002005024)
Ni Made Widi Mas Gunanthi (1002005098)
Rozan Fikri (1002005133)
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Zat Besi
Kompartment/Komposisi Besi dalam Tubuh
Metabolisme Zat Besi
Absorpsi Zat Besi
Siklus Besi Dalam Tubuh
ADB pada Anak
Batasan ADB
Prevalensi ADB pada Anak
Etiologi ,Pathogensesis , Gejala ADB
Dampak ADB pada Anak
Pemeriksaan Penunjang pada ADB
Diagnosis & Diagnosis Banding ADB
Terapi, Respon Terapi & Pencegahan ADB pada Anak
KOMPOSISI BESI DLM TUBUH
KEBUTUHAN BESI ANAK BALITA
METABOLISME ZAT BESI

Zat Besi Besi Heme Daging, ayam, hati,


(90% dr makanan) ikan

Besi Non-heme Sayuran hijau,


(90% dr makanan) kacang, kentang

Penyerapannya Faktor yang mempermudah


terutama tjd pd
Misalnya: meat factors, vitamin C,
duodenum &
dan asam klorida di lambung.
jejunum proximal Faktor penghambat
yg dipengaruhi
Misalnya: fosfat yang berlebih, tanat,
oleh:
fitat, serat (fibre) terganggunya fungsi
usus, dan infeksi.
ABSORPSI ZAT BESI
Proses absorpsi besi pada
epitel duodenum &
jejunum proxima dibagi
menjadi 3 fase:
SIKLUS BESI DALAM TUBUH
BATASAN ADB
Anemia akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron
DEFINISI store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoiesis
Anemia Defisiensi Besi berkurang & menyebabkan pembentukan hemoglobin
berkurang. Ditandai oleh:
anemia hipokromik mikrositer
besi serum, ferritin serum & saturasi transferin menurun
TIBC yang meningkat
Kadar Hb normal pengecatan besi sumsum tulang yg negatif
sesuai Umur adanya respon pengobatan dg preparat besi.
PREVALENSI ADB PADA ANAK

ADB merupakan masalah nutrisi di seluruh dunia terutama di


negara berkembang & diperkirakan 30% penduduk dunia menderita
anemia & lebih dari setengahnya menderita ADB.
ADB pd bayi & anak di negara berkembang dihubungkan dg
kemiskinan, malnutrisi, infeksi malaria, infestasi cacing tambang,
HIV, defisiensi vitamin A dan asam folat.
Berdasarkan penelitian di Indonesia (SKRT 1992), prevalensi ADB
pada anak balita adalah 55.5%.
Penelitian oleh IDAI pd1.000 anak sekolah di 11 provinsi di
Indonesia menunjukkan prevalensi anemia sebanyak 2025% &
jumlah anak yg mengalami defisiensi besi tanpa anemia jauh lebih
banyak lagi.
ETIOLOGI ADB
1. Kebutuhan yang meningkat
Pertumbuhan (Usia 1 thn pertama & masa remaja)
Menstruasi
2. Kurangnya besi yang diserap
Cadangan zat besi pada waktu lahir tidak cukup (BBLR,
Prematur, gemelli)
Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat (bayi yg
tdk mendapat ASI)
3. Perdarahan
perdarahan saluran cerna, , ulkus peptikum, milk induced
enterophaty
karena obat-obatan (asam asetil salisilat, indometasin,
obat anti inflamasi non-steroid)
infestasi cacing
ETIOLOGI ADB

4. Transfusi feto-maternal
Kebocoran darah kronis ke sirkulasi ibu menyebabkan ADB pd
akhir masa fetus & awal masa neonatus
5. Hemoglobinuria
dijumpai pd anak yg memakai katup jantung buatan. Pada
Paroxismal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) kehilangan besi via
urin rata-rata 1,8-7,8 mg/hari
Iatrogenic blood loss
Pada anak yg banyak diambil darah vena utk pemeriksaan lab
5. Idiopathic pulmonary hemosiderosis
ditandai perdarahan paru hebat & berulang. Keadaan ini dapat
menyebabkan kadar Hb menurun 1,5-3 g/dl dalam 24 jam
Latihan yang berlebihan
Pada atlet yang berolahraga berat seperti olah raga lintas alam,
sekitar 40% remaja perempuan dan 17% remaja laki-laki kadar
feritin serumnya < 10 ug/dl
PATOGENESIS ADB
GEJALA ANEMIA DEFISIENSI BESI
GEJALA UMUM ANEMIA

