Você está na página 1de 76

PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI :

IN SITU GEL MOXIFLOXACIN

Oleh :
Elasari Dwi Pratiwi 260120160504
Eva Feriadi 260120160506
Recky Patala 260120160507
Zulpakor Oktoba 260120160004

1
OUTLINE

2
OUTLINE CONT

3
ORGAN MATA

Mata merupakan organ yg peka & penting dalam kehidupan,


terletak dalam lingkaran bertulang & berfungsi sebagai salah
bentuk pertahanan tubuh.
Mata merupakan alat indra yg terdapat pada manusia yg secara
konstan menyesuaikan pada jumlah cahaya yg masuk,
memusatkan perhatian pada objek yg dekat dan jauh serta
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
BAGIAN LUAR

Bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari benda-


benda asing.
Alis mata berfungsi mencegah masuknya air atau keringat
dari dahi ke mata
Kelopak mata berfungsi pelindung mata sewaktu-waktu
kalau ada gangguan pada mata (menutup & membuka mata)
Berfungsi untuk menghasilkan air mata yg bertugas untuk
menjaga mata agar tetap lembab (tidak kekeringan).
Kelenjar meibom berfungsi menghasilkan lapisan lipid air
mata, yg berperan penting dalam stabilitas lapisan air mata.
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA BAGIAN
DALAM
7
KOMPOSISI PADA MATA

8
GANGGUAN PENYAKIT PADA MATA
SISTEM PENGHANTARAN OBAT
MELALUI MATA
DDS OPHTALMIC
Pemberian obat mata adalah salah satu usaha yg
paling menarik & menantang yg dihadapi ilmuwan
farmasi.
Sebuah tantangan yg signifikan untuk formulator
adalah untuk menghindari hambatan (barrier)
pelindung mata tanpa menyebabkan kerusakan
jaringanTujuan
permanen.
dari farmakoterapi pada mata :
untuk mengobati penyakit secara konsisten & dapat
diprediksi efeknya.
Asumsi yg dibuat bahwa ada korelasi antara
konsentrasi obat di tempat pemberian yg dituju &
efek farmakologis yg dihasilkan.
Untuk mencapai tujuan tsb, dibutuhkan sediaan mata yg
tepat & dapat memberikan efek seperti yg diharapkan.
Bentuk sediaan larutan tetes mata, suspensi, & salep
konvensional bukan lagi terapi yg optimal untuk
pengobatan pada mata.
Sehingga upaya penelitian & pengembangan desain
sistem terapi yg lebih baik.
Tujuan spesifik merancang sistem terapi untuk mencapai
JENIS SEDIAAN MATA
SEDIAAN MATA
KONVENSIONAL
SEDIAAN MATA NOVEL
SEDIAAN MATA
PENGEMBANGAN TINGKAT
LANJUT
OLIGONUCLEOTIDE
THERAPY

CELL
ENCAPSULATION

PENGEMBANGAN
STEM CELL
TINGKAT LANJUT THERAPY

SCLERA PLUG
THERAPY

PROTEIN DAN
PEPTIDE THERAPY
JALUR PENETRASI & ASPEK
BIOFARMASETIKA
JALUR PENETRASI OBAT
MELALUI MATA
Melalui kornea
Penyerapan kornea merupakan mekanisme utama
penyerapan untuk terapi pada mata. Akan tetapi struktur
anatomi kornea mengakibatkan persyaratan kelarutan
berbeda untuk beberapa obat. Dalam hal penetrasi obat
melalui kornea, penetrasi tersebut dapat dihalangi oleh 3
hambatan utama yaitu epitel, stroma, dan endotelium.

Melalui non-kornea
Rute penyerapan non kornea melibatkan penetrasi pada
sklera & konjungtiva ke dalam jaringan intraokular. Studi
terbaru menunjukkan bahwa rute penyerapan non kornea
17
bisa digunakan untuk molekul obat dgn permeabilitas
JALUR PENETRASI MATA
Hydrophilic drug

Epitelium
Stroma
Endotelium

Lipophilic drug

18
BIOFARMASETIKA

19
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Proses
Biofarmasetika

20
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Proses
Biofarmasetika

21
GEL-FORMING SOLUTIONS

Solution that are liquid in the container and thus can be


instilled as eye drops but forms gel on contact with the tear
fluid and provide increased contact time with the possibility
of improved drug absorption and Duration of therapeutic
effect.

