Você está na página 1de 16

ASUHAN KEPERAWATAN

ARBOSI

M. RASYID RIDHO TANJUNG


NUEL YOFALDO SAGALA
DEFINISI
Definisi aborsi menurut WHO adalah pengeluaran embrio
atau janin yang berat badannya 500 gram atau kurang,
yang setara dengan usia kehamilan sekitar 22 minggu.
Dalam praktik, aborsi lebih sering dideskripsikan sebagai
keguguran (abortus) untuk menghindari terjadinya
distress, karena beberapa wanita menghubungkan istilah
aborsi dengan terminasi kehamilan yang disengaja. Masalah
awal kehamilan (abortus). (Chris Brooker, 2008).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh karena
akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan. (Saifuddin AB,
dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, 2006).
ETIOLOGI

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:


- Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang
menyebabkan kelainan ini ialah:
- Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi
X.
- Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
- Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan,
tembakau, dan alkohol.
- Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun.
- Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat,
keracunan, dan toksoplasmosis.
- Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk
abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri,
dan kelainan bawaan uterus. (Arief Mansjoer, dkk, 2001).
PATOFISIOLOGI

Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah
menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam
bentuk miniature. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam
berbagai bentuk, adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang
mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh
lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi
mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi
organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan khorion. Pada janin yang telah meninggal dan
tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena
cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng
(fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan. (Sarwono, 2006).
MANIFESTASI KLINIS

Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.


Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
lebih cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
Pemeriksaan ginekologi:
a. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk darri vulva.
b. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri. (Arief Mansjoer,
dkk, 2001).
PENATALAKSANAAN MEDIS

Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk


membantu pemantauan kelangsungan kehamilan sampai pemberian
USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk monitoring kehamilan
dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai
kehamilan ini tidak mengalami abortus. Pada keadaan embrio tidak
terdapat gerakan jantung janin maka perlu segera dilakukan evakuasi
serta pemberian kariotip jaringan hasil konsepsi tersebut.
Pemeriksaan serum -fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan
16-18 minggu. Pemeriksaan kariotip dari buah kehamilan dapat
dilakukan dengan melakukan amniosintesis air ketuban untuk menilai
bagus atau tidaknya kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai
dengan hasil penilaian yang sesuai. Pengobatan disini termasuk
memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan anatomi,
kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan
reaksi imunologi. Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu
obat-obatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga akan
sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka
pengobatan secara intensif harus dikerjakan secara bertahap baik
pengobatan kromosom, anomaly anatomi, kelainan endokrin, infeksi,
factor imunologi, antifosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau
imunomodulator perlu diberikan secara berurutan. Hasil ini
merupakan suatu pekerjaan yang berat dan memerlukan pengamatan
yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
PENGKAJIAN
Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan
ke- , lamanya perkawinan dan alamat
Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan
datang dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan
keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut.
Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung,
mengatakan bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas
serta mengeluh sedih karena kehilangan kehamilannya.
Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi , masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Data psikososial.
- Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi
dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme
koping yang digunakan.
- Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME,
dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
- mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
- Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b) Palpasi
- Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Suhu badan normal
atau meningkat
- Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Denyut nadi normal atau cepat dan
kecil
- Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
c) Perkusi
Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
- Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut
atau tidak
d) Auskultasi
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. Tekanan
darah normal atau menurun (Johnson & Taylor, 2005 : 39)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan
2. Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan
sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan
jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi
vulva lembab
5. Cemas b.d kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan 1 :
Resiko syok hemorrhagic b.d Perdarahan
Tujuan
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan
output baik jumlah maupun kualitas
Intervensi
Cek Airway, Breathing, and Circulation
R/ Sebagai pertolongan pertama pada keadaan syok
Penderita dibaringkan dalam posisi trendelenburg, yaitu posisi
telentang biasa dengan kaki sedikit tinggi 30 derajat
R/ Mencegah gangguan perfusi serebral dan untuk auto
transfusi
Monitor kondisi TTV tiap 2 jam
R/ Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus
memiliki karekteristik bervariasi
Monitor input dan output cairan
R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
Diagnosa keperawatan 2 :
Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan
Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
pantau tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien
lebih buruk.
Monitor pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan.
R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ
reproduksi
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
R/ Mengistiratkan klilen secara optimal
Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /
kondisi klien
R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat
mutlak sangat diperlukan.
Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
R/ Menilai kondisi umum klien
Diagnosa keperawatan 3 :
Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan
intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
Monitor kondisi nyeri yang dialami klien
R/ Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun deskripsi
Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
Kolaborasi pemberian analgetika
R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan
dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam
spectrum luas/spesifik
Diagnosa keperawatan 4 :
Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
-Monitor kondisi keluaran atau dischart yang keluar;
jumlah, warna, dan bau
R/ Perubahan yang terjadi pada dishart dimonitor setiap
saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap
disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
-Lakukan perawatan vulva
R/ Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat
dapat menyebabkan infeksi
-Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama
masa
R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan
genital
Diagnosa keperawatan 5 :
Cemas b.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
meningkat
Intervensi :
Monitor tingkat pengetahuan/ persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
R/ Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
Monitor derajat kecemasan yang dialami klien.
R/Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien
tentang penyakit.
Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
R/Kelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.
Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.
R/Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan.
Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
R/Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan
dan membangun support system keluarga untuk mengurangi kecemasan klien dan
keluarga

Você também pode gostar