1. Terjadi bila kadar Hb turun di bawah 7-8 g/dl.


2. Gejalanya berupa:
a. Badan lemah, lesu, cepat lelah
b. mata berkunang-kunang
c. telinga mendenging.
3. Pada ADB, penurunan Hb umumnya terjadi
secara perlahan sehingga sering kali gejala ini
tidak terlalu mencolok dibandingkan dengan
jenis anemia lain yang penurunan kadar
Hbnya berlangsung cepat.
GEJALA KHAS DEFISIENSI BESI

1. Koilonychia (kuku sendok), berupa kuku yang


menjadi rapuh, bergaris-garis vertical dan
menjadi cekung sehingga mirip dengan sendok.
2. Atrofi papil lidah, sehingga permukaan lidah
menjadi licin dan tampak mengkilap
3. Stomatitis angularis, adanya keradangan pada
sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak
berwarna keputihan
4. Dysphagia, nyeri menelan akibat kerusakan epitel
hipofaring.
5. Atrofi mukosa gaster.
GEJALA KHAS DEFISIENSI BESI
GEJALA PENYAKIT DASAR

Beberapa gejala penyakit penyebab yang tampak pada


ADB, misalnya pada anemia akibat penyakit cacing
tambang dijumpai dyspepsia, parotis membengkak, dan
kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.
DAMPAK ADB PADA ANAK
PEMERIKSAAN PENUNJANG ADB
Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit, didapatkan:
penurunan kadar Hb ringan-berat.
Penurunan MCV, MCHC, MCH. Khusus pada
ADB, MCV < 70.
Anisositosis yang ditandai dengan peningkatan
RDW (red cell distribution width).
Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik
mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit,
sel pensil dan kadang sel target. Retikulosit
tampak rendah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG ADB

Kadar besi menurun < 50mg/dl, TIBC meningkat > 350 mg/dl,
dan saturasi transferrin < 15%, serum ferritin < 20 ng/ml.
Reseptor transferrin meningkat pada ADB, tapi normal pada
anemia on chronic disease maupun thalassemia.
Sumsum tulang menunjukkan hyperplasia normoblastik
dengan mikronormoblast yang dominan.
Pengecatan besi sumsum tulang dengan perl`s stain
menunjukkan cadangan besi (butir hemosiderin) yang
negatif.
Nilai retikulosit normal atau menurun
Perlu juga dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mencari
etiologi ADB
DIAGNOSIS ADB

kriteria Kerlin et al sebagai berikut:


Anemia hipokromik mikrositer pada apusan
darah tepi, atau MCV < 80 fl dan MCHC <
31% dengan salah satu dari a, b, c atau d.1
a. Dua dari tiga parameter di bawah ini:
Besi serum <50 mg/dl
TIBC > 350 mg/dl
Saturasi transferrin < 15%
DIAGNOSIS ADB

b. Ferritin serum < 20 g/dl


c. Pengecatan sumsum tulang dengan pearl`s stain
menunjukkan cadangan besi (butir-butir
hemosiderin) yang negatif.
d. Dengan pemberian sulfat ferosus 3 x 200 mg/hari
(atau preparat besi lain yang setara) selama 4
minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih
dari 2g/dl.
DIAGNOSIS BANDING ADB
Parameter ADB ACD Thalassemia Anemia
sideroblastik
MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun
MCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun
Iron serum Menurun Menurun Normal Normal
TIBC Meningkat Menurun Normal Normal
Saturasi Menurun Menurun/N Meningkat Meningkat
transferrin < 15% 10-20% > 20% > 20%
Besi sumsum Negatif Positif Positif kuat (+) dengan ring
tulang sideroblastik
Protophorphyrin Meningkat Meningkat Normal Normal
eritrosit
Ferritin serum Menurun Normal Meningkat Meningkat
level < 20 g/dl 20-200 g/dl
Elektroforesis Normal Normal Hb.A2 Meningkat Normal
hemoglobin
TERAPI ADB

Sulfat ferosus 4-6 mg/kgbb/hari.