liquid-gel phase transition-dependent delivery system vary


according to the particular polymer(s) employed and their
mechanisms for triggering the Transition to a gel phase in
the eye.
Take the advantage of changes in temperature, pH, ion
sensitivity, lysozymes upon contact with tear fluid.
22
GEL-FORMING SOLUTIONS

Different mucoadhesive polymers were added to poloxamer


1. Carbopol 940
2. Hydroxypropylmethyl cellulose (HPMC)
3. Hydroxyethyl cellulose (HEC) 23
API & EXICIPIENTS SELECTION and
ANALYSIS

24
MOXIFLOXACIN
Titik Didih : 238-242 C

Berat Molekul : 401.438 g/mol


Topological Polar
C21H25ClFN3O4 Area permukaan : 82.1 A^2 25
SIFAT FISIKO-KIMIA
oBentuk Garam :
oBentuk Kristal : Solid
oKelarutan : Dalam air , 1146 mg/L pada 250 C
opH PKA stabiltas
opKa (Asam Kuat) : 5.69
opKa (Basa Kuat) : 9.42
oRotasi Optik : -193 deg C at 25 deg C/D
oWater Solubility : 0.168 mg/mL
oPolaritas : 41.29 3
oRefraktivitas : 106.22 m3mol-1
oBioavabilitas : 86%
oIkatan Protein : 47 %
oWaktu paruh 26
: 12.1 Jam
AKTIVITAS MIKROBIOLOGI

27
PREFORMULASI

28
ALASAN PEMILIHAN ZAT
AKTIF

Moxifloxaci In Situ Gel


n

Tetes Mata

Meningkatkan waktu kontak,


Bioavaibiliatas yg rendah, memberikan perpanjangan
penyerapan non-produktif, pelepasan obat sehingga khasiat
air mata berbalik, obat lebih baik, pengurangan efek
impermeabilitas obat untuk samping sistemik, & pengurangan
kornea. jumlah pemberian.

29
ANALISIS PEMILIHAN
EKSIPIEN
Gelling
agent

Sodium
Alginat
Sodium alginat banyak digunakan sebagai pengental
& pensuspensi pada berbagai sediaan pasta, krim, &
gel.
Sodium alginat menunjukkan pelepasan
mukoadhesif yg baik, bersifat biodegradable & tidak
beracun.
DDS terbaru yg mengandung sodium alginat
termasuk larutan tetes mata yg membentuk gel in
situ ketika diberikan untuk mata.

30
Pembentuk
Viskositas

Hidroksi propil metil


selulosa (HPMC)

HPMC merupakan salah satu polimer semi


sintetis.
HPMC digunakan sebagai bahan bioadeshif, agen
sustained release, dan agen peningkat viskositas.
HPMC pada konsentrasi 0,45-1,0% dapat sbg agen
peningkat viskositas dalam sistem penghantaran
in situ gel

31
Pengawet Pengisotonis Pelarut

Benzalkonium
Natrium Klorida Aquadest
Klorida

Pengawet digunakan
untuk
NaCl digunakan sbg
mencegah/menghambat
pengisotonis untuk
pertumbuhan mikroba Aquadset digunakan
meningkatkan
pada formulasi dgn cara sebagai pelarut
kenyamanan
membunuh,
penggunaannya.
menghilangkan/menguran
gi kontaminasi mikroba.

32
Persyaratan In Situ
Gel

Sistem harus disajikan dalam


Gelasi (fase bentuk larutan & membentuk
transisi sol-gel) gel dalam kondisi fisiologis atau
adanya pemicu untuk gelasi.

Sistem harus mempertahankan


pelepasan obat untuk jangka
Pelepasan obat waktu yg lama untuk
berkelanjutan menghasilkan bioavailabilitas
yg optimal dgn efek samping
minimal.

pH sistem tidak harus sangat


pH optimal asam / basa, karena dpt
menyebabkan iritasi atau
kerusakan pada jaringan.
33
Formulasi harus jelas, transparan &
tidak berwarna. Seharusnya tidak
menghalangi penglihatan normal.
Kejelasan Setiap pengotor seperti partikel tidak
harus hadir, karena dapat
menyebabkan iritasi pada jaringan
mata.
Prasyarat utama dari in situ gel adalah
viskositas & kekuatan gel.
Sifat reologi Formulasi harus memiliki viskositas yg
optimal, memungkinkan administrasi
yg mudah & menjalani transisi sol-to-
gel yg cepat.

