Você está na página 1de 55

REAKSI LEPRA

Oleh :
Kiki Agrivita Safitri
16710226

Pembimbing :
dr. Hendra Minarto., Sp. KK

LAB/KSM ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA1

2017
REAKSI KUSTA

Episode akut dalam perjalanan kronis penyakit


kusta yang merupakan suatu reaksi imunologis
dengan akibat merugikan penderita

Ada 2 tipe : reaksi tipe 1 ( reversal reaction )


dan reaksi tipe 2 ( ENL = Eritema Nodosum
Leprosum )

Reaksi tipe 1 imunitas seluler

Reaksi tipe 2 imunitas humoral


Batang, tahan asam
( Ziehl Nielsen ),
ukuran 3-8 x 0,5

Biasanya
Masa belah diri 12- berkelompok tp ada
21 hari masa ETIOLOGI yg tersebar satu-satu
tunas 2-5 tahun

Belum dapat dibiakkan


di media artifisial
jaringan yang dingin (
makrofag atau sel
Schwann )
Epidemiologi

Distribusi penyakit kusta dunia pada 2003.Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan
menderita kusta.[4]India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan
Myanmar. Pada 1999, insidensi penyakit kusta du dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284
kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, WHO membuat
daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal.
Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90%
kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar,
Mozambik, Tanzania dan Nepal
Reaksi
kusta
Reaksi tipe II
kusta
tipe I
Reaksi kusta
Ag M.leprae yg mati
limfosit T perubahan
imunitas seluler yang cepat
Reaksi hipersentivitas tipe IV
perubahan keseimbangan
antara imunitas seluler dan
M.leprae

Reaksi kusta tipe I

Lesi kulit >> edema &


Paling sering pada kasus
eritematosa, pembesaran
yang mendapat terapi dan
saraf dapat disertai nyeri (
pada tipe BB
neuritis ), demam
Reaksi kusta Tipe 1 = Reaksi Reversal

saraf kulit
kuman
Sistem Kekebalan Tubuh kusta
Bodys immune system
(Respons seluler)
perang
peradangan

serang !!
Lymphocyt T

Kulit merah,
bengkak, panas
nyeri tekan dan
ggn fungsi saraf.
M.leprae yang mati
Reaksi hipersensitivitas antibodi kompleks Ag-Ab
tipe III mengaktifkan
komplemen ENL

Reaksi kusta tipe II

Nodul eritematosa yang


nyeri, timbul mendadak,
Pada umumnya terjadi pada
demam, dpt disertai gejala
akhir terapi serta pada tipe
lain ( neuritis, arthritis,
BL dan LL
limfadenitis, orkitis,
irdosiklitis, dan glaukoma )
Reaksi kusta tipe 2 = ENL

(eritema nodosum lepromatous)


Aliran darah sistemik SARAF KULIT
Pecahan Kuman
Protein kuman masuk / ikut Globus /
mati
Kuman
Aliran darah sistemik hancur

Memacu respon kekebalan


tubuh ( Immuno kompleks ) Kuman patah-
patah/hancur
terurai
Deposit di jaringan dan sebabkan
peradangan di mana-mana
(di luar bercak kusta/saraf)
(respons humoral)
Mengeluarkan
Protein kuman

ENL : Nodul2 merah,panas,bengkak,nyeri,


disertai gangguan ke organ2 lain
BASIL KUSTA
Mycobacterium leprae
PENULARAN

1. Mukosa nasal (droplet


infection)
2. Inokulasi pada kulit
yang tidak utuh (suhu
dingin)

Imunitas, kemampuan hidup&waktu regenerasi bakteri


WHO. (2002). Elimination of Leprosy as a Public Health
Problem.
LETAK SYARAF TEPI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUSTA

N. Facialis
N. Auricularis magnus

N. Medianus
N. Radialis

N. Ulnaris

N. Peroneus Communis

N. Tibialis Posterior

CDC. (2003). Hansens's Disease


(Leprosy)
GEJALA KLINIK REAKSI KUSTA TIPE I

adanya perubahan lesi


Manifestasi lesi pada
kulit (lesi
kulit dapat berupa
hipopigmentasu
warna kemerahan,
menjadi eritema, lesi
bengkak, nyeri dan
macula menjadi
panas, sering muncul
infiltrate) maupun saraf
lesi kulit yang baru
akibat peradangan yang
dengan waktu yang
terjadi, onset nya
relative singkat.
mendadak.

ada saraf dapat terjadi


Hampir tidak terjadi
neuritis dan gangguan
peradangan pada organ
fungsi saraf. Kadang
lain. Reaksi kusta tipe I
dapat terjadi gangguan
dapat berlangsung 6-12
keadaan umum
minggu atau lebih
penderita (demam)

Amirudin MD. Eritema Nodosum Leprosum.


Ilmu Penyakit Kusta. 2003.
REAKSI KUSTA TIPE I
MENURUT BERATNYA
GEJALA KLINIK REAKSI KUSTA TIPE II (Erythema Nodosum
Leprosum / ENL)

perubahan lesi kulit daerah tungkai bawah,


berupa nodul wajah, lengan dan
kemerahan yang paha, serta dapat pula
multiple, mengkilap, muncul di hampir
tampak berupa nodul seluruh bagian tubuh
atau plakat, ukurannya kecuali daerah kepala
pada umumnya kecil, yang berambut, aksila,
terdistribusi bilateral lipatan paha dan
dan simetris daerah perineum

nyeri, pustulasi dan


ulserasi juga disertai
gejala sistematik
Lama perjalanan ENL
seperti demam,
dapat berlangsung 3
malaise, nyeri sendi,
minggu atau lebih,
nyeri otot dan mata,
kadang lebih lama
neuritis, gangguan
fungsi saraf, gangguan
konstitusi
Amirudin MD. Eritema Nodosum Leprosum. Ilmu
Penyakit Kusta. 2003.
REAKSI KUSTA TIPE II MENURUT
BERATNYA ( dep.kes RI 2006)
Bagan diagnosis Klinis Menurut WHO :

TIPE PB TIPE MB
1-5 lesi >5 lesi
Distribusi tidak simetris Distribusi lebih simetris
Hilangnya sensasi yang jelas Hilangnya sensasi kurang jelas
Hanya satu cabang saraf Banyak cabang syaraf
Hipopigmentasi/eritema
BERCAK KUSTA YANG
SPESIFIK
Memiliki sifat 4A :
Anestesi
Anhidrosis
Akromia
Atrofi
Lagophthalmus
Saddle Nose ( hidung pelana )
Kecacatan pada kusta
Claw Hand
PEMERIKSAAN
BAKTERIOSKOPIK
PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGI

PEMERIKSAAN
SEROLOGI

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sediaan dibuat dari
kerokan jaringan
kulit atau usapan
dan kerokan mukosa
hidung

M. leprae tergolong
basil tahan asam PEMERIKSAAN pewarnaan Ziehl-
(BTA) akan tampak
merah pada sediaan BAKTERIOSKOPIK Neelsen

minimal 4-6 tempat,


yaitu kedua cuping
telinga bagian bawah
dan 2-4 lesi lain yang
paling aktif (yang
paling eritematosa
dan infiltratif).
Adanya massa
epiteloid yang
berlebihan dikellingi
oleh limfosit yang
disebut tuberkel
akan menjadi
penyebab utama
kerusakan jaringan
dan cacat.

tipe lepromatosa
terdapat kelim sunyi Pada penderita dengan
subepidermal sistem imunitas selular
(subepidermal clear
zone), yaitu suatu
PEMERIKSAAN rendah atau lumpuh,
histiosit tidak dapat
daerah langsung di
bawah epidermis yang
HISTOPATOLOGIK menghancurkan M.
leprae yang sudah ada
jarinagnnya tidak di dalamnya
patologik

tipe tuberkuloid
adalah tuberkel dan
kerusakan saraf yang
lebih nyata, tidak
ada basil atau hanya
sedikit dan nonsolid.
Uji ELISA

Uji MLPA (M.


ML dipstick
leprae
(M. leprae
Particle
dipstick)
Aglutination)

PEMERIKSAAN
SEROLOGI
Pemeriksaan penunjang pada
ENL

Pada pemeriksaan
laboratorium,
Pada pemeriksaan
dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan
protein dan sel darah
mikroskop, dapat
merah dalam urine
terlihat kompleks imun
yang dapat
pada glomerulus
menunjukkan
ginjal.
terjadinya
glomerulonefritis akut.

Pada pemerksaan
hematologi dapat Pemerikaan histologi,
ditemukan leukositosis ENL akan menunjukkan
PMN, trombositosis, inflamasi akut berupa
peninggian LED, lapisan infiltrat pada
anemia normositik inflamasi
normokrom dan granulomatosa yang
peninggian kadar kronik dari BL dan LL
gammaglobulin
DIAGNOSIS

WHO (1997) Cardinal sign


1. Kelainan kulit hipopigmentasi atau
eritematosa dengan anastesi yang jelas
2. Kelainan saraf tepi berupa penebalan saraf
dengan anastesi
3. Hapusan kulit: BTA+
Evaluasi Pengobatan

Penghentian pemberian obat


Kontrol klinis dan
Release From bakterioskopis (MB: 1x
Treatment (RFT) setahun selama 5 tahun, PB:
1x setahun selama 2 tahun)

Bebas dari pengamatan


Release From
Control (RFC) Lesi baru (-), BTA (-)
Penatalaksanaan reaksi kusta berdasarkan
manifestasi dan berat ringannya penyakit.

