Você está na página 1de 24

ASKEP CRANIOTOMY

PADA PASIEN TRAUMA KEPALA

Kelompok 8
Adela Sariri
Diana Anggriana
Novika Ana lely
Putri Sri Utami
Ratri Arseno
A. KONSEP DASAR TRAUMA KEPALA

1. Definisi
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer
ataupun permanen.
Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan
pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan / benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran, sehingga menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
2. ETIOLOGI

Beberapa penyebab cedera kepala (Smeltzer, 2001; Long,1996), antara


lain:
a. Trauma tajam
b. Trauma tumpul
c. Cedera akselerasi
d. Kontak benturan (Gonjatan langsung)
e. Kecelakaan lalu lintas
f. Jatuh
g. Kecelakaan industri
h. Perkelahian
3. PATOFISIOLOGI
3. PATOFISIOLOGI
4. KLASIFIKASI CEDERA

a. Berdasarkan Mekanisme
b. Berdasarkan Tingkat Keparahan
a. Cedera kepala ringan : Nilai GCS-nya 13-15, kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit.
Ditandai dengan nyeri kepala, muntah, vertigo dan tidak ada penyerta seperti pada fraktur
tengkorak, kontusio/hematoma
b. Cedera kepala sedang : Nilai GCS-nya 9-12, kehilangan kesadaran antara 30 menit 24 jam,
dapat mengalami fraktur tengkorak dan disorientasi ringan (bingung)
c. Cedera kepala berat : Nilai GCS-nya 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, meliputi: kontusio
serebral, laserasi, hematoma dan edema serebral (Hudack dan Gallo, 1996)

c. Morfologi Cedera
a. Fraktur Kranium
b. Lesi Intrakranial
5. MANIFESTASI KLINIS

a. Perubahan kesadaran adalah merupakan indicator yang paling sensitive yang


dapat dilihat dengan penggunaan GCS (Glasgow Coma Scale). Pada cedera
kepala berat nilai GCS nya 3-8
b. Peningkatan TIK yang mempunyai trias Klasik seperti : nyeri kepala karena
regangan dura dan pembuluh darah; papil edema yang disebabkan oleh
tekanan dan pembengkakan diskus optikus; muntah seringkali proyektil.
c. Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi
jantung (bradikardi, takikardia, yang diselingi dengan bradikardia disritmia).
d. Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi,
stridor, terdesak, ronchi, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi), gurgling.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto polos kepala
CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
Cerebral Angiography : Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak
sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
Serial EEG : Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
BAER : Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
PET : Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
CSF, Lumbal Punksi : Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
Analisis Gas Darah :Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intracranial
Kadar Elektrolit :Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan
intrkranial
6. PENATALAKSANAAN

Observasi 24 jam
Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
Pasien diistirahatkan atau tirah baring. Prioritas perawatan adalah maksimalkan
perfusi / fungsi otak, mencegah komplikasi,
Profilaksis diberikan bila ada indikasi. pengaturan fungsi secara optimal /
Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi. mengembalikan ke fungsi normal, mendukung
proses pemulihan koping klien / keluarga,
Pemberian obat-obat analgetik. pemberian informasi tentang proses penyakit,
prognosis, rencana pengobatan, dan
Pembedahan bila ada indikasi. rehabilitasi.
KOMPLIKASI

Koma
Seizure
Infeksi : yang dibahayakan adalah Infeksi meningen
Kerusakan saraf
Hilangnya kemampuan kognitif: Berfikir, akal sehat, penyelesaian masalah, proses informasi
dan memori merupakan kemampuan kognitif
TREPANASI/CRANIOTOMY
DEFINISI

Trepanasi atau craniotomy adalah operasi untuk membuka tengkorak (tempurung


kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.
Trepanasi/ kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yangbertujuan
mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif.
Menurut Chesnut RM (2006), Craniotomy adalah prosedur untuk menghapus luka di
otak melalui lubang di tengkorak (kranium).
Menurut Hamilton M (2007), Craniotomy adalah operasi pengangkatan sebagian
tengkorak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
Craniotomy adalah operasi membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk
mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka yang
ada di otak.
LANJUTAN....