Hasil pengobatan terlihat dari kenaikan hitung retikulosit
dan kenaikan kadar Hb 2 g/dl atau lebih setelah 1 bulan
dilanjutkan 2-3 bulan.
Preparat besi parenteral yaitu iron dextran (mengandung
50 mg Fe/ml) dapat diberikan setiap kali suntik 1ml setiap
2-3 hari.
Tranfusi darah hanya diberikan bila kadar Hb kurang dari
4 g/dl
PENCEGAHAN ADB PADA ANAK

1. Konseling pada ibu maupun keluarga terdekat,


untuk membantu memilih bahan makanan dengan
kadar besi yang cukup secara rutin sejak masa bayi
hingga usia remaja.
2. Meningkatkan penggunaan ASI eksklusif.
3. Bila ASI tidak ada, beri PASI yang sudah diberi
fortifikasi besi. Menunda pemakaian susu sapi
sampai usia 1 tahun
4. Memberi makanan PASI mulai 6 bulan yang kaya
zat besi atau sudah difortifikasi.
PENCEGAHAN ADB PADA ANAK

5. Meningkatkan konsumsi besi dr sumber hewani


disertai minum sari buah yang mengandung vitamin
C (asam askorbat) dan menghindari/mengurangi
minum kopi, teh, es teh, minuman ringan yg
mengandung karbonat & minum susu pd saat makan.
6. Suplementasi besi pd bayi cukup bulan mulai usia 6
bulan, dosis 1 mg/KgBB/hari, pada bayi BBLR dimulai
sejak usia 4 bulan, untuk BBL < 1000 gram diberi 4
mg/KbBB/hari, BBL 10001500 gr memerlukan 3
mg/KgBB/hari, BBL 15002000 gr memerlukan 2
mg/KgBB/hari.
PENCEGAHAN ADB PADA ANAK

7. Skrining anemia. Pemeriksaan Hb & Hct pada


bayi normal & cukup bulan dimulai pada usia
912 bulan, dilanjut 6 bulan kemudian dan
setiap tahun antara usia 2 sampai 5 tahun.
Untuk bayi BBLR/bayi kurang bulan skrining
dimulai sblm usia 6 bulan.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : PJKP
Tanggal Lahir : 23 Januari 2014
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sanur, Denpasar
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan : Belum Sekolah
Tanggal MRS : 25 Februari 2015 (pukul 13.20 wita)
Tanggal Pemeriksaan : 28 Februari 2015
No RM : 14.07.23.78
HETEROANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Pucat
Pasien merupakan rujukan dari RSU Dharma Yadnya dengan
diagnosis observasi hemoptoe + anemia gravis.
Pasien diantar oleh kedua orang tuanya. Pucat dikeluhkan
orang tua dan tetangga sejak satu bulan sebelum masuk
rumah sakit dan dikeluhkan sering sakit terutama batuk
sejak 3 bulan terakhir. Pasien dikeluhkan pucat terutama di
bagian wajah dan telapak tangannya.
Batuk yang pasien alami kadang disertai bercak darah saat
batuk yang cukup keras namun dengan jumlah sedikit. Saat
dibawa ke rumah sakit, pasien sudah tidak batuk lagi.
HETEROANAMNESIS
Pasien juga dikatakan lemas, rewel, dan mudah marah
sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu.
Pasien menjadi malas bermain maupun bercanda seperti
biasanya. Keluhan dikatakan tidak membaik walaupun
pasien telah makan maupun istirahat.
Nafsu makan pasien juga dikatakan menurun sejak
kurang lebih 2 bulan yang lalu. Pasien dalam
kesehariannya minum ASI kurang lebih 12x/hari dengan
bubur beras. Pasien jarang memakan daging, telur, sayur-
sayuran hijau dan buah-buahan.
HETEROANAMNESIS
Pasien juga dikatakan sejak sebulan terakhir
makan tanah dan sabun.
Keluhan demam, batuk, serta pilek disangkal.
Riwayat kuning disangkal oleh orang tua pasien.
Buang air besar dan buang air kecil dikatakan
normal. BAK pasien dikatakan berwarna jernih
kekuningan. BAB pasien dikatakan dengan
konsistensi padat berwarna kekuningan. Riwayat
BAB kehitaman dan keluar cacing disangkal
orang tua pasien.
HETEROANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya.
Pasien sering sakit semenjak 3 bulan lalu, keluhan berupa
demam dengan suhu 390C namun turun dengan penurun
panas.
Riwayat alergi, penyakit jantung, kelainan darah, dan asma
disangkal oleh pasien.

