Você está na página 1de 31

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN INDONESIA

DALAM KONTEKS EDUCATIOAN FOR ALL


(WAJAR 9 TAHUN DAN 12 TAHUN)*

Oleh:
Dr. Bambang Wasito Adi, S.H., Dipl.M., M.Sc

*)Disampaikan pada kuliah Program Doktor Ilmu Pendidikan,


Pasca Sarjana UNS, Solo 10 Juli 2015
Kompetensi yang diharapkan dari
perkuliahan ini
Mahasiswa akan mampu melakukan analisis dan
sisntesis terkait Kebijakan Education for All
(dalam konteks kebijakan WAJAR 9th dan Wajar
12 th) dengan tantangan isu-isu strategis yang
akan dihadapi oleh Indonesia kedepan, yaitu:
1. Menghadapi MEA
2. Mencapai target RPJMN 2015-2019
3. Menghadapi Era Bonus Demografi dan
Angkatan kerja nasional
2. Pengertiaan dan Fungsi Kebijakan
Kebijakan adalah aturan tertulis yang berupa keputusan
resmi/formal bersifat mengikat sebagai acuan untuk mengatur
prilaku dengan tujuan menciptakan tata nilai baru dalam
masyarakat. (Dunn, 1999).
Kebijakan pendidikan (educational policy) sebagai sebuah
pertimbangan yang didasarkan atas system nilai dan beberapa
penilaian atas factor-faktor yang bersifat situasional,
pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk
mengopersikan pendidikan yang bersifat melembaga. (Carter
V Good 1959)
Kebijakan disusun melalui proses pembuatan kebijakan
(policy making) dengan memperhatikan faktor lingkungan
eksternal, masukan (input), proses (transformasi), keluaran
(output), dan umpan balik (feedback) dari lingkungan.
Hakikat kebijakan ialah berupa keputusan yang
substansinya adalah tujuan, prinsip dan aturan-aturan.
Berkaitan dengan masalah ini, kebijakan berfunsi sebagai:
(Pongtuluran, 1995:7).
(1) Pedoman pengambilan keputusan
(2) Pedoman untuk bertindak, dan
(3) Pembatas prilaku, dan
I. PENGANTAR (1)
Landasan Hukum/Regulasi
1) UUD 1945,
Pasal 31 ayat (1): Menyebutkan bahwa setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan
Pasal 31 ayat (3) menegaskan bahwa
Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang
I. PENGANTAR (2)
2) UU Nomor 20 Th 2003 tentang Sisdiknas
Pasal 34 ayat (1): Setiap warga negara yang
berusia 6 tahun dapatmengikuti program wajib
belajar.
Pasal 34 ayat (4): Ketentuan mengenai wajib
belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah
3) PP no 47 tahun 2008, tentang pelaksanaan wajib
belajar sembilan tahun
4) PP tentang Wajar 12 Tahun ??? (Kapan)
Kronologis Regulasi Wajar 6 Th, 9 Th dan 12 Th
Juni 2015, Rencana
Pencanangan Wajar 12 Th
UU sisdiknas No.
20 Tahun 2003

UU No. 2 Sistem Pendidikan


Nasional Tahun 1989

Mei 1984
Pencangan
Wajar 6 Th

PP No. 47 Tahun 2008,


Pelaksanakan wajar 9 Th

Pencanangan Wajar 9 Th
2 Mei 1994

UUD 1945
Ps 31 (1; 2)
Capaian APS (sumber Susenas 2012)
Capain Angka Partisipasi Sekolah Dasar (7-12 th) = 98,02%
Capain Angka Partisipasi Sekolah Menengah Pertama (13-15 th) = 89,76%
Capain Angka Partisipasi Sekolah Menegah Atas (16-18 th) = 61,49%
Capain Angka Partisipasi Pendidikan Tinggi (19-23 th)*= 28%

Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Contoh Interprestasi:
Misalkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun di Kabupaten A adalah sebesar 96
persen. Hal ini berarti masih ada 4 persen penduduk berusia 7-12 tahun yang tidak bersekolah.
Langkah kebijakan apa yang perlu ditempuh oleh Pemerintah?
Angka Partispasi Kasar (APK)
Contoh Interprestasi:
Misalkan Angka Partisipasi Kasar (APK) penduduk usia 7-12 tahun di Kabupaten A adalah sebesar 102
persen. Hal ini berarti bahwa terdapat 2 persen penduduk yang tidak berusia 7-12 tahun yang
bersekolah di SD.
Langkah kebijakan apa yang perlu ditempuh oleh Pemerintah?
Angka Partisipasi Murni (APM)
Contoh Interprestasi:
Misalkan Angka Partisipasi Murni (APM) penduduk usia 7-12 tahun di Kabupaten A adalah sebesar 85
persen. Hal ini berarti bahwa terdapat 85 persen penduduk yang berusia 7-12 tahun yang bersekolah
di SD.
Langkah kebijakan apa yang perlu ditempuh oleh Pemerintah?
Kebijakan Apa Yang Telah Ditempuh?
1) Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan
Penyediaan dana BOS (Bantuan Biaya operasional Sekolah
Pembangunan USB dan RKB
2) Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing
Peningkatan kwalifikasi dan profesi Guru
Penyempurnaan Kurikulum Pendidikan
Peningkatan SARPRAS Pendidikan
Peningkatan kompetensi siswa
3) Penguatan Tata kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan
Transparansi, efisiensi dan akuntabilitas birokrasi Pendidikan
Peningktan peran serta masyarakat (Komite Sekolah, Dewan
Pendidikan, dan stake holder pendidikan)
Existing Condition
Beberapa Indikator yang perlu dipahami:
1. Posisi Daya saing Internasional
2. Masalah Pengangguran
3. Masalah kwalifikasi Angkatan kerja
Posisi Daya Saing International

HDI Indonesia pada posisi 111 dari 182 negara


atau urutan ke 6 dari 10 negara ASEAN
Index Daya Saing masih belum stabil: (2009
pada posisi 54 dari 144 negara; 2010 44;
2011 46; 2012 38 dan 2013 34.
Mutu Pendidikan: Peringkat 64 dari 120 negara
(UNESCO 2012).
Data Education Development Index (EDI) 2011,
Indonesia pada peringkat ke-69 dari 127
negara.
Data angkatan kerja (Februari 2014):
Jumlah penduduk yang bekerja 118,2 juta
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,70% (6,7 juta).

Data Pengangguran Beberapa negara


No Negara Jmlh Pddk 2010 2011 2012 2012 2013

1 China 1.3 m 4,3 4.1 4.1 4.1 4.1


2 Filiphina 88 7.5 7.3 7.0 7.0 7.1

3 Indonesia 237 7.9 7.1 6.6 6.1 6.2

4 Australia 23 5.6 5.2 5.1 5.2 5.7

5 Malaysia 29 3.6 3.3 3.1 3.0 3.1

6 Singapura 4.5 2.2 2.9 2.1 1.9 1.8

7 Thailand 65 1.4 1.5 1 0,7 0,7


Angkatan kerja berdasarkan jenjang pendidikan:
SD 46,8% (55,3 juta) dan SMP 17,8% (21 juta);
SMA 16% (18,9 juta) dan SMK 9,2% (10,9 Juta);
Diploma 2,6% (3,1 juta), dan Universitas 7,65% (8,8
juta)
Tantangan Pendidikan Kedepan
Dari sisi waktu, paling tidak ada 3 tantangan
besar Yang harus dihadapi oleh Indonesia, yaitu:
1. Tangan jangka pendek menghadapi MEA,
yang akan diberlakukan tahun 2015
2. Tantangan Jangka menengah (5 tahun
kedepan) pencapaian target sebagai
dicanangkan dalam RPJMN 2015-2019
3. Tantangan jangka panjang samapai 2020-
2030, yaitu menghadapi fenomena Bonus
Demografi
1. Menghadapai MEA
1. Setiap negara ASEAN akan memiliki kalkulasi
untung rugi sendiri dalam menghadapi MEA,
sesuai dengaan kekuatan dan kelemahan
masing-masing.
2. Esensi yang harus dihadapi Indonesia adalah:
ketersediaan SDM profesional untuk
menghadang profesional dari negara lain
Efisiensi di sektor industri dan perdagangan
Penguasaan IPTEK
Pencapaian Target RPJMN 2015-19
Tantangan 5 tahun kedepan, terutama dalam
menghadapi masalah peningkatan pemerataan dan
penanggulangan kemiskinan:
1) Memacu pertumbuhan ekonomi nasioanal rata
7% pertahun
2) Meningkatkan investasi padat kerja untuk
menciptakan job creation guna menyerap usia
produktif dengan tingkat pendidikan SD, SMP
dan SMA
3) Memberikan perhatian kusus untuk tumbuhnya
UMKM
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 20122014
(juta orang)
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 20122014
(juta orang)
Ledakan penduduk usia kerja

Trend in number of children, working-age and older


persons, Indonesia, 1950-2050

250
Jumlah penduduk usia kerja meningkat
drastis mencapai 170,9 jt tahun 2015,
200 mencapai 195,2 tahun 2040 dan
working-age
menurun menjadi 191,5 tahun 2050
Population in millions