Jadi kraniotomi
adalah dilakukannya
operasi pembukaan
tulang tengkorak
untuk mengangkat
tumor, mengurangi
TIK, mengeluarkan
bekuan darah atau
menghentikan
perdarahan
INDIKASI

a. Pengangkatan jaringan abnormal


b. Mengurangi tekanan intracranial
c. Mengevaluasi bekuan darah
d. Mengontrol bekuan darah
e. Pembenahan organ-organ intracranial
f. Tumor otak
g. Perdarahan
h. Peradangan dalam otak
i. Trauma pada tengkorak
Komplikasi Post Operasi

a.Edema cerebral.
b.Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral.
c.Hypovolemik syok.
d.Hydrocephalus.
e.Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus).
f.Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
g.Infeksi
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAAN
Data subjektif :
Identitas
Keluhan utama
Riwayat cedera, meliputi waktu mengalami cedera (hari, tanggal, jam), lokasi/tempat mengalami cedera.
Mekanisme cedera: Bagaimana proses terjadinya sampai pasien menjadi cedera.
Allergi (alergi): Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan (jenisnya), obat, dan lainnya.
Medication (pengobatan): Apakah pasien sudah mendapatkan pengobatan pertama setelah cedera, apakah
pasien sedang menjalani proses pengobatan terhadap penyakit tertentu?
Past Medical History (riwayat penyakit sebelumnya): Apakah pasien menderita penyakit tertentu sebelum
menngalami cedera, apakah penyakit tersebut menjadi penyebab terjadinya cedera?
Last Oral Intake (makan terakhir): Kapan waktu makan terakhir sebelum cedera? Hal ini untuk memonitor
muntahan dan untuk mempermudah mempersiapkan bila harus dilakukan tindakan lebih lanjut/operasi.
Event Leading Injury (peristiwa sebelum/awal cedera): Apakah pasien mengalami sesuatu hal sebelum cedera,
bagaimana hal itu bisa terjadi?
PENGKAJIAN PRA OP KRANIOTOMI

Operasi sebelumnya
Persepsi/pengetahuan klien dan keluarga
Tingkat kesadaran dan respon terhadap
rangsang GCS Riwayat pengobatan
Identifikasi defisit neurologis: Antibiotik
Anticoagulan
a.Paralisis Anti Hipertensi
b.Disfungsi visual Anti confulsant anti kejang
c.Perubahan kepribadian Insulin DM fungsi membawa glukosa
d.Kemampuan berbicara dalam darah masuk ke sel.
Diuretik obat untuk memperlancar cairan
e.Ggn kandung kemih dan usus
Riwayat penyakit sebelumnya Alergi
Trombositopeni, hemofili, DM, dll Kebiasaan merokok, minum2an alkohol
Status emosi pasien dan keluarga koping
kecemasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Operasi
Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis
Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi,
transmisi
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan saraf
Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi
PENGKAJIAN POST KRANIOTOMI

Kondisi klinis pasien


TTV Indikasi TIK atau kerusakan hipotalamus post op
Fungsi pernafasan hipoksia ringan post op iskemi serebral
Nilai GDA
Status GCS
Penurunan respon rangsang, masalah bicara, kesulitan menelan, kelemahan
dan paralisis, perubahan visual
Balutan diispeksi perdarahan dan drainase CSS
Post Operasi
Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Resiko cedera berhubungan dengan trauma intracranial
Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
Pola nafas inefektif berhubungan dengan efek anastesi.
Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.
Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan post operasi

a. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output

b. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.

c. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain tercabut
Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil. Biasanya posisi awal
adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien
yang menjalani pembedahan abdomen dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini.

d. Perawatan luka operasi secara steril

Você também pode gostar