Riwayat Pengobatan
Pasien sempat diperiksa dan dilakukan pengecekan darah
lengkap serta foto rontgen thoraks di RSU Dharma Yadnya
dirujuk untuk transfusi, penanganan anemia berat
HETEROANAMNESIS

Riwayat Keluarga
Dikatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit
atau gejala-gejala yang sama dengan penderita, baik itu
dari pihak bapak ataupun dari pihak ibu.
Riwayat sakit jantung, kencing manis, asma, dan tekanan
darah tinggi ataupun sakit lainnya disangkal oleh
keluarga.
HETEROANAMNESIS

Riwayat selama hamil


Selama mengandung penderita, orangtuanya
mengatakan tidak pernah ada masalah dengan
kandungannya.
Orang tua penderita secara rutin sering
memeriksakan kandungannya di rumah sakit.
Usia kehamilan sampai 39-40 minggu. Selama
mengandung ibu tidak pernah mengkonsumsi
jamu-jamuan ataupun obat-obatan secara
sembarangan.
HETEROANAMNESIS

Riwayat kelahiran
Penderita merupakan anak pertama. Penderita lahir
secara normal dibantu bidan. Berat badan lahir 3200 gram
dan panjang badan saat lahir yaitu 52 cm.
Pada saat lahir dikatakan tidak ada komplikasi apapun.
HETEROANAMNESIS
Riwayat nutrisi
ASI : 0 12 bulan
Bubur Susu : 6 bulan 8 bulan
Bubur nasi : 6 bulan -12 bulan

Riwayat Imunisasi
BCG : 1x
DPT : 3x
Polio : 4x
Hepatitis B : 4x
Campak 1x
HETEROANAMNESIS

Riwayat tumbuh kembang


Menegakkan kepala : 3 bulan
Membalik badan : 3 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 7 bulan
Berdiri : 11 bulan

Riwayat Sosial
Pasien adalah anak pertama. Pasien merupakan
anak yang aktif.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 140 x/menit, reguler
Respirasi : 40 x/menit, reguler.
Temperatur Axial : 36,50C
Berat Badan : 8,3 kg
Panjang Badan : 72 cm
Berat Badan Ideal : 8,8 kg
Lingkar Kepala : 41 cm
Status gizi
Waterlow : 94 % (gizi baik)
PEMERIKSAAN FISIK

Status General :
Kepala : Normocephali (LK=41), rambut hitam tidak
mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva pucat +/+, ikterus -/-, refleks Pupil
+/+ isokor, cowong -/-, edema palpebra -/-.
THT : Nafas cuping hidung (-), sianosis (-), epistaksis (-),
perdarahan gusi (-), mukosa bibir pucat (+),
Leher: Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar (-).
PEMERIKSAAN FISIK

Thorak :
I : Simetris saat statis maupun dinamis (+/+), retraksi (-),
besar (kesan Normal).
P : Vokal fremitus normal.
P : Sonor/sonor
A : Cor : S1 S2 N regular murmur (-)
Po : bronkovesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Abdomen :
I : cembung
A : Bising usus (+) normal.
P : Timpani (+)
P : hepar just palpable dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
turgor kembali cepat
PEMERIKSAAN FISIK

Extremitas :
Akral hangat ++/++
Edema --/--
Capillary refill time 2 detik
Refleks Patologis :
refleks Babinski -/-
Kernig -/-
Brudzinki I -/-
Brudzinki II -/-
Parameter 25/2/2015 Remark Nilai Normal

WBC (x 103/uL) 13,95 6,0 14,0


Neutrophil (%) 43,10 18,5 47,5
Limfosit (%) 47,6 30,0 64,3
Monosit (%) 3,20 0,00 7,10
Eosinofil (%) 1,40 0,00 5,00
Basophil (%) 0,10 0,00 1,50
Neutrofil (#) 6,01 1,10 6,80
Limfosit (#) 6,63 1,80 9,00
Monosit (#) 0,44 0,00 1,20
Eosinofil (#) 0,20 0.00 0,70
Basofil (#) 0,01 0,00 0,15
RBC (x 103/uL) 2,33 Rendah 4,10 5,30
HGB (g/dl) 3,30 Rendah 12,0 16,0
HCT (%) 15,40 Rendah 36,0 49,0
MCV (fl) 66,10 Rendah 78,0 102,0
MCH (pg) 14,30 Rendah 25,0 35,0
MCHC (g/dl) 21,60 Rendah 31,0 36,0
RDW (%) 15,70 11,6 18,7
PLT (x 103/uL) 479 Tinggi 140 440
RETIC (%) 2,00 0,50 2,50
RETIC (x 109/L) 46,50 22 139
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hapusan Darah Tepi (25/2/2012)


Eritrosit : hipokromik mikrositer,
anisopoikilositosis (sel ovalosit, sel target).
Leukosit : kesan jumlah normal, diferensiasi
normal, sel muda (-).
Thrombosit : kesan jumlah sedikit meningkat,
giant trombosit (-).
Kesan : anemia hipokromik, reaktif
trombositosis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kimia Klinik
Parameter 26/02/2015 Remark Nilai Normal
Serum Iron 11,90 Rendah 40-100

(g/dL)
TIBC (g/dL) 533 Tinggi 100-400

Imunologi
Parameter 27/02/2015 Remark Nilai Normal
Feritin (ng/mL) 11,82 Rendah 13-150
Radiologi (25/2/2015)
Foto Thorax AP

Cor: besar dan ukuran normal


(CTR : 54%)
Pulmo: Corakan bronkovaskuler
normal
Sinus pleura kanan dan kiri tajam
Diafragma kanan dan kiri normal
Tulang-tulang tidak tampak
kelainan
Kesan : Cor dan Pulmo dalam
keadaan normal.
DIAGNOSIS KLINIS

Anemia Hipokromik Mikrositer et


causa Suspek Anemia Defisiensi Besi
dd/ Penyakit Kronis + Gizi Baik
PENATALAKSANAAN SAAT MRS

Kebutuhan cairan 830 cc/hari


Pasien mampu minum ASI on demand
Kebutuhan kalori 830 kkal/hari
Kebutuhan protein 16,6 gram/hari
Persiapan transfusi PRC dengan Hb
target 10 g/dl
PLANNING MONITORING

Vital Sign
Keluhan
Laporan Perkembangan Penderita
Tanggal Perkembangan Harian Terapi
26/02/2015 S : Demam (-), batuk (-), pucat (+), gerak aktif (+), BAB/BAK (+). Tx
Kebutuhan cairan
O : St. present 830cc/hari ~ mampu
Ass: Kesadaran : Compos Mentis minum seluruhnya (ASI
on demand)
Nadi : 124x/menit, isi cukup, reguler Kebutuhan kalori 830
kkal/hari
RR: 32x/menit
Kebutuhan protein 16,6
Tax: 36,5 0C gram/hari
Transfusi PRC dengan
St. general Hb target 10 g/dl
(profilaksis furosemid 5
Kepala : Normocephali
mg iv sebelum transfusi)
Mata : An (+/+),ikt (-/-), edema palpebra (-), cowong (-/-) I = 25 cc (selang 24 jam)
II = 45 cc
THT : NCH (-), sekret (-), faring hiperemis (-) III= 60 cc
IV = 80 cc
Thorax : Simetris (+), retraksi (-)
Mx
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-) Vital sign
Pdx
Po : broncovesikuler +/+, wh -/-, rh-/- -DL post transfusi
Abd : Distensi (-), NT (-), BU (+) normal

Ext : Hangat (++/++), edema (--/--)

Anemia Berat Hipokromik Mikrositer ec Suspek Anemia Defisiensi


Besi, DD/ Anemia Penyakit Kronis + Gizi Baik
27/02/2015 S : Demam (-), batuk (-), pucat (+), gerak aktif (+), BAB/BAK Tx
(+). Kebutuhan cairan
O :
830cc/hari ~ mampu
St. present
Ass: minum seluruhnya
Kesadaran : Compos Mentis (ASI on demand)
Kebutuhan kalori
Nadi : 124x/menit, isi cukup, reguler 830 kkal/hari
RR: 30x/menit Kebutuhan protein
16,6 gram/hari
Tax: 36,5 0C Transfusi PRC
St. general dengan Hb target 10
g/dl
Kepala : Normocephali (profilaksis furosemid
5 mg iv sebelum
Mata : An (+/+),ikt (-/-), edema palpebra (-), cowong (-/-)
transfusi)
THT : NCH (-), sekret (-), faring hiperemis (-) II = 45 cc
III= 60 cc
Thorax : Simetris (+), retraksi (-)
IV = 80 cc
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-) Mx
Vital sign
Po : broncovesikuler +/+, wh -/-, rh-/- Pdx
Abd : Distensi (-), NT (-), BU (+) normal DL post transfusi