berat

ENL
ringan
analgesik / antipiretik
seperti Aspirin atau berobat jalan
Asetaminofen

ringan

reaksi kusta ringan yang


tidak membaik setelah
istirahat di rumah pengobatan 6 minggu harus
diobati sebagai reaksi
kusta berat.
Manajemen dengan klofazimin dan kortikosteroid:
1.Indikasinya pada kasus ENL berat yang tidak berespon dengan
pengobatan kortikosteroid atau dimana risiko toksisitas dengan
Manajemen dengan kortikosteroid: kortikosteroid yang tinggi.
1. Jika masih dalam pengobatan anti lepra, lanjutkan pemberian MDT. 2. Jika masih dalam pengobatan anti lepra, lanjutkan pemberian MDT.
2.Gunakan analgesik dengan dosis adekuat untuk mengatasi demam dan 3. Gunakan analgesik dengan dosis adekuat untuk mengatasi demam dan
nyeri. nyeri.
3. Gunakan prednisolon dengan dosis per hari tidak melebihi 1mg/KgBB 4. Gunakan prednisolon dengan dosis per hari tidak melebihi 1mg/KgBB.
dengan total durasi pemberian 12 minggu. 5. Mulai pemberian klofazimin 100mg 3xsehari selama maksimum 12
minggu.
6. Teruskan terapi standar prednisolon. Dilanjutkan dengan pemberian
klofazimin

berat

Manajemen dengan klofazimin saja:


1.Indikasinya pada kasus ENL berat dimana terdapat kontraindikasi
penggunaan kortikosteroid.
2.Jika masih dalam pengobatan anti lepra, lanjutkan pemberian MDT. Pengobatan reaksi kusta tipe II berulang selain prednison,
Gunakan analgesik dengan dosis adekuat untuk mengatasi demam dan perlu ditambahkan clofazimin dengan dosis dewasa : Selama
nyeri. 2 bulan 3 X 100 mg / hari , Selama 2 bulan 2 X 100 mg / hari
3.Mulai pemberian klofazimin 100mg 3xsehari selama maksimum 12 Selama 2 bulan 1 X 100 mg / hari2.
minggu.
4.Kurangi dosis klofazimin sampai 100mg 2xsehari selama 12 minggu dan
kemudian 100mg 1 x sehari selama 12-24 minggu.
2. PENGOBATAN SIMTOMATIS :
pengobatan ulkus
pengobatan reaksi
3. PERBAIKAN GIZI

4. REHABILITASI MEDIK

5. EDUKASI :
keteraturan berobat
pencegahan kecacatan
Pengobatan (WHO/Depkes RI)
Lepra Tipe PB (ROM)

Rifampicin Ofloxacin Minocyclin


Dewasa 600 mg 400 mg 100 mg
Anak (5-14 thn) 300 mg 200 mg 50 mg

Lepra Tipe MB
Rifampicin Dapson/DDS Lamprene/
Clofazimine
Dewasa 600 mg/ bulan diminum di 100mg/hari 300 mg/ bulan
depan petugas kesehatan diminum dirumah diminum di depan
petugas kesehatan
dilanjutkan dgn
50mg/hari diminum
dirumah
Anak-anak 450 mg/bulan diminum 50 mg/hari diminum 150 mg/bulan
(10-14 th) didepan petugas dirumah diminum di depan
petugas kesehatan
lanjut dg 50 mg
selang sehari diminum
di rumah
Regimen Pengobatan Kusta tersebut yaitu PB dengan lesi tunggal
diberikan ROM. Pemberian obat sekali saja langsung RFT (Release From
Treatment).
PB dengan lesi 2-5. lama pengobatan diselesaikan selama 6-9 bulan.
Setelah minum dosis tersebut dinyatakan RFT yaitu berhenti minum obat.
MB dengan lesi >5 lam apengobatan 12 bulan diselesaikan 12-18 bulan.
Setelah mnum dosis obat ini, dinyatakan RFT. Masa pengamatan setelah
RFT dilakukan secara pasif untuk tipe PB selama 2 tahun dan tipe MB
selama 5 tahun.
DIAGNOSIS
BANDING
PENTINGNYA PENEMUAN PENDERITA KUSTA SECARA DINI

Pemberantasan
penyakit kusta
akan
menyelamatkan
masa depan
Pengobatan generasi
secara dini penerus
menghilangkan Pengobatan secara
sumber
penularan di dini
masyarakat menghilangkan
sumber penularan
di masyarakat
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sukorambi,Jember
Pekerjaan : Petani
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Anamnesis

