Você está na página 1de 25

Asuhan Keperawatan

ERITRODERMA

Di Susun oleh :
MAHASISWA STIKES
MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
Anatomi
Kulit mepunyai tiga lapisan utama :
 Epidermis
 Dermis
 Jaringan sub kutis

1. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap
diferensiasi pematangan.Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap
kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme
penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel – sel baru yang
bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan
mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan
dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih
gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.

Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :


 Stratum Korneum
 Stratum lusidum
 Stratum Granulosum
 Stratum Spinosum / Stratum Akantosum
 Stratum Basal / Germinativum
Lanjutan…..
2. Dermis terdiri dari 2 lapisan :
a. Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris )
b. Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis )
Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat longgar yang
tersusun dari serabut – serabut kolagen , serabut elastis dan serabut
retikulus
 Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis
memberikan kelenturan pada kulit.
 Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan
memberikan kekuatan pada alat tersebut.
3 Subkutis
Terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan diantara gerombolan
ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis.
Fungsi kulit adalah
 Proteksi – Pengatur suhu
 Absorbsi – Pembentukan pigmen
 Eksresi – Keratinisasi
 Sensasi – Pembentukan vit D
( Syaifuddin , 1997 : 141 – 142 )
Pengertian

Eritroderma ( dermatitis
eksfoliativa ) adalah
kelainan kulit yang ditandai
dengan adanya eritema
seluruh / hampir seluruh
tubuh , biasanya disertai
skuama.

( Arief Mansjoer , 2000 : 121 ).


dan
(http://www.iqb.es/dermato
logia/atlas/d_atopica/ato
pica26.htm )
ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya,penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok
:
1) Eritroderma eksfoliativa primer
Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini
eritroderma iksioformis konginetalis dan eritroderma eksfoliativa
neonatorum(5–10 % ).
2) Eritroderma eksfoliativa sekunder
 Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya
, sulfonamide , analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin.
 Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat terjadi pada liken
planus , psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus ,
dermatitis seboroik dan dermatitis atopik.
 Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma.
Eritroderma Eksfoliativa Neonatorum ( Morbus Ritter)
Penyakit ini jarang di jumpai. Dapat timbul pada minggu-minggu
pertama sesudah lahir. Disamping eritema dan diskuamasi juga tampak
vesikel dan bula,pustula dan erosi.

( Rusepno Hasan 2005 : 239 )


Bentuk- bentuk dari Eritroderma

 Eritroderma
deskuamativum

 Eritroderma Eksfoliativa
Neonatorum

(http://www.iqb.es/dermatologi
a/atlas/d_atopica/atopica26.
htm )
Lanjutan….

 merupakan eritema
seluruh tubuh

 merupakan eritema di
sebagian tubuh
Patofisiologi

 Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling
luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan
keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas ,
sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang
nyata pada keseluruh tubuh.

 Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan
kulit sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel – sel yang baru
terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak
jaringan epidermis yang profus.

 Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik (
alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee
imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah
tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya
berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang
berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum /
protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang
tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.
( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 )
Manifestasi Klinik
1) Eritroderma akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul
secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh
,sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan.
2) Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering adalah psoriasis
dan dermatitis seboroik pada bayi (Penyakit Leiner ).
 Eritroderma karena psoriasis
Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis
dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi
daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan
pitting nail.
 Penyakit Leiner ( eritroderma deskuamativum )
Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa
keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama
kasar.
3) Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan
adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal. Termasuk
dalam golongan sindrom Sezary.

( Arif Mansjoer , 2000 : 121 )


PEMERIKASAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada eritroderma adalah :
 Biopsi kulit, sangat diperlukan dan harus dilakukan dalam 2

daerah yang terpisah.


 Hitung darah lengkap,profil kimia dan radiograf toraks dapat bermanfaat.
 Pemeriksaan darah tepi untuk sel Sezary mungkin diperlukan.
 Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan eusinofilia pada dermatitis
exfoliativa oleh karena dermatitis atopik.
 Gambaran lainnya adalah sedimen yang meningkat, turunnya albumin
serum dan globulin serum yang relatif meningkat, serta tanda disfungsi
kegagalan jantung dan intestinal (tidak spesifik).
( Jay, H, Stein,1998 : 499 dan
http://74.125.153.132/search?
q=cache:Ni1o96hQknMJ:rusari.com
Penatalaksaan medis
 Diet tinggi protein
 Sistemik
- Golongan 1 : kortikosteroid (prednison 3-4 x 10mg). Penyembuhan
beberapa hari sampai beberapa minggu.
- Golongan 2 : kortikosteroid (prednison 4 x 10-15 mg). Bila terjadi
akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis,obat harus dihentikan.
Penyembuhan terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
- Penyakit Leiner : kortikosteroid (prednison 3 x 1-2 mg ).
- Sindrom Sezary : kortikosteroid (prednison 30 mg ) dan sitostatik
(klorambusil 2-6 mg ).
• Topikal : salep lanolin 10%
( Arief, Mansjoer, 2000: 122 )
Komplikasi

Komplikasi pada eritroderma eksfoliativa sekunder :


- Abses - Limfadenopati
- Furunkulosis - Hepatomegali
- Konjungtivitis - Rinitis
- Stomatitis - Kolitis
- Bronkitis

(Ruseppo Hasan, 2005 : 239 dan Marwali


Harahap,2000,28)
Pengobatan

Pengobatan medis pada eritroderma yaitu :


1. Hentikan semua obat yang mempunyai potensi menyebabkan terjadinya
penyakit ini .
2. Rawat pasien di ruangan yang hangat.
3. Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah medis sekunder (misalnya
dehidrasi, gagal jantung, dan infeksi)
4. Biopsi kulit untuk menegakkan diagnosis pasti.
5. Berikan steroid sistemik jangka pendek(bila pada permulaan sudah dapat
didiagnosis adanya psoriasis, maka mulailah mengganti dengan obat-obat anti-
psoriasis.
6. Mulailah pengobatan yang diperlukan untuk penyakit yang
melatarbelakanginya.

Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan


I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x 10 mg-
4 x 10 mg.
Lanjutan…
Pengobatan tradisional pada
eritroderma yaitu :
 Mahkota Dewa
Ekstrak daging buahnya berkhasiat
sebagai antihistamin, antialergi,
bersifat sitotoksik.
Mahkota dewa saat dilakukan
analisa dan penelitian dapat
mengatasi gatal-gatal dan penyakit
kulit karena alergi.

 Pisang
Bagian dalam dari kulit pisang
yang sudah matang,sangat berguna
untuk kulit kemerahan pada alergi.
Prognosis

Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena


alergi obat secara sistemik, prognosisnya baik.
Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat
dibandingkan golongan yang lain.
Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya,
pengobatan dengan kortikosteroid hanya mengurangi
gejalanya, penderita akan mengalami ketergantungan
kortikosteroid. Sedangkan, pada Sindrom Sezary
buruk,kematian disebabkan infeksi.
(http://irwanashari.blogspot.com)
Tinjauan teoritis keperawatan pada klien eritRoderma
 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang
mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat menjadi
tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang
diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.
 Anamnesa
 Jenis kelamin

Biasanya laki – laki 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.


 Riwayat kesehatan

- Riwayat penyakit dahulu ( RPM )


Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien
planus, psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfig foliaseus ,
dermatitis.Seboroik dan dermatosiss atopik , limfoblastoma.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama
kulit.
Pola fungsi GORDON
1. Pola Nutrisi dan metabolisme
Terjadinya kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan
Keseimbangan nitrogen yang negative mempengaruhi
keseimbangan cairan tubuh pasien ( dehidrasi ).
2. Pola persepsi dan konsep diri
- Konsep diri
Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa
kepingan /Lembaran zat tanduk yang besar – besar seperti
keras selafon pembentukan skuama sehingga mengganggu
harga diri.
 Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan
oleh obat.
e. Abdomen
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
f. Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g. Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi
ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi.Adanya
eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.

( Marwali Harahap , 2000 : 28 – 29 : Rusepno Hasan , 2005 : 239 , Brunner &


Suddarth , 2002 : 1878 ).
Diagnosa keperawatan

Menurut Doenges (1999 : )


• Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan lesi dan respon peradangan
• Gangguan rasa nyaman : gatal berhubungan
dengan adanya bakteri / virus di kulit
• Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
hipoproteinemia
Intervensi Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan lesi dan respon peradangan

Intervensi mandiri :
 Kaji keadaaan kulit secara umum
 Anjurkan pasien untuk tidak mencubit atau
menggaruk daerah kulit
 Pertahankan kelembaban kulit
 Kurangi pembentukan sisik dengan pemberian
bath oil
 Motivasi pasien untuk memakan nutrisi TKTP
2. Gangguan rasa nyaman : gatal berhubungan dengan adanya
bakteri / virus di kulit

Intervensi mandiri :
 Beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal
 Mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl
 Oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai
Nacl
 Jaga kebersihan kulit pasien

Kolaborasi :
 Dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
hipoproteinemia

Intervensi mandiri
 Monitor TTV

 Kaji tanda – tanda infeksi

 Motivasi pasien untuk meningkatkan nutrisi TKTP

 Jaga kebersihan luka

Kolaborasi
 Dalam pemberian antibiotik
Evaluasi
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon peradangan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas kuit
kembali seperti semula  (normal)
Kriteria hasil : - menunjukkan peningkatan integritas kulit
- menghindari cidera kulit

2. Gangguan rasa nyaman : gatal berhubungan dengan adanya bakteri / virus


di kulit
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi luka
pada kulit karena gatal
Kriteria hasil : - tidak terjadi lecet di kulit
-pasien berkurang gatalnya

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hipoproteinemia


Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan
diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda – tanda infeksi
- tidak timbul luka baru
Daftar pustaka

 Brunner dan Suddarth vol 3 , 2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH,


Jakarta : EGC

 Doenges  M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan


dokumentasi perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC

 Harahap Marwali 2000 , Ilmu Penyakit Kulit , Jakarta : Hipokrates

 Hasan Rusepno 2005 , Ilmu Keperawatan Anak , Jakarta : FKUI

 Mansjoer , Arief , 2000 , Kapita Selekta Kedokteran , Jakarta : EGC

 Syaifudin , 1997 , anatomi Fisiologi , Jakarta : EGC

  http://74.125.153.132/search?q=cache:Ni1o96hQknMJ:rusari.com
 http://www.iqb.es/dermatologia/atlas/d_atopica/atopica26.htm

Você também pode gostar