Você está na página 1de 21

Asuhan Keperawatan Solutio

Plasenta

Disusun Oleh :
Syailendra P Alam : 1720150013
Lala Eka Wahyudi :1720150008
Riza Nurmeiga : 1720150017
Solusio plasenta atau disebut abruption
placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi
normalnya di uterus (korpus uteri) dalam
masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan
sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat
banyak pembuluh darah yang memungkinkan
pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika
plasenta ini terlepas dari implantasi
normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui
dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi
vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh
pre eklampsia. Faktor lain diduga turut
berperan sebagai penyebab terjadinya solusio
plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan
makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat
beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio
plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur
idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin,
perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat,
hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala
ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal
tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan
yang relatif umum dan dapat secara serius
membahayakan keadaan ibu.
Patofisiologi

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh


perdarahan ke dalam desidua basalis yang
kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan
tipis yang melekat pada mometrium sehingga
terbentuk hematoma desidual yang
menyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang
berdekatan dengan bagian tersebut.
Trauma > pendarahan pada desidubasalis >
terbelah dan meninggal lapisan tipis pada
miometrium > terbentuk hematoma desidua l >
penghancuran pasenta > rupture pembuluh
darah spinalis desidua > hematoma
retroplasenta > pelepasan plasenta lebih
banyak > uterus tdk mampu brkontrksi
maksimal > darah mengalir keluar dpt
melepaskan selaput ketuban > syok
hipovelemick.
Klasifikasi
Menurut derajat lepasnya plasenta
A. Solusio plasenta partsialis
Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat
pelekatnya.
B. Solusio plasenta totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat
pelekatnya.
C. Prolapsus plasenta
Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam.
Menurut derajat solusio plasenta dibagi menjadi :
A. Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil
plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan
perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut
terasa agk sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin
masih mudah diraba.
B. Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala
dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus
menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba
tegang.
C. Solusio plasenta berat
Manifestasi Klinis

Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga,
perdarahan pervaginan berwarna kehitam-
hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa
nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut,
uterus tegang perdarahan pervaginan yang
banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
Pemeriksaan obstetri
Nyeritekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang
sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada,
air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin,
hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu
pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar
fibrinogen, dan elektrolit plasma.
Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan
keadaan janin.
Komplikasi
1. Langsung (immediate)
Perdarahan
Infeksi
Emboli dan syok abtetric.
2. Tidak langsung (delayed)
Couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan
perdarahan post partum.
Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
Nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
3. Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio
plasenta berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan,
koalugopati konsumtif (kadar fibrinogen kurang dari 150 mg %
dan produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal,
gawat janin
Penatalaksanaan
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi .
Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap
ke kiri , tidak melakukan senggama , menghindari eningkatan tekanan rongga
perut .
Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan, berikan cairan
peroral .
Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi / syk akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan janin .
Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah ,
bila tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal dan bila teratsi perhatikan
keadaan janin .
Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup
atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama . bila renjatan
tidak dapat diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal .
Setelah syok teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm
pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio
sesarea .
Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran
berat janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan berat / ringannya
penyakit yaitu :
a) Solusi plasenta ringan .
Ekspektatif , bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti , kontraksi
uterus tidak ada , janin hidup ) dengan tirah baring atasi
anemia , USG & KTG serial , lalu tunggu persalinan spontan .
Aktif , bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus ,
uterus berkontraksi , dapat mengancam ibu / janin ) usahakan
partus pervaginam dengan amnintomi / infus oksitosin bila
memungkinan . jika terus perdarahan skor pelvik kurang dari 5 /
ersalinan masih lama , lakukan seksi sesarea
b) Slusio plasenta sedang / berat .
Resusitasi cairan .
Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah .
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6
jam perabdominam bila tidak dapat renjatan , usia gestasi 37
minggu / lebih / taksiran berat janin 2.500 gr / lebih , pikirkan
partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan
berlangsung lama
Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis , acral
dingin , Hb turun , muka pucat & lemas .
2) Resiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan
dengan perfusi darah ke plasenta berkurang .
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
kontraksi uterus di tandai terjadi distress / pengerasan
uterus , nyeri tekan uterus .
4) Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan
keadaan yang dialami .
5) Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan
dengan perdarahan .
6) Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi
yang dialaminya berhubungan dengan kurangnya
informasi .
Intervensi Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai
dengan conjunctiva anemis, acrar dingin, Hb turun, muka pucat, lemas.
Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil
Conjunctiva tida anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak pucat, tida
lemas.
Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan
2. Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami
3.Monitor tanda-tanda vital
Rasional : tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan gangguan sirkulasi darah
4.Kaji tingkat perdarahan setiap 15 30 menit
Rasional : mengantisipasi terjadinya syok
5.Catat intake dan output
Rasional : produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan
penurunan fungsi ginjal.
6.Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
Rasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang
akiba perdarahan.
7.Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat
perdarahan
Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi darah ke
placenta berkurang.
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan
bayi,
bayi lahir selamat.
Intervensi
1. Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
Rasional : kooperatif pada tindakan
2. Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri
Rasional : tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung menurun
sehingga terjadi perfusi jaringan.
3. Observasi tekanan darah dan nadi klien
Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma vena
cava sehingga klien harus di monitor secara teliti.
4.Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin
Rasional : penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam
janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin.
5.Berikan O2 10 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress
Rasional : meningkat oksigen pada janin
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uteres ditandai
terjadi distrensi uterus, nyeri tekan uterus.
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
* Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
* Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
Intervensi
1. Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap
tindakan
2. Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
3. Bantu dan ajarkan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri.
Tarik nafas panjang (dalam) melalui hidung dan meng-hembuskan pelan-pelan
melalui mulut.
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental.
Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan keadaan yang dialami
Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya.
Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klie tidak gelisah.
Intervensi
1. Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.
Rasional : dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban
pikiran.
2. Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin
Rasional : mengurangi kecemasan klien tentag kondisi janin.
3.Beri penjelasan tentang kondisi janin
Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin.
4.Beri informasi tentang kondisi klien
Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien.
5.Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat
Rasional : dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien
6.Anjurkan klien untuk berdoa kepada Tuhan
Rasional : dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang kondisi yang
dilami.
7.Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Rasional : penderita kooperatif.
intervensi
1.Kaji perdarahan setiap 15 30 menit
Rasional : mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin.
2.Monitor tekanan darah, nadi, pernafasan setiap 15 menit, bila normal
observasi dilakukan setiap 30 menit.
Rasional : mengetahui keadaan pasien
3.Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, menguap terus keringat dingin, kepala
pusing.
Rasional : menentkan intervensi selanjutnya dan mencegah syok sedini mungkin
4.Kaji konsistensi abdomen dan tinggi fundur uteri.
Rasional : mengetahui perdarahan yang tersembunyi
5.Catat intake dan output
Rasional : produksi urine yang kurang dari 30 ml/jam merupakan penurunan
fungsi ginjal.
6.Berikan cairan sesuai dengan program terapi
Rasional : mempertahanka volume cairan sehingga sirkulasi bisa adekuat dan
sebagian persiapan bila diperlukan transfusi darah.
Seorang ibu yang pernah mengalami solusio
plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi
mengalami kekambuhan pada kehamilan
berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung
menjadikan morbiditas dan bahkan
mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.

Você também pode gostar