150
Jumlah anak dibawah 15 tahun
menurun, tetapi masih 50 juta tahun
100
2050
children 0-14
Jumlah lansia meningkat perlahan
50 Sampai tahun 2035 lalu meningkat
pesat mencapai 49,6 tahun 2050 sama
0
older persons 65+ dengan jumlah anak.
50

60

70

80

90

00

10

20

30

40

50
19

19

19

19

19

20

20

20

20

20

20

Year
TARGET KONDISI EKONOMI DAN KEMISKINAN 2015-2019

Perkiraan Target Jangka Menengah


2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat 9,0-10,5
Kemiskinan (%) (realisasi 9,0-10,0 8,5-9,5 7,5-8,5 6,0-8,0 5,0-6,0
Maret:
11,25%)
HDI (Human Development Index)
Tantangan Pencapaian Target RPJMN (2015-19)
dalam menghadapi masalah peningkatan pemerataan dan
penanggulangan kemiskinan:
1) Memacu pertumbuhan ekonomi nasioanal rata 7%
pertahun
2) Meningkatkan investasi padat kerja untuk
menciptakan job creation guna menyerap usia
produktif dengan tingkat pendidikan SD, SMP dan
SMA
3) Memberikan perhatian kusus untuk tumbuhnya
UMKM
3. Tantangan Fenomena Bonus Demografi
(2020- 2030)
Population by Age and Sex,
Indonesia Census 2000

75+
70-74 LANSIA
65-69
60-64
55-59 TRIPLE
50-54 BURDEN
45-49
Age Group

40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19 REMAJA
10-14
5-9
0-4 BALITA DAN ANAK
20 15 10 5 0 5 10 15 20
Percentage Percentage

Male Female
Rasio Ketergantungan dan Bonus Demografi
1971 2000 2010 2020-2030 >2045
Windows of
Opportunity

86 54 51 >50
44 Naik
Anak dan Anak dan Anak dan
Anak dan terus
lansia per lansia per lansia per
Proyeksi lansia per 100 karena
SP2000 100 usia 100 usia 100 usia
usia produktif naiknya
produktif produktif produktif
proporsi
lansia

2028-2031 >2045
Proyeksi berdasarkan SP2010 47
>50
Window of Opp menyempit dan Anak dan Naik terus
Angka Ketergantungan tidak lansia per karena
lagi serendah yang diharapkan 100 usia naiknya
produktif proporsi
lansia.
Source : Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo SE MA PhD Head of Masters Program on
Population and Labor University of Indonesia; 2011 24 2
Peluang Bonus Demografi

Fenomena Bonus demografi memunculkan


apa yang disebut dengan Window of
opportunity yaitu jendela kesempatan bagi
suatu negara yang mendapat BD untuk
memanfaatkan potensi angkatan kerja (SDM)
menjadi engine of growth guna mendorong
pertumbuhan ekonomi nasionalnya.
Mutu dan Kompetensi angkatan kerja (usia
15-64 tahun) merupakan salah satu faktor
produksi yang paling penting dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian
Peluang bonus demografi adalah bagaimana
memanfaatkan angkatan kerja yang ada
dengan meningkatkan partisipasi angkatan
kerja
Partisipasi angkatan kerja yang tinggi akan
mendorong kemampuan daya beli menjadi
tinggi, pada gilirannya akan mendorong
konsumsi rumah tangga menjadi tinggi dan
akhirnya akan berkibat pada peningkatan
agregat produksi nasional yang berujung pada
pendapatan nasional yang tinggi
Kalau engine of growth tadi ternyata berisi
SDM yang kualitasnya rendah dan tidak bisa
produktif maka kesempatan seabad sekali
window opportunity akan menjadi
demografic dissaster. Disini Bonus
Demografi ibarat Pedang Bermata Dau
Bagaimana kita sikapi ?
Elvis Presely pernah mengalunkan now or
never. Sekarang kita harus berbuat atau
kesempatan emas akan terlewatkan.
Pertanyaan Yang Harus Kita Jawab ?
1.Bagaimana kibijakan Pendidikan mulai dari
Jenjang Pendidikan Dasar sampai Pendidikan
Tinggi menyikapi hal ini?
2.Apa langkah-langkah strategis jangka pendek dan
jangka menengah yang akan dilakukan?
3.Bagaimana paradigma pembiayaan pendidikan
yang selama ini menggelembung pada level
pendidikan dasar (Wajib Belajar) bergeser ke level
pendidikan menengah dan tinggi disesuai seiring
dengan trend kependudukan?
1.Bagaimana konsep Triple Helix dan konsep
Entrepreneur University sebagaimana
diterapkan di beberapa negara bisa kita
adopsi?
2.Bagaimana kebijakan pendikan vokasi
menengah dan tinggi mengantisipasi angkatan
kerja berdasarkan local wisdom dan sebaran
angkatan kerja?
Terimakasih

Você também pode gostar