Ext : Hangat (++/++), edema (--/--)

Anemia Berat Hipokromik Mikrositer ec Suspek Anemia


Defisiensi Besi, DD/ Anemia Penyakit Kronis + Gizi Baik
28/02/2015 S : Demam (-), batuk (-), pucat (+), gerak aktif (+), BAB/BAK (+). Tx
Kebutuhan cairan
O: St. present 830cc/hari ~ mampu
Ass: Kesadaran : Compos Mentis minum seluruhnya (ASI
on demand)
Nadi : 124x/menit, isi cukup, reguler Kebutuhan kalori 830
kkal/hari
RR: 32x/menit
Kebutuhan protein 16,6
Tax: 36,7 0C gram/hari
Transfusi PRC dengan
St. general Hb target 10 g/dl
(profilaksis furosemid 5
Kepala : Normocephali
mg iv sebelum transfusi)
Mata : An (+/+),ikt (-/-), edema palpebra (-), cowong (-/-) III= 60 cc
IV = 80 cc
THT : NCH (-), sekret (-), faring hiperemis (-) -Suplemen iron 5 mg/kg
BB/hari ~40 mg~4 ml @
Thorax : Simetris (+), retraksi (-)
24 jam (oral Ferlin syrup)
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-) Mx
Vital sign
Po : broncovesikuler +/+, wh -/-, rh-/- Pdx
DL post transfusi
Abd : Distensi (-), NT (-), BU (+) normal
Evaluasi SI, TIBC,
Ext : Hangat (++/++), edema (--/--)
Ferritin setelah 2 minggu
Anemia Berat Hipokromik Mikrositer ec Suspek Anemia Defisiensi (tanggal 14/03/2015)

Besi, DD/ Anemia Penyakit Kronis + Gizi Baik


1/03/2013 S : Demam (-), batuk (-), pucat (+), gerak aktif (+), BAB/BAK (+). Tx
Kebutuhan cairan
O : St. present 830cc/hari ~ mampu
Ass: Kesadaran : Compos Mentis minum seluruhnya (ASI
on demand)
Nadi : 110x/menit, isi cukup, reguler Kebutuhan kalori 830
kkal/hari
RR: 24x/menit
Kebutuhan protein 16,6
Tax: 36,6 0C gram/hari
Transfusi PRC dengan
St. general Hb target 10 g/dl
(profilaksis furosemid 5
Kepala : Normocephali
mg iv sebelum transfusi)
Mata : An (+/+),ikt (-/-), edema palpebra (-), cowong (-/-) IV = 80 cc
-Suplemen iron 5 mg/kg
THT : NCH (-), sekret (-), faring hiperemis (-) BB/hari ~40 mg~4 ml @
24 jam (oral Ferlin syrup)
Thorax : Simetris (+), retraksi (-)
Mx
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-) Vital sign
Pdx :
Po : broncovesikuler +/+, wh -/-, rh-/- DL post transfusi
Evaluasi SI, TIBC,
Abd : Distensi (-), NT (-), BU (+) normal
Ferritin setelah 2 minggu
Ext : Hangat (++/++), edema (--/--) (tanggal 14/03/2015)

Anemia Berat Hipokromik Mikrositer ec Suspek Anemia Defisiensi


Besi, DD/ Anemia Penyakit Kronis + Gizi Baik
2/03/2013 S : Demam (-), batuk (-), pucat (+), lemas (-), makan dan minum biasa, Tx
BAB/BAK (+). Kebutuhan cairan
O : 830cc/hari ~ mampu
St. present minum seluruhnya (ASI
Ass:
Kesadaran : Compos Mentis on demand)
Kebutuhan kalori 830
Nadi : 110x/menit, isi cukup, reguler kkal/hari
Kebutuhan protein 16,6
RR: 28x/menit
gram/hari
Tax: 36,7 0C Transfusi PRC dengan
Hb target 10 g/dl
St. general (profilaksis furosemid 5
mg iv sebelum transfusi)
Kepala : Normocephali
IV = 80 cc
Mata : An (-/-),ikt (-/-), edema palpebra (-), cowong (-/-) -Suplemen iron 5 mg/kg
BB/hari ~40 mg~4 ml @
THT : NCH (-), sekret (-), faring hiperemis (-) 24 jam (oral Ferlin syrup)
Mx
Thorax : Simetris (+), retraksi (-)
Vital sign
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-) Pdx :
DL post transfusi
Po : broncovesikuler +/+, wh -/-, rh-/- Evaluasi SI, TIBC,
Ferritin setelah 2 minggu
Abd : Distensi (-), NT (-), BU (+) normal
(tanggal 14/03/2015)
Ext : Hangat (++/++), edema (--/--)

