Você está na página 1de 46

Alergi/Intoleransi dan Autisme

Oleh:
1. Nur Hujaifah
2. Reisye Chaerunnisa
Definisi Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai


dengan kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku terbatas,
berulang-ulang dan karakter stereotip. Gejala autis muncul sebelum 3 tahun
pertama kelahiran sang anak.
Perilaku autistik menurut Handojo (2003),
digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:

Perilaku yang eksesif Perilaku yang defisit


(berlebihan) (berkekurangan)

Perilaku yang hiperaktif Gangguan bicara


Tantrum (mengamuk) Perilaku sosial kurang sesuai
Menjerit Bermain tidak benar
Menyepak Emosi tanpa sebab
Menggigit Tertawa tanpa sebab
Mencakar dan memukul Menangis tanpa sebab
Sering menyakiti diri
sendiri.
Penyebab Autis

Genetik Kandungan

Kelahiran Lingkungan

Obat-obatan Makanan
Genetik

Gen menjadi faktor kuat yang menyebabkan anak


autis.
Jika dalam satu keluarga memiliki riwayat menderita
autis, maka keturunan selanjutnya memiliki peluang
besar untuk menderita autis.
Hal ini disebabkan karena terjadi gangguan gen yang
memengaruhi perkembangan, pertumbuhan dan
pembentukan sel-sel otak.
Kandungan
Virus
Pemicu autisme dalam kandungan dapat disebabkan oleh virus
yang menyerang pada trimester pertama, yaitu virus syndroma
rubella.
Lingkungan
Polusi udara berdampak negatif pada perkembangan otak dan
fisik janin sehingga meningkatkan kemungkinan bayi lahir
dengan risiko autis.
Komplikasi Kehamilan hingga mengalami perdarahan
Kondisi ini menyebabkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan otak janin
Kelahiran
Bayi lahir dengan berat rendah, prematur, dan lama dalam
kandungan (lebih dari 9 bulan) berisiko mengidap
autisme. Selain itu, bayi yang mengalami gagal napas
(hipoksa) saat lahir juga berisiko mengalami autis.
Lingkungan
Bayi yang lahir sehat belum tentu tidak mengalami autisme.
Faktor lingkungan (eksternal) juga bisa menyebabkan bayi
menderita autisme, seperti lingkungan yang penuh tekanan
dan tidak bersih.
Lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan bayi alergi
melalui ibu. Karena itu, hindari paparan sumber alergi
berupa asap rokok, debu atau makanan yang menyebabkan
alergi
Obat-obatan
Obat-obatan untuk mengatasi rasa mual, muntah, ataupun penenang
yang dikonsumsi ibu hamil berisiko menyebabkan anak autis.
Karena itu, Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
sebelum mengonsumsi obat-obatan jenis apa pun saat hamil.
Selain itu, paparan obat-obatan opium (penghilang rasa nyeri) dapat
mengganggu perkembangan saraf sehingga otak pun tidak berkembang
dengan baik.
Bahkan, paparan merkuri juga memicu timbulnya autisme pada
bayi. Merkuri bisa berasal dari: saat Anda mengonsumsi ikan yang
terkontaminasi merkuri, penggunaan kosmetik yang mengandung
merkuri, bahan-bahan perawatan tubuh bayi yang berkomposisi
merkuri, dan sebagainya.
Makanan
Zat kimia yang terkandung dalam makanan sangat berbahaya
untuk kandungan. Salah satunya, pestisida yang terpapar
pada sayuran, Diketahui bahwa pestisida mengganggu fungsi
gen pada saraf pusat, menyebabkan anak autis.
Tanda, Gejala dan Diagnosis Autisme