Sediaan In Situ Gel harus steril untuk


Sterilitas mencegah kemungkinan kerusakan
pada jaringan di lokasi aplikasi karena
mikroba.
34
Formulasi harus stabil & tidak
harus menurunkan atau
Stabilitas memburuk pada saat
penyimpanan.

Sistem tsb harus mengandung


jumlah yg dibutuhkan dari bahan
aktif tanpa degradasi kimia atau
Kandungan obat interaksi dgn polimer atau bahan
pengisi lainnya dgn cara yg tidak
diinginkan.
polimer harus biokompatibel &
ditoleransi dengan jaringan mata.
Seharusnya tidak menghasilkan
Toleransi okular kerusakan jaringan dalam bentuk
iritasi, kemerahan, bengkak atau
efek samping yg tidak diinginkan
dsb. 35
menunjukkan sifat yg sama
pada persiapan diulang &
produksi skala besar.
Idealnya sebuah in situ gel
Reprodusibilitas harus cairan mengalir bebas
untuk memungkinkan
administrasi direproduksi.

Formulasi harus isotonik untuk


Isotonisitas mencegah kerusakan jaringan
atau iritasi mata.

Polimer harus mampu untuk


Kelengketan mematuhi permukaan
prekornea dari mata tersebut.

36
FORMULATION
CONSIDERATION AND
TECHNOLOGY

37
Metode Pembuatan
In Situ Gel

38
Formula In Situ Gel
Moxifloxacin

Formulasi sediaan in-situ gel


Moxifloxacin
(0,5% /3ml)
No. Bahan Jumlah
1. Moxifloxacin (zat aktif) 0,5%
2. Sodium Alginat (pembentuk 1,5%
gel)
3. HPMC (pembentuk 0,5%
viskositas)
4. Benzalkonium Klorida 0,02%
(pengawet)
5. Natrium Klorida 0,9%
(pengisotonis)
6. Aquadest (pelarut) Ad 100

39
EVALUATION (QC/QA/BABE)

40
Metode Kerja In Situ Gel
Moxifloxacin
Alat : Bahan :
Homogenizer, magnetik stirer, Moxifloxacin, sodium alginat,
neraca analitik, pH meter, HPMC, benzalkonium klorida,
viskometer serta alat-alat gelas natrium klorida dan pelarut
yang dibutuhkan. (aquadest)

Cara Kerja Pembuatan


Pembuatan In Situ Gel
Mencampurkan
sodium alginat
(polimer utama) &
1 HPMC (co-polimer)
menggunakan
pengaduk magnetik
hingga polimer
benar-benar larut.
Memasukan 3
Memasukkan
4
moxifloxacin pH larutan disesuaikan
natrium klorida &
2
hidroklorida kedalam menjadi 6,5
larutan polimer dgn benzalkonium
menggunakan 0,1 N
pengadukan terus- klorida kedalam
NaOH /0,1 HCl. 41
menerus. campuran No.2.
Evaluasi In Situ Gel
Moxifloxacin

Pemeriksaan dilakukan dgn melihat


Pemeriksaan perubahan fisik yg terjadi yaitu
Organoleptis perubahan warna, rasa, & bau.
Sediaan Pengamatan dilakukan pada hari ke
0, 7, 14, 21, dan 28.

Pengukuran pH sediaan dilakukan


dgn menggunakan pH meter pada
Pemeriksaan pH hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28.
sediaan Setiap pengukuran dilakukan pada
masing-masing formula.
Pemeriksaan kapasitas
pembentukan gel dgn cara
mengambil 1 tetes formula
Kapasitas kemudian dimasukan kedalam botol
Pembentukan Gel yg berisi cairan simulasi air mata.
Amati waktu yg dibutuhkan untuk 42
pembentukan gel.
Pengukuran viskositas sediaan
dilakukan dgn menggunakan alat
Pemeriksaan viskometer Brookfield LVDV-E.
Viskositas pada temperatur 370,50C.
Pengukuran dilakukan pada hari ke
0, 7, 14, 21, & 28. Setiap
pengukuran pada dilakukan pada
masing-masing formula.
Spektrum derivatif yg didapatkan
kemudian dilihat serapannya pada
Pemeriksaan panjang gelombang zero-crossing
Kadar Zat Aktif 255,2 nm & dihitung dgn persamaan
Sediaan In Situ Gel kurva kalibrasi zero-crossing.
Penentuan kadar sediaan dilakukan
pada masing-masing formula

Pemeriksaan Berat Pemeriksaan berat jenis sediaan


dilakukan dgn menggunakan
Jenis Sediaan
piknometer.