Keluhan Utama :

bercak putih pada kulit


Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh bercak putih pada kulit sejak 2 bulan yang lalu
awalnyaterdapat bercak kemerahan kecil di daerah lengan kanan bawah semakin lama
semakin membesar dan meluas dan menyebar ke lengan atas, dada, perut, punggung,
wajah dan lutut.
Pasien tidak mengeluh gatal ataupun nyeri pada bercak-bercak tsb, pasien
mengeluh terasa tebal pada bercak-bercak tsb. Pasien merasakan tebal tapi tidak terlalu
jelas dengan daerah kulit normal yang dirasakan. Pasien mengatakan bila terbentur
sesuatu terasa lebih sakit dari pada sebelum pasien muncul bercak-bercak ini. Pada
malam hari pasien merasakan kulit seperti di tarik-tarik. Pasien menyangkal adanya rontok
bulu mata, alis, dan demam.
Riwayat Penyakit
Keluarga
Riwayat
Riwayat Penyakit
pengobatan
Dahulu
Pasien
Pasien
menyangkal ada
mengaku
Pasien tidak keluarga atau
meminum
pernah mengalami teman pasien
paracetamol
keluhan serupa. yang mengalami
pada saat
Riwayat asma, keluhan yang
pasien
kencing manis, serupa. Riwayat
merasakan
darah tinggi di alergi makanan
nyeri pada
sangkal. dan obat pada
kulitnya.
keluarga di
sangkal.
Pemeriksaan fisik

Vital sign:
Kepala : dbn
Thorax : dbn
Tensi :
130/80 Wajah : tedapat
kelainan kulit) Abdoment: dbn
mmHg
Mata : dbn Sistem genetalia:
Nadi : dbn
80 x/menit THT : dbn
Ekstremitas sup:
dbn
Suhu : Mulut : dbn
36,8C Ekstremitas inf:
Git : dbn
dbn
RR :
Leher : dbn
20 x/menit
Status Dermatologis:
Pada regio thorak, abdomen, wajah, lutut, punggung, Tampak
Plaque > 5 Eritema dengan tepi meninggi, batas tegas
multiple, skuama (-), erosi (-), ekskroisi (-), pada regio
brachialis tampak patch hiperpigmentasi batas tidak jelas pada
telapak tangan. Madorosis (-), facies leohiro (-), saddle nose(-),
claw hand(+).
Pemeriksaan saraf :
N.Auricularis magnus sinistra mengalami pembesaran, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (+)
N. Ulnaris sinistra mengalami pembesaran konsistensi kenyal, nyeri
tekan (+)
Pemeriksaan anastesi terhadap rasa nyeri pada tempat lesi (+) dari
pada kulit normal.
Pemeriksaan anastesi terhadap rasa raba pada tempat lesi (+) dari
pada kulit normal
Pemeriksaan suhu panas dingin pada lesi, tidak bisa membedakan suhu panas
dingin pada tempat lesi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
BTA: Tidak ditemukan kuman BTA
DIAGNOSIS DIFFRENSIAL
Vitiligo, Ptiriasis Versikolor, Ptiriasis Alba, Tinea korporis
DIAGNOSIS KERJA
Morbus Hansen Multi Basiler reaksi kusta tipe 1
Penatalaksanaan
MB dengan lesi >5 lama pengobatan diselesaikan selama 12-18 bulan.
Setelah selesai minum obat sesuai dosis dinyatakan RFT. Masa pengamatan
setelah RFT dilakukan secara pasif untuk tipe MB selama 5 tahun.
Rifampicin : 600 mg/bulan
Dapson : 100 mg/hari
Lamprene : 300mg/bulan lanjut 50 mg/hari

Pengobatan reaksi kusta


Pada reaksi ringan, istirahat dirum,ah, berobat jalan, pemberian
analgetik dan obat-obat penenang bila perlu, dapat diberikan Chloroquine
150 mg 3x1 selama 3-5 hari, dan MDT (obat kusta) diteruskan dengan dosis
tidah dirubah.
Prognosis
Dubia ad bonam
Daftar pustaka
WHO. 2013. Global leprosy: Update on the 2012 Situation, Weekly
Epidemiological Record (WER), vol. 88, no. 35, Agustus, pp. 365380.
Josep, G. dan Rao, S. 1999. Impact of leprosy on the quality of life, World Health
Organization, vol. 7, no. 6, pp. 515517.
CDC. (2003). Hansens's Disease (Leprosy).
Kosasih, A, Wisnu,M, Sjamsoe,E, dkk. Kusta. Buku Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin FKUI, edisi kelima. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm.73-88.
Amirudin MD. Eritema Nodosum Leprosum. Ilmu Penyakit Kusta. 2003.
Makassar : Hassanudin University Press. Hlm. 83-99.
Freedbeg IM, Eizen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 6th ed. 2003, New York: McGraw Hill.
Hlm. 1962-1971.
World Health Organization. WHO Expert Committee on Leprosy Six
Report. WorldHealth Organization, Geneva. 1988

Você também pode gostar