Komunikasi

Keterampilan Sosial

Reaksi terhadap lingkungan sekitar


Komunikasi
Tidak berbicara atau sangat terbatas.
Kehilangan kata-kata sebelum bisa mengatakan.
Kesulitan mengekspresikan keinginan dan kebutuhan dasar.
Kurang dapat membangun kosakata.
Bermasalah mengikuti arah atau menemukan benda-benda
yang bernama.
Mengulangi apa yang dikatakan (echolalia).
Bermasalah menjawab pertanyaan.
Ucapan yang terdengar berbeda karena nada tinggi.
Keterampilan Sosial
Kontak mata buruk dengan orang atau benda.
Kurang dalam bermain keterampilan.
Menjadi terlalu fokus pada suatu topik atau benda-benda yang
menarik bagi mereka.
Masalah dalam berteman.
Menangis,marah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang
diketahui atau pada waktu yang salah.
Menyukai sentuhan atau pelukan.
Reaksi Terhadap Lingkungan Sekitar
Gerakan tangan goyang, mengepakkan atau lainnya (bergerak
sendiri tanpa disadari).
Tidak memperhatikan hal-hal yang dilihat atau didengar.
Bermasalah terhadap perubahan dalam rutinitas.
Menggunakan benda-benda dengan cara yang tidak biasa.
Tidak takut terhadap bahaya nyata.
Menjadi sangat sensitif atau tidak cukup sensitif terhadap sentuhan,
cahaya, atau suara (misalnya, tidak menyukai suara keras atau hanya
merespons ketika suara yang sangat keras, disebut juga gangguan
integrasi sensorik).
Kesulitan makan (hanya menerima makanan yang dipilih, menolak
tekstur makanan tertentu).
Gangguan tidur.
Terapi autis

Terapi dan intervensi perilaku dirancang untuk memperbaiki gejala


spesifik dan dapat meningkatkan perkembangan anak secara
substansial. Rencana perawatan yang ideal dengan terapi yang
terkoordinasi dan intervensi yang memenuhi kebutuhan spesifik dari
masing-masing anak. Para profesional kesehatan sepakat bahwa
intervensi awal terhadap anak autis, akan membuat perkembangannya
semakin baik.
Pengobatan
Risperidone.
Obat Aripiprazole
Antipsikotik

Prozac.
Sarafem.
Celexa.
Anti Depresi
Cipramil.

Ritalin.
Obat stimulants Adderall
dan hiperaktivitas

Secretin
Obat gangguan Chelation
pencernaan
Terapi lain

Ada sejumlah terapi kontroversial atau intervensi yang


tersedia, tetapi hanya sedikit, jika ada, maka harus didukung
oleh penelitian ilmiah. Orang tua harus berhati-hati sebelum
mengadopsi setiap perawatan. Meskipun intervensi diet telah
membantu pada beberapa anak, orang tua harus
memperhatikan status gizi anak mereka.
Prognosis
Autisme merupakan kondisi yang menantang untuk anak-anak dan
keluarga mereka, tetapi prospek saat ini jauh lebih baik daripada
generasi masa lalu. Pada saat itu, sebagian besar orang dengan
autisme ditempatkan di suatu lembaga.
Kini, dengan terapi yang tepat, banyak gejala autisme dapat
dilakukan perbaikan, meskipun sebagian besar orang akan
memiliki beberapa gejala sepanjang hidup mereka. Kebanyakan
orang dengan autisme dapat hidup dengan keluarga mereka atau di
masyarakat. Secara keseluruhan prognosis autis tergantung pada
tingkat keparahan autisme dan tingkat terapi orang yang
menerima.
Alergi/intoleransi makanan
Hipersensitif
terhadap makanan
(adverse reaction
to food)

Tidak diperantarai
Diperantarai sistem
sistem imun
imun (alergi)
(intoleransi)

mediasi IgE mediasi non IgE Farmakologi

campuran mediasi sel Metabolik

Toksin

Idiopatik
Alergi makanan
Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai
banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi
terhadap makanan. Dalam beberapa kepustakaan alergi
makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap
makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I
dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasaranya adalah
reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.
Batasan lebih jelas dibuat oleh American Academy of
Allergy and immunology,The National Institute of
Allergy and infections disease yaitu:

Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions)


Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini dapat
merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifitas) atau intoleransi makanan.

Allergy makanan (Food Allergy)


Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini melalui
reaksi hipersensitifitas tipe 1.

