Você está na página 1de 42

ABGs Analysis &

Interpretasi

By: Arifin Hidayat 2016


KESEIMBANGAN ASAM BASA

Arhenius
Asam : larutan jika terionisasi akan menghasilkan ion H+
Basa : larutan jika terionisasi akan menghasilkan ion OH-
Bronsted lowry
Asam : pemberi proton
Basa : penerima proton
APA ITU PH.??????
SEKEDAR TAHU

KAPAN SUATU CAIRAN DIKATAKAN ASAM/BASA ?

PERUB PH : ASIDOSIS & ALKALOSIS ?

RESPIRATORIK : CO2, METABOLIK : HCO3- ?


REGULASI ASAM BASA
DIATUR OLEH 3 SISTEM :
SISTEM PERNAFASAN
Darah membawa CO2 ke paru-paru dihembuskan
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah CO2 yg dihembuskan dg
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasa
SISTEM PERKEMIHAN
Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
amonia
SISTEM BUFFER
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika
ditambahkan asam /basa
3 JENIS KOMPENSASI DLM KESEIMBANGAN ASAM BASA

TIDAK ADA KOMPENSASI

KOMPENSASI SEBAGIAN

KOMPENSASI PENUH
PH = Potential of Hidrogen
(Konsentrasi ion Hidrogen)

PH darah arteri = 7.45


PH darah vena = 7.35
PH darah rata-rata = 7.40

ASIDOSIS jika PH < 7.35


ALKALOSIS jika PH < 7.45
KESEIMBANGAN ASAM BASA

pH cairan tubuh :
< 7,35 asidemia asidosis
< 7,45 alkalemia alkalosis

pengendalian pH penting proses


homeostasis
BLOOD GAS ANALYSIS..

Pengertian:
Px. darah utk mengetahui gas dalam darah,
termasuk oksigen dan karbondioksida

Tujuan:
a. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
b. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan
kardiovaskuler
c. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
Manfaat Hasil untuk mengetahui:

Seberapa baik paru mengalirkan O2 ke dlm darah &


membuang Co2 dari darah.

Seberapa baik fungsi paru selama atau setelah


prosedur pembedahan, misalnya open-heart surgery yg
menggunakan heart-lung machine

Apakah ventilator mekanik diperlukan untuk


membantu pernapasan pada pasien

Seberapa baik fungsi metabolisme

Apakah kadar asam-basa dalam tubuh dalam keadaan


seimbang
Cont
6. Efektivitas dari terapi respiratori dan terapi lain pd pasien dgn
penyakit jantung kronik, paru, atau gangguan metabolisme

7. Fungsi ginjal

8. Masalah pernapasan dan paru seperti asma, kista fibrosis,


atau PPOK

9. Apakah mendapatkan kadar oksigen yang benar bila sedang


menggunakan oksigen di rumah sakit

10. Kadar asam-basa dalam darah pada pasien gagal jantung,


gagal ginjal, diabetes yang tidak terkontrol, gangguan tidur,
infeksi berat, atau setelah mengalami overdosis obat
Indikasi:
Pasien COPD
Pasien dengan edema paru
Pasien ARDS
Infark miokard
Pneumonia
Klien syok
Post pembedahan coronary arteri bypass
Resusitasi cardiac arrest
Klien dengan perubahan status respiratori
Anestesi yang terlalu lama
Lokasi pungsi arteri :
Arteri radialis dan arteri
ulnaris (sebelumnya
dilakukan allens test): 15
detik

Arteri brakialis

Arteri femoralis

Arteri tibialis posterior

Arteri dorsalis pedis


Faktor yang Mempengaruhi AGD:

Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung
menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan
meningkat.
Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan
menurunkan tekanan CO2.
Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan
menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika
sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan
mengikuti perubahan PCO2.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Perawat terlatih
Spuit diberi heparin
Kaji ambang nyeri klien, (anestesi lokal:k.p.)
Arteri radialis, lakukan test allen
Pastikan darah arteri (cara???)
Goyangkan spuit (cara???)
Tekan bekas area insersi ( 5menit)
Keluarkan udara dr spuit dan tutup ujung jarum dg karet
atau gabus
Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
Segera kirim ke laboratorium (cito)
Persiapan pasien:

Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang


dilakukan

Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan


menimbulkan rasa sakit

Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul

Jelaskan tentang allens test


Persiapan alat:

Spuit 2 ml atau Plester dan gunting


3ml dengan jarum Pengalas
ukuran 22 atau 25
(untuk anak-anak) dan Handuk kecil
nomor 20 atau 21 untuk Sarung tangan sekali
dewasa pakai
Heparin Obat anestesi lokal jika
Yodium-povidin dibutuhkan
Penutup jarum (gabus Wadah berisi es
atau karet) Kertas label untuk nama
Kasa steril Thermometer
Kapas alkohol Bengkok
Prosedur kerja:
1. Baca status dan data klien untuk
memastikan pengambilan AGD
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Cuci tangan
4. Beri salam dan panggil klien sesuai
dengan namanya
5. Perkenalkan nama perawat
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Beri kesempatan pada klien untuk
bertanya
9. Tanyakan keluhan klien saat ini
10. Jaga privasi klien
11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
klien
12. Posisikan klien dengan nyaman
13. Pakai sarung tangan sekali pakai
14. Palpasi arteri radialis
15. Lakukan allens test
16. Hiperekstensikan pergelangan tangan
klien di atas gulungan handuk
17. Raba kembali arteri radialis dan
palpasi pulsasi yang paling keras
dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah
18. Desinfeksi area yang akan dipungsi
menggunakan yodium-povidin,
kemudian diusap dengan kapas alkohol
19. Berikan anestesi lokal jika perlu
20. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit
heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan
spuit, biarkan heparin berada dalam jarum
dan spuit
21. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum
dengan sudut 45 sambil menstabilkan arteri
klien dengan tangan yang lain
22. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran
darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa
naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
23. Ambil darah 1 sampai 2 ml
24. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan
menggunakan kasa 5-10 menit
25. Buang udara yang berada dalam spuit,
sumbat spuit dengan gabus atau karet
26. Putar-putar spuit sehingga darah
bercampur dengan heparin
27. Tempatkan spuit di antara es yang
sudah dipecah
28. Ukur suhu dan pernafasan klien
29. Beri label pada spesimen yang berisi
nama, suhu, konsentrasi oksigen yang
digunakan klien jika kilen
menggunakan terapi oksigen
30. Kirim segera darah ke laboratorium
31. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan
sudah tidak mengeluarkan darah (untuk klien
yang mendapat terapi antikoagulan,
penekanan membutuhkan waktu yang lama)
32. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas
sarung tangan
33. Cuci tangan
34. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD
35. Berikan reinforcement positif pada klien
36. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
37. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
38. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan
waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah mana
darah diambil dan respon klien
Tehnik punksi arteri radialis
Efek Pengambilan Darah Arteri:
Memar
Sakit
Perdarahan
Aspirin, warfari (coumadin) dan obat lain +
perdarahan
Kerusakan saraf (jarang)

Hindari: aktivitas dan angkat berat 24 jam dari


pengambilan darah
Interpretasi AGD
Evaluasi pH
Evaluasi Fungsi Pernafasan (Ventilasi)
Evaluasi Proses Metabolik
Tentukan Gangguan Primer dan Kompensasinya.
Evaluasi Oksigenasi
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-
paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Ciri: PaCO2 < 45mmHg dan pH < 7,35 kompensasi ginjal retensi dan
peningkatan [HCO3-]
Penyebab :Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat
mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada
penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
Emfisema,Bronkitis kronis, Pneumonia berat, Edema pulmoner, Asma.
Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi yang efektif
sesegera mungkin pemberian O2 dan mengobati penyebab penyakit
dasar, PaO2 harus ditingkatkan < 60mmHg dan pH < 7,2
Alkalosis respiratorik
Ciri: penurunan PaCO2 < 35mmHg dan peningkatan pH serum < 7,45
kompensasi ginjal meningkatkan ekskresi HCO3-
Penyebab: hiperventilasi (tersering psikogenik karena stress dan
kecemasan), hipoksemia (pneumonia, gagal jantung kongestif,
hipermetabolik (demam), stroke, stadium dini keracunan aspirin,
septikemia
Penanganan Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah
memperlambat pernafasan.
Asidosis metabolik
Ciri: [HCO3-] < 22mEq/L dan pH < 7,35 kompensasi dengan
hiperventilasi PaCO2, kompensasi akhir ginjal ekskresi H+, sebagai
NH4+ atau H3PO4
Penyebab: Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis diabetik, asidosis
laktat (henti jantung atau syok), overdosis aspirin Gagal ginjal
mengekskresi beban asam Hilangnya HCO3- basa diare
Penatalaksanaan Asidosis Metabolik, Tujuan: meningkatkan pH darah
hingga ke kadar aman (7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar,
NaHCO3 (natrium bikarbonat) dapat digunakan bila pH < 7,2 atau [HCO3-]
< 15mEq/L
Alkalosis metabolik

suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar
bikarbonat
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam,
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan
Penatalaksanaan : menghilangkan penyakit dasar
Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9% (diberikan jika Cl- urine <
10mEq/L)
Kesimpulan.....
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan
oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
pembuangan asam atau basa oleh ginjal.

Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama


disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan
pernafasan.
Ringkasan mekanisme kompensasi
Gangguan primer Kompensasi
Asidosis metabolik alkalosis respiratorik
Asidosis respiratorik alkalosis metabolik
Asidosis
Jenis G3 Respon pH pCO2 HCO3

Murni / Tdk Terkomp N


Asidosis
Respiratorik
Terkomp Sebagian
Terkomp Sempurna N
Murni / Tdk Terkomp N
Asidosis Terkomp Sebagian
Metabolik
Terkomp Sempurna N
33
Alkalosis
Jenis G3 Respon pH pCO2 HCO3

Murni / Tdk Terkomp N


Alkalosis Terkomp Sebagian
Respiratorik
Terkomp Sempurna N
Murni / Tdk Terkomp N
Alkalosis Terkomp Sebagian
Metabolik
Terkomp Sempurna N

34
1. Evaluasi pH

Jika pH < 7.35 asidosis

Jika pH < 7.45 alkalosis


2. Evaluasi fungsi pernafasan (Ventilasi)

JikaPaCO2 < 45 mmHg gagal nafas/respiratory


failure & asidosis respiratorik.

PaCO2 < 35 mmHg hiperventilasi & alkalosis


Jika
respiratorik.
3. Evaluasi proses metabolik
Jika serum HCO3 < 22 mEq/L dan/atau kelebihan
basa (base excess/BE) < -3 asidosis metabolik.
Jika serum HCO3 < 26 mEq/L dan/atau kelebihan
basa (base excess/BE) < -3 alkalosis metabolik.
4. Tentukan gangguan primer dan
kompensasinya.
Tentukan nilai analisa gas darah arteri (PaCO2 &
HCO3) yang mengikuti penyimpangan pH dan
tentukan penyimpangan yang paling besar dari nilai
normal.
Nilai penyimpangan yang mengikuti penyimpangan
nilai normal pH dan mempunyai nilai penyimpangan
terbesar dari nilai normal merupakan identifikasi
gangguan primer.
Contoh
Jika
pH : 7.28 (asidosis)
PaCO2 : 28.9 (alkalosis respiratorik)
HCO3 : 11 mEq/L (asidosis metabolik)
Karena nilai HCO3 mengindikasikan adanya asidosis (mengikuti
penyimpangan nilai pH) dan juga menunjukkan nilai penyimpangan yang
terbesar dari nilai normal, maka proses gangguan primernya adalah
asidosis metabolik dan proses kompensasinya adalah alkalosis respiratorik.
5. Evaluasi oksigenasi
Status oksigenasi pasien dikaji dengan melihat nilai PaO2 dan
SaO2.
Normal PaO2 : 80 100 mmHg
Normal SaO2 < 95% (menunjukkan oksigenasi jaringan adekuat)
Jika PaO2 turun < 60 mmHg & SaO2 turun Hipoksia

Jumlah O2 yg dibawa hemoglobin


SaO2 = ----------------------------------------- X 100
Jumlah maksimal O2 yg dpt dibawa Hb.
Akibat Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Asidosis :meningkatkan konsentrasi K dlm darah. Shg fungsi sel dan


enzim tubuh memburuk. Mengakibatkan aritmia ventrikuler.

Alkalosis: menurunkan konsentrasi K dlm darah. Sehinggga afinitas


Hb O2 meningkat. Akibatnya pelepasan O2 kejaringan sulit. Shg tjd
hipoksemia.

Kenaikan pCO2 (80 100 mmHg) akan mengakibatkan koma dan


aritmia serta vasodilatasi pembuluh darah. Bila hal ini terjadi diotak
maka aliran darah ke otak akan meningkat dan mengakibatkan
kenaikan tekanan intra cranial.

Penurunan pCO2 (< 25 mmHg) akan mengakibatkan vasokonstriksi


pembuluh darah. Sehingga aliran darah kejaringan turun. Bila hal ini
terjadi diotak maka akan terjadi hipoksemia otak.
Terimakasih

Você também pode gostar