Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1
Outline
Pendahuluan
2
3
Pendahuluan
Obat bahan alam (herbal medicines) banyak digunakan didalam dunia
kefarmasian untuk terapi, disamping masih sering digunakan untuk pengatur
diet makanan (dieatry suplement).
Dengan bertambahnya informasi efek samping dan toksisitas obat bahan alam, maka didalam
penggunaannya perlu rekomendasi khusus untuk menjaga efektivitas & kemanan pemakaian.
Penelitian farmakokinetika klinik dan studi interaksi obat bahan alam menjadi sangat penting
untuk meningkatkan rasionalitas terapi guna menghasilkan terapi yang efektif dan aman.
Mengingat kompleknya kandungan aktif obat bahan alam & rendahnya konsentrasi yang
diketemukan di dalam serum, maka analisa dengan cara & alat yang canggih, misalnya
menggunakan HPLC/MS, atau HPLC/NMR akan sangat membantu menetapkan parameter
farmakokinetika obat alam tersebut, sebagai dasar pengaturan dosis (medicinal herbal dose
regimens).
4
Parameter farmakokinetik
Parameter primer, yakni parameter yang dipengaruhi
Parameter farmakokinetik merupakan secara langsung oleh faktor fisiologi, misalnya klirens (Cl),
besaran yg diturunkan secara volume distribusi (Vd) & konstanta kecepatan absorbsi
matematis dari konsentrasi obat aktif (Ka).
didalam serum/urin/cairan hayati yg
Parameter yang tidak langsung dipengaruhi oleh faktor
lain selama waktu tertentu, yang
fisiologi disebut parameter farmakokinetika sekunder,
menggambarkan proses ADME (Gibaldi
yakni misalnya waktu paro eliminasi (t1/2), konstanta
and Perrier, 1975; Ritcshel, 1980;
kecepatan eliminasi (k), dan daerah di bawah kurva (Area
Shargel dkk., 2005).
Under the Curve = AUC).
6
Garlik (Allium sativum L.)
Komponen zat aktif adalah S-alilsistein (SAC), yang merupakan kontributor
utama dalam preparat garlik untuk kesehatan.
Uji farmakokinetika klinik pada sukarelawan sehat menunjukkan bahwa setelah
pemberian dosis 500 mg kapsul ekstrak garlik secara oral, konsentrasi puncak
dalam serum (Cmaks) dicapai kurang lebih 1 jam setelah pemberian.
Waktu paruh eliminasinya setelah pemberian oral adalah 10 jam (Kodera dkk.,
2002).
7
Minyak timus (Thymus vulgaris L.)
Untuk terapi bronkhitis akut dan kronis (Piscitelli dkk, 2002). Kandungan utama minyak timus :
terpinen 94,3%, p-cimen (23,5%), karvakrol (2,2%), dan timol (63,6%) (Dimitra dkk., 2000).
Penelitian farmakokinetika klinik preparat timol dilakukan pada sukarelawan sehat. Setelah
mendapatkan perlakuan dengan tablet Bronchipet, yang mengandung 1,08 mg timol, hasilnya
menunjukkan bahwa tidak diketemukan timol didalam serum maupun urin.
9
Kurkumin (Curcuma spp.)
Studi farmakodinamik & farmakokinetika kurkumin telah dilakukan setelah
pemberian ekstrak Curcuma secara oral pada pasien dengan kanker colorectal.
Ekstrak Curcuma terstandardisasi dalam bentuk kapsul dengan dosis antara 440
sampai 2200 mg/hari yang mengandung kurkumin 36-180 mg diberikan kepada
15 pasien kanker colorectal setiap hari selama 4 bulan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak Curcuma aman diberikan
pada pasien sampai dosis 2,2 g/hari yang ekivalen dengan 180 mg kurkumin,
kurkumin memiliki bioavailabilitas kecil pada manusia dan mungkin disebabkan
oleh metabolisme intensif di saluran cerna (Sharma dkk., 2001).
10
11
Simpulan
Penetapan farmakokinetika obat alami sangat diperlukan untuk mengatur dosis
pemberian agar diperoleh terapi yang efektif dan aman.
Penelitian farmakokinetika klinik obat alami sangat menantang mengingat
komponen aktif obat alami sangat komplek dan konsentrasi metabolit aktif yang
dapat dideteksi di dalam serum sangat kecil. Oleh karena itu, perlu
dikembangkam metoda analisis yang selektif, sensitif, dan dan mempunyai
reproduktibiltas tinggi.
12
References
Wahyono, djoko dan Hakim, Arief Rahman. Peran Farmakokinetika Dalam Terapi Kuantitatif Obat
Bahan Alam Pharmacokinetics : The Role In Herbal Medicnes Quantitative Therapy. Bagian
Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fak. Farmasi UGM
13