Você está na página 1de 12

Asuhan Keperawatan Pada Bayi

Dengan Asfiksia
KELOMPOK II

Imelda Indriani 1611316007


Kuntum Khairani S 1611316011
Ade Tri Weli 1611316038
Patmawati 1611316041
Desy Monica A 1611316045
Busrini Hartati 1611316052

Dosen Pembimbing :Vetty Priscilla, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat., MPH


Pengertian Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut
IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia)
adalah kegagalan nafas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (Prambudi, 2013). Menurut
AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh kurangnya O 2 pada udara
respirasi
Etiologi Asfiksia
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin
(asfiksia) antara lain :

1. Faktor ibu

a. Preeklampsia dan eklampsia


b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu
kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat

a. Lilitan tali pusat


b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat.
3. Faktor bayi

a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)


b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi
kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna
kehijauan)

(DepKes RI, 2009).


Manifestasi klinik
1. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
3. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain
4. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
5. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada
otot-
otot jantung atau sel-sel otak
6. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan
darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan
selama
proses persalinan
7. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau
nafas
tidak teratur/megap-megap
8. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah
9. Penurunan terhadap spinkters dan pucat
Klasifikasi Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai
APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan
nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Pemeriksaan Diagnostik
Denyut jantung janin
Mekonium dalam air ketuban
Pemeriksaan pH darah janin
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Laboratorium : darah rutin, analisa gas
darah, serum elektrolit
Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru
Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai
ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka


a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut
ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi
a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara:
b. Kompresi dada.
Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga
terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan
ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema
otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke
organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran
CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma
karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
THANK YOU

Você também pode gostar