Intoleransi Makanan (Food intolerance)


Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar
penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat
yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik (misalnya toksin yang disekresi oleh
Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang
terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada
pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase atau respon idiosinkrasi pada pejamu
Gejala dan tanda
Manifestasi alergi pada bayi baru lahir
hingga 1 tahun
ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA
1 Sistem Pernapasan Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of The newborn),
cold-like respiratory congestion (napas berbunyi/grok-grok).

2 Sistem Pencernaan sering rewel/colic malam hari, hiccups (cegukan), sering


ngeden, sering mulet, meteorismus, muntah, sering
flatus, berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna
darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia umbilikalis,
scrotalis atau
inguinalis.

3 Telinga Hidung Tenggorok Sering bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung berlebihan.
Cairan telinga berlebihan. Tangan sering menggaruk atau
memegang telinga.
4 Sistem Pembuluh Darah Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri
dan jantung dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah

5 Kulit Erthema toksikum. Dermatitis atopik, diapers


dermatitis. urticari
a, insect bite, berkeringat berlebihan.

6 Sistem Saluran Kemih Sering kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol)
Frequent, urgent or painful urination; inability to
control bladder; bedwetting; vaginal discharge; itching,
swelling, redness or pain in genitals; painful
intercourse.
7 Sistem Susunan Saraf Pusat Sensitif, sering kaget dengan rangsangan suara/cahaya,
gemetar, bahkan hingga kejang.

8 Mata Mata berair, mata gatal, kotoran mata berlebihan, bintil


pada mata, conjungtivitis vernalis.
Manifestasi pada anak lebih dari 1
tahun
ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA
1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung buntu, sesak(astma), sering
menggerak-gerakkan /mengusap-usap hidung
2 Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering buang air besar (>3 kali/perhari), gangguan buang
air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak
berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit
berak, sering flatus, sariawan, mulut
berbau.
3 Telinga Hidung Tenggorok Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip,
epitaksis, salam alergi, rabbit nose, nasal
creases Tenggorok : tenggorokan
nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek
(berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/
bergemuruh/berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga
dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan
pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi
cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan.
Sistem Pembuluh Darah dan Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps,
jantung pingsan, tekanan darah rendah,
Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru
kehitaman, bekas hitam seperti digigit nyamuk, berkeringat
berlebihan.

Sistem Saluran Kemih dan Nyeri, urgent atau sering kencing, nyeri kencing, bed
kelamin wetting(ngompol); tidak mampu mengintrol kandung kemih;
mengeluarkan cairan di vagina; gatal, bengkak atau nyeri pada alat
kelamin. Sering timbul infeksi saluran kencing

Sistem Susunan Saraf Pusat NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala, migrain, kejang gangguan
tidur.
NEUROANATOMIS FISIOLOGIS: Gangguan perilaku : emosi
berlebihan, agresif, impulsive, overaktif, gangguan belajar, gangguan
konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif hingga autisme.

Jaringan otot dan tulang Nyeri tulang, nyeri otot, bengkak di leher
Mata Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata. Allergic shiner
(kulit di bawah mata tampak ke hitaman).
Hubungan Alergi dan Autisme
Hubungan alergi makanan dan Autisme dapat dijelaskan
karena adanya pengaruh alergi makanan terhadap fungsi otak.
Patofisiologi dan patognesis (proses terjadinya
penyakit) alergi mengganggu sistem susunan saraf pusat
khususnya fungsi otak masih belum banyak terungkap.
Namun ada beberapa kemungkinan mekanisme yang bisa
dijelaskan, diantaranya adalah :
Prognosis
Alergi makanan biasanya akan membaik pada usia tertentu.
Setelah usia 2 tahun biasanya imaturitas saluran cerna akan
membaik.
Sehingga setelah usia tersebut gangguan saluran cerna karena
alergi makanan juga akan ikut berkurang. Bila gangguan saluran
cerna akan membaik maka biasanya gangguan perilaku yang
terjadipun akan berkurang. Selanjutnya pada usia di atas 5 atau 7
tahun alergi makananpun akan berkurang secara bertahap.
Perbaikan gejala alergi makanan dengan bertambahnya usia inilah
yang menggambarkan bahwa gejala Autismepun biasanya akan
tampak mulai membaik sejak periode usia tersebut. Meskipun
alergi makanan tertentu biasanya akan menetap sampai dewasa,
seperti udang, kepiting atau kacang tanah.
Alergi dan Intoleransi Makanan
Alergi dan Intoleransi Makanan merupakan reaksi simpangan
terhadap makanan (adverse food reaction). Alergi atau
hipersensitivitas terhadap makanan adalah suatu reaksi
imunologik yang diperantarai oleh Ig-E terhadap protein
dalam makanan yang secara normal/biasanya tidak
menimbulkan reaksi.
Intoleransi makanan adalah reaksi non-imunologik terhadap
makanan yang bersifat toksik, farmakologik, metabolik atau
reaksi idiosinkratik terhadap makanan atau substansi kimiawi
dalam makanan.
Diet Tes Alergi

Tujuan diet yaitu untuk menegakkan diagnosis alergi terhadap bahan


makanan tertentu.
Terdapat 3 cara untuk melakukan Food Challenge, yaitu:
Double Blind Placebo Control Food Challenge (DBPCFC):
Orangtua dan petugas kesehatan tidak tahu jenis alergen pada makanan
yang dicobakan. Makanan yang diduga sebagai penyebab alergi
disembunyikan misalnya pada formula bayi, sup, pastel daging, jus buah-
buahan, atau dalam kapsul untuk anak yang lebih besar.
Single-Blind:
Pasien dan orangtua tidak mengetahui makanan yang akan dicobakan
Open-Challenge:
Pasien dan petugas kesehatan mengetahui jenis makanan yang akan
dicobakan
Eliminasi Diet

Melakukan eliminasi atau menghindarkan bahan makanan


terduga mengandung alergen minimal 14 hari sebelum
dilakukan tes.
Antihistamin tidak boleh diberikan sejak 3 hari sebelumnya,
serta tidak boleh mengkonsumsi steroid dan bronkodilator sejak
1 hari sebelumnya.
Selama eliminasi diobservasi gejala alergi berkurang/hilang atau
tidak.
Provokasi Diet

Merupakan kelanjutan dari proses eliminasi, bila dari hasil


eliminasi diet selama 2 minggu gejala berkurang atau hilang
Caranya dengan mencoba sedikit demi sedikit bahan makanan
tersebut dan dicatat reaksi yang terjadi. Bila makanan tersebut
penyebab alergi, maka gejala akan berkurang apabila makanan di
eliminasi dan muncul kembali saat provokasi
Besarnya dosis awal harus kurang dari dosis yang diperkirakan
akan menimbulkan reaksi, bila tidak diketahui dimulai dengan
dosis 400 mg makanan yang dikeringkan
Dosis kumulatif 8-10 g makanan yang dikeringkan harus dicapai
untuk menyatakan bahwa hasil negatif
Lamanya periode observasi tergantung dari reaksi yang timbul
(minimal 2 jam setelah provokasi selesai)
Persiapkan peralatan dan obat-obatan untuk menangani reaksi
anafilatik
Bila tidak timbul gejala saat observasi, orangtua diberi catatan
harian untuk mengamati dan mencatat timbulnya gejala alergi
yang muncul kemudian
Tujuan
Menghindari makanan yang terbukti menjadi penyebab alergi
untuk mengurangi frekuensi dan intensitas serangan serta
penggunaan obat guna mempertahankan/meningkatkan
status gizi dan kualitas hidup anak.
Syarat
Tidak mengandung bahan makanan dan produk makanan
yang merupakan penyebab alergi
Mempertimbangkan kemungkinan kekurangan gizi dalam
makanan yang dieliminasi, bila perlu diberi suplemen
Syarat umum makanan anak tetap diikuti
Diet Alergi Susu Sapi

Untuk bayi yang mendapat ASI Eksklusif

Diagnosis ditegakkan dengan cara eliminasi protein susu sapi


dari makanan ibu selama 2-4 minggu
Bila gejala menghilang setelah eliminasi, ibu diperkenalkan
kembali dengan protein susu sapi dan produk turunannya
sampai bayi umur 9-12 atau minimal 6 bulan
Setelah mencapai umur itu uji provokasi dapat diulang lagi.
Bila gejala tidak muncul berarti anak sudah toleran dan susu
sapi dapat dicoba untuk diberikan lagi kepada ibu. Bila gejala
timbul maka eliminasi dapat dilanjutkan kembali selama 6
bulan dan seterusnya
Diet Alergi Susu Sapi
Untuk bayi yang menggunakan susu formula standar
1. Diagnosis ditegakkan dengan cara eliminasi protein susu sapi
yaitu dengan mengganti susu formula berbahan dasar susu
sapi dengan susu formula hidrolisat ekstensif (untuk
kelompok dengan gejala klinis ringan dan sedang) atau susu
formula asam amino elemental (untuk kelompok dengan
gejala klinis berat) Eliminasi dilakukan selama 2-4 mingggu.
2. Bila gejala menghilang setelah eliminasi diperkenalkan
kembali dengan protein susu sapi. Bila gejala timbul kembali,
maka dapat ditegakkan diagnosis alergi susu sapi. Bila gejala
tidak menghilang setelah eliminasi maka perlu
dipertimbangkan diagnosis lain.
3. Selanjutnya bayi dapat diberikan susu formula hidrolisat ekstensif
(untuk kelompok dengan gejala klinis ringan dan sedang) dan susu
formula asam amino elemental (untuk kelompok dengan gejala
klinis berat). Penggunaan formula khusus ini dilakukan sampai
bayi umur 9-12 bulan atau minimal 6 bulan. Bila susu formula
ekstensif tidak tersedia, maka susu formula kedelai dapat diberikan
kepada bayi berusia diatas 6 bulan dengan penjelasan kepada orang
tua mengenai kemungkinan reaksi alergi kedelai. Susu kedelai
tidak dianjurkan untuk bayi kurang dari 6 bulan.
4. Setelah kurun waktu tersebut, uji provokasi dapat diulang lagi. Bila
gejala tidak muncul berarti anak sudah toleran dan susu sapi dapat
dibeerikan lagi. Bila gejala timbul susu formula standar dieliminasi
lagi selama 6 bulan dan seterusnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian Diet Alergi Susu Sapi :
Bila bayi yang sudah mendapat makanan padat, perlu dihindari asupan
MP-ASI dengan protein susu.
AAP (American Academy of Pediatric) tidak merekomendasikan
penggunaan susu formula kedelai untuk bayi prematur dan berat badan
kurang dari 1800 gram.
Susu kambing tidak direkomendasikan sebagai pengganti susu sapi
akrena berpotensi terjadinya reaksi saling / cross - reactivity dengan
lactoglobulin pada susu sapi.
Pada ibu menyusui yang menghindari susu sapi dapat diberikan
suplemen kalsium dan vitamin D untuk menambah asupan kalsium
dapat digunakan bahan makanan sumber kalmsium misalnya, bayam
brokoli, remis besar/kijing, kerang, tiram ikan salem (jika tidak ada
alergi ikan).
Indikasi Pemberian
Kelompok Bahan Makanan Contoh Bahan Makanan
Susu dan hasil olahannya Susu sapi dan produk olahannya seperti
whole, low fat, reduced fat, non fat, susu
evaporasi, susu kondensasi, mentega, es
krim, yougurt, keju, dadih dan
sebagainya
Tabel 5.42. Alergan susu sapi

Kelompok Bahan Makanan Contoh Bahan Makanan


Sumber Lemak .margarin, mentega, kelapa, minyak sayur
Sumber Protein Semua bahan makanan non alergan (sesuai
dengan hasil uji alergi)
Sumber Karbohidrat Nasi, kentang, pasta, roti (tanpa susu)
Buah-buahan Semua jenis
Sayuran Semua jenis
Pemanis Gula, sirup, madu
Tabel 5.43. Alergan Makanan
Indikasi Pemberian

Kelompok Bahan Makanan Contoh Bahan Makanan


Produk makanan yang mengandung Disesuaikan dengan hasil uji alergi.
alergan Catatan :
Makanan yang sering menyebabkan
alergi antara lain telur ikan laut,
seafood, kacang tanah, kacang kedelai.