43
Pengukuran kapasitas gel secara
in-vitro dilakukan secara visual.
Kapasitas gel dibedakan dalam 3
Uji Kapasitas Gel in-vitro kategori berdasarkan waktu
pembentukan & kepadatan gel
yang terbentuk

Pelepasan obat secara in vitro


formulasi moksifloksasin
menggunakan difusi dengan alat
Uji Pelepasan Zat Aktif uji dimodifikasi. dianalisis
Secara In Vitro
menggunakan spektrofotometer
UV dgn panjang gelombang
290nm.

Aktivitas antimikroba ditentukan


Uji aktivitas antimikroba dgn uji difusi menggunakan
medium agar.

44
Uji Iritasi Mata Pada studi iritasi mata dilakukan
perlakuan terhadap hewan uji.

Formula tetes mata moxifloxacin


dimasukkan dalam botol kaca,
ditutup dengan penutupan karet
Uji Stabilitas butil abu-abu & disegel dengan
Sediaan aluminium.
Botol berisi formula disimpan di
ruang stabilitas, dipertahankan
pada 402C dan 755% RH
selama 1 bulan.

45
Packaging
Wadah Primer
Wadah Sekunder

Wadah Tersier

46
(Registrasi, Marketing,
ASPEK Distribusi,
Pharmacovigilance)
REGULASI
47
SISTEM PENGAWASAN OBAT

PRE MARKET POST MARKET

48
REGULASI OBAT JADI
Per KaBPOM No.
REGISTRASI HK.03.1.23.10.11.0881 tahun
OBAT 2011 tentang Kriteria & Tata
Laksana Registrasi Obat.
PerKaBPOM
No. HK. HK.03.1.33.12.12.8195
tahun 2012 PRODUKSI
Permenkes No.
Tentang Penerapan Pedoman CPOB
1010/MENKES/PER/XI/2008
ttg Registrasi Obat
Per KaBPOM Nomor HK.
DISTRIBUSI 03.1.34.11.12.7542 tahun
2012 tentang Pedoman
PP No. 51 tahun 2009 ttg Teknis CDOB
Pekerjaan Kefarmasian
Permenkes no. 34 Th 2014 ttg
PBF PEMASARAN
UU RI No. 8 th 1999 ttg
PerKa BPOM No.
Perlindungan Konsumen
HK.03.1.23.12.11.10690 Tahun
FARMAKOVIGILA 2011 tentang Penerapan
Farmakovigilans Bagi Industri
NS
Farmasi 49
REGISTRASI OBAT
JADI
PER KABPOM
NOMOR HK.03.1.23.10.11.0881 TAHUN 2011 TENTANG
KRITERIA DAN TATA LAKSANAProsedur
REGISTRASI OBAT
Pendaftaran &
REGISTRASI Evaluasi Obat IZIN EDAR

Kategori 1 : Obat Baru & Produk


Biologi
REGISTRASI BARU Kategori 2: Obat Copy
Kategori 3: Sediaan lain
Kategori 4 : variasi major (VaMa
Kategori 5 : variasi minor yang
REGISTRASI VARIASI memerlukan persetujuan (VaMi-
B)
Kategori 6 : variasi minor
dengan notifikasi (VaMi-A)

REGISTRASI ULANG Kategori 7 : Registrasi Ulang

50
KRITERIA OBAT YANG DAPAT
MEMILIKI IZIN EDAR

51
52
NOMOR REG. OBAT

53
NOMOR REGISTRASI OBAT

D K L 15 214 542 25 A 1

Nama Produksi No urut Bentuk Kemasan


dagang lokal pabrik sediaan utama
Obat bebas Periode Kekuatan sed
No urut OJ obat yg pertama
terbatas daftar 2015
disetujui
54
ASPEK CPOB 2012
(PER KABPOMNOMOR HK. HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012)

BAB 1. MANAJEMEN MUTU


BAB 2. PERSONALIA
BAB 3. BANGUNAN DAN FASILITAS
BAB 4. PERALATAN
BAB 5. SANITASI DAN HIGIENIS
BAB 6. PRODUKSI
BAB 7. PENGAWASAN MUTU
BAB 8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK
BAB 9. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN KEMBALI
PRODUK
BAB 10. DOKUMENTASI
BAB 11. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK
55
BAB 12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI
RUANG PRODUKSI
Catatan :
Kelas A, B, C & D : kelas
kebersihan ruang untuk
pembuatan produk steril
Kelas E : kelas kebersihan ruang
untuk pembuatan produk nonsteril
Persyaratan lain untuk pembuatan
produk steril dirangkum pada
Aneks 1 Pembuatan Produk Steril