Anemia Berat Hipokromik Mikrositer ec Suspek Anemia Defisiensi


Besi + gizi baik
PEMBAHASAN

Kasus Teori

Pasien dikeluhkan pucat sejak 1 Gejala anemia defisiensi besi


bulan SMRS serta menjadi malas diantaranya berupa: pucat,
beraktivitas, rewel, cepat marah, lemah, lesu, cepat lelah, makan
dan cepat merasa lelah makanan yang tidak biasa
Pucat terutama di bagian wajah (pica) yaitu tanah dan sabun,
dan telapak tangannya. serta nafsu makan menurun
dengan kebiasaan
Pasien juga dikeluhkan mengkonsumsi bubur beras
mengalami penurunan nafsu dengan jarang mengkonsumsi
makan sejak 2 bulan lalu makan yang mengandung zat
Pasien masih diberikan ASI dan besi.
biasanya makan bubur beras dan Dari hasil pemeriksaan fisik
jarang mengkonsumsi daging, pada penderita anemia
telur, buah, maupun sayur. defisiensi besi biasanya
Sejak sebulan terakhir dikatakan didapatkan bahwa konjungtiva
makan tanah dan sabun. palpebra tampak pucat/anemis.
PEMBAHASAN
Kasus Teori
Kadar Hb, HCT, MCV, Sesuai dengan
MCH, dan MCHC yang gambaran anemia
lebih rendah dari defisiensi besi yang
batas normal. termasuk dalam
anemia hipokromik
Hb (3,3), MCV mikrositer.
(66,10), MCH (14,30), Pada anemia
dan MCHC (21,60) hipokromik
mikrositer
didapatkan kadar
MCV < 80 fl, MCH <27
pg.
PEMBAHASAN
Kasus Teori
Terjadi penurunan Kadar besi menurun
serum Fe menjadi menjadi < 50mg/dl,
11,90 mg/dl, TIBC TIBC meningkat >
533 mg/dl, dan 350 mg/dl, dan
penurunan serum saturasi trans ferrin <
feritin menjadi 11,82 15%. Ferritin serum
ng/mL. juga menurun
menjadi < 20 g/dl
PEMBAHASAN
Kasus Teori
Pasien diberikan Ferriz Pada pasien dengan
Syrup yang mengandung anemia defisiensi besi
Fe elemental 10 mg/mL terapi dilakukan dengan
sebanyak 1 x 4 ml perhari. memberikan besi
elemental dengan dosis 4-
Transfusi PRC karena Hb 6 mg/kg BB/hari.
pasien 3,3 g/dl. Target Hb Pemberian parenteral
yang ingin dicapai sebesar dilakukan bila pemberian
10 g/dl. oral gagal
Pemberian transfusi PRC
karena Hb pasien <4 g/dl
(indikasi)
SIMPULAN

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya


cadangan besi tubuh sehingga penyediaan besi untuk eritropoiesis
berkurang, yang pada akhirnya menyebabkan pembentukan
hemoglobin berkurang.
Ditandai oleh :
Anemia hipokromik mikrositer
Besi serum menurun,
TIBC meningkat
Penurunan saturasi transferrin
Ferritin serum yang menurun
Pengecatan besi sumsum tulang negatif
Adanya respon pengobatan dengan preparat besi.
SIMPULAN
Untuk menegakkan diagnosis ADB harus dilakukan anamnesis yang
cermat terhadap kemungkinan etiologinya, dan juga pemeriksaan
fisik yang teliti guna mengetahui adanya gejala-gejala khas ADB
pada pasien, disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat.
Diagnosis banding dari anemia defisiensi besi adalah anemia akibat
penyakit kronik, thalassemia, dan anemia sideroblastik.
Terapi anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi per oral
yang dianjurkan yaitu sulfas ferous 4-6 mg/kgbb/hari.
Hasil pengobatan terlihat dari kenaikan hitung retikulosit dan
kenaikan kadar Hb 2 g/dl atau lebih setelah 1 bulan.
TERIMA KASIH

Você também pode gostar