Tabel 5.44. Bahan Makanan yang dianjurkan


Diet Intoleransi Makanan

Intoleransi makanan adalah reaksi simpang makanan


nonimunologik yang disebabkan oleh defisiensi enzim
(laktase sukrase dan lain-lain), zat farmakologik (kafein) dan
bahan tambahan makanan (penyedap, pewarna, pemanis,
perisa).
Gejala akibat intoleransi makanan meliputi gangguan
gastrointestinal, kulit, pernafasan, yang hampir sama dengan
gejala alergi makanan, sehingga perlu dipertimbangkan
sebagai diagnosa pembanding dengan alergi makanan.
Walaupun gejala mungkin sama tetapi tatalaksana berbeda
dengan alergi makanan.
Edukasi dan Konseling

1. Dianjurkan membaca label kemasan makanan dengan teliti


2. Mengetahui istilah-istilah tertentu alergan makanan dan produknya.
3. Mengetahui bahan makanan pengganti/alternatif, dengan nilai gizi yang
setara namun tidak alergenik, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
4. Cara mengolah makanan di rumah misalnya dengan mendahulukan
memasak makanan yang tidak alergenik.
5. Menandai/membedakan tempat penyimpanan makanan/bahan makanan
yang alergenik dan tidak alergenik (menggunakan stiker/warna alat
makanan yang berbeda).
6. Menjaga persediaan makanan yang tidak alergenik untuk makanan siap
saji.
7. Menghindari kemungkinan asap makanan yang dapat memicu reaksi
alergi lewat pernapasan.
8. Menyediakan bekal makanan yang tidak alergenik untuk bekal sekolah
9. Upaya pencegahan, bagi bayi dengan risiko tinggi terkena alergi
makanan.
Edukasi dan Konseling
10. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
11. Jika bayi mengkonsumsi susu formula, dapat digunakan susu formula
protein hidrolisat atau susu formula kedelai.
12. Mengenalkan makanan padat sampai bayi mencapai umur 6 bulan.
Menunda pemberian kacang-kacangan dan ikan laut sampai anak
mencapai usia 3-4 tahun.
13. Dianjurkan tidak terburu-buru dalam memperkenalkan brbagai jenis
makanan dengan cara memperkenalkan 1 jenis makanan tiap 3-4 hari
agar dapat dilakukan penilaian terhadap intoleransi dan reaksi alergi
bila terjadi.
14. AAP (American Academy of Pediatric) menganjurkan pemberian
susu sapi setelah usia 12 bulan, telur setelah usia 12 bulan, telur
setelah usia 24 bulan.
15. Diet penghindaran susu sapi pada ibu menyusui
Daftar Pustaka
DrWidodo Judarwanto SpA,. Jurnal Alergi, Diet, dan Autisme.
Fiastuti Witjaksono Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Alergi Makanan vs Intoleransi Makanan
Children Allergy Center. Jurnal Intervensi Diet Sebagai Terapi dan Diagnosis Berbagai
Gangguan Fungsional Tubuh Manusia, Challenge Tes (Eliminasi Provokasi Makanan) :
Diagnosis Pasti Alergi Makanan dan Hipersensitifitas Makanan
https://klinikgizi.com/2016/01/18/rekomendasi-dan-diet-untuk-penderita-alergi/
(Kamis, 15 September 2016 / 18.50)
https://klinikanakonline.com/2013/10/10/intervensi-eliminasi-provokasi-
makanan-pada-anak-sulit-makan-dan-gangguan-kenaikkan-berat-badan/(Kamis, 15
September 2016 / 18.50)
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/alergi-autisme.pdf (Sabtu,
1 Oktober 2016 / 13:46
https://childrenallergyclinic.wordpress.com/2010/10/31/intervensi-diet-sebagai-
terapi-dan-diagnosis-berbagai-gangguan-pada-tubuh-manusia/ (Sabtu, 1 Oktober
2016 / 14:15
https://www.jevuska.com/2012/12/29/autisme-pengertian-penyebab-gejala-ciri-
terapi/ (Sabtu, 1 Oktober 2016/ 10:10)

Você também pode gostar