56
DISTRIBUSI & PEMASARAN

CPOB

INDUSTRI PBF &


FARMASI APOTIK,KLINIK, Pharmaceutic
IFK
RS/PUSKESMAS al Care

CDOB

Berkualitas, Aman
Efektif PASIEN/KONSUM
Berkhasiat EN
57
ASPEK CDOB

58
HAL-HAL KRITIS DALAM CDOB (1)

59
HAL-HAL KRITIS DALAM CDOB (2)

60
PERKA BPOM NOMOR HK.03.1.23.12.11.10690
TAHUN 2011
TENTANG PENERAPAN FARMAKOVIGILANS BAGI
INDUSTRI FARMASI

61
62
63
DRUG INFORMATION MOXIFLOXACIN
In Situ GEL
& KONSELING
64
DEFINISI
MOXIFLOXACIN MENURUT DEFINISINYA, YAITU SEBUAH KEMAJUAN BARU DARI
ANTIBIOTIK GOLONGAN FLUOROKUINOLON YANG DTANDAI DENGAN
PENINGKATAN AKTIVITAS KLINIK DARI BAKTERI GRAM POSITIF, NEGATIF DAN
PATOGEN ATIPIKAL.
Penggunaan Moxifloxacin

Infeksi saluran pernafasan


Infeksi saluran kemih
infeksi intraabdominal
Infeksi tulang dan sendi
Infeksi kulit dan jaringan lunak

Tuberkulosis
Endokarditis
Infeksi lainnya
Jenis Bakteri

BAKTERI AEROB GRAM POSITIF


ENTEROCOCCUS FAECALIS, STAPHYLOCOCCUS AUREUS, STREPTOCOCCUS
ANGINOSUS, STREPTOCOCCUS CONSTELLATUS, STREPTOCOCCUS
PNEUMONIAE, STREPTOCOCCUS PYOGENS.
BAKTERI AEROB GRAM NEGATIF
ENTEROBACTER CLOACAE, ESCHERICHIA COLI, HAEMIPHILUS INFLUENZA,
HAEMOPHILUS PARAINFLUENZAE, KLEIBSIELLA PNEUMONIAE, MORAXELLA
CATARRHALIS, PROTEUS MIRABILIS.
BAKTERI ANAEROB
LANJUTAN.
BACTEROIDES FRAGILIS, BACTEROIDES THETAIOTAOMICRON, CLOSTRIDIUM
PERFRINGENS, PEPTOSSTREPTOCOCCUS SPECIES.
Indikasi Untuk Sediaan

Konjungtivitis
Konjungtivitis bakterial adalah kondisi peradangan konjungtiva
yang dihasilkan dari infeksi karena satu atau lebih spesies bakteri.
Mekanisme Aksi

MOXIFLOXACIN GOLONGAN FLUOROKUINOLON BEKERJA MENGHAMBAT


TOPOISOMERASE II (DNA GYRASE) DAN TOPOISOMERASE IV YANG DIPERLUKAN OLEH
BAKTERI UNTUK REPLIKASI DNA.
Efek Samping

GUGUS FLUORIDA TELAH DIKETAHUI BERSIFAT NEUROTOKSIK DAN OBAT


YANG MENEMPEL PADA GUGUS FLUORIDA DAPAT BERPENETRASI KE DALAM
JARINGAN YANG SENSITIF TERMASUK OTAK.
MENGGANGGU SINTESA KOLAGEN, DAN DAPAT MERUSAK SISTEM IMUN.
MENGHAMBAT PEMBENTUKAN ANTIBODI DALAM DARAH.
Kontraindikasi

RIWAYAT HIPERSENSIVITAS PADA MOXIFLOXACIN ATAU GOLONGAN KUINOLON


LAINNYA.
SIMPULAN

Mofloxacin In Situ Gel Merupakan Sediaan Steril Karena Di Aplikasikan Pada


Organ Mata yang berupakan kategori obat Golongan Keras Berlogo (K)
Mofloxacin In situ gel diproduksi dengan memenuhi syarat CPOB, & CDOB.

74
75
76

Você também pode gostar