Você está na página 1de 22

Kasus Etika Profesi

Dosen Pembimbing : Tiara Tri Agustini, M.Farm,Apt

ADLA NUR SHOFA


1500004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
TAHUN AJARAN 2017
Definisi Tenaga Teknis Kefarmasian

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Tenaga Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/ Asisten Apoteker.
Standar Profesi Tenaga Teknis Kefarmasian dalam
Pelayanan Kesehatan

Standar Profesi Tenaga teknis kefarmasian adalah standar minimal


bagi Tenaga Teknis Kefarmasian dalam menjalankan tugas profesinya
sebagai tenaga kesehatan di bidang kefarmasian.

Terdapatnya Standar Profesi Tenaga Teknis Kefarmasian digunakan


sebagai pedoman bagi peningkatan mutu pelayanan kesehatan bidang
kefarmasian di Indonesia dan diharapkan pedoman ini dapat menjadi
bagian dari program pembangunan kesehatan Nasional. Standar Profesi
Asisten Apoteker tercantum dalam Kepmenkes 573 tahun 2008 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Lingkup pekerjaan Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai
keputusan Menteri Kesehatan nomor 679/MENKES/SK/V/2003
pada Bab III pasal 8 ayat 2 meliputi:

Melaksanakan pembuatan termasuk pengendalian mutu


sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan
distribusi obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh Asisten Apoteker


dilakukan di bawah pengawasan Apoteker/Pimpinan Unit atau
dilakukan secara mandiri sesuai perundang-undangan yang
berlaku.
Berikut beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian Diapotek Puskesmas Hindu :

Pelanggaran 1 :

Kebanyakan Tenaga Teknis Kefarmasian di apotek tersebut tidak

menjelaskan kepada pasien tentang informasi obat yang diberikan.


Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang -
undangan yang berlaku :

KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008


Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.15.15
yaitu melakukan komunikasi.

UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


Yang menyatakan bahwa : Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat, dan obat tradisional.
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 5 ayat 2 (dua) yang berbunyi : Setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman,bermutu dan berjangkau.

Pasal 7 yang berbunyi : Setiap orang berhak untuk


mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggung jawab.
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen
Pasal 4a
Hak konsumen adalah :

Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam


mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

Pasal 7b

Kewajiban pelaku usaha adalah :

Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur


mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa, serta
memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan.
Solusi:
Sebaiknya seorang TTK dapat menjelaskan dengan baik
kegunaan dan efek dari obat yang diberikan, sehingga pasien
dapat memahami dalam hal pemakaian obat tersebut, seorang
TTK mempunyai kewajiban untuk memberi edukasi pada
pasien tentang penyakit dan terapinya.
Dalam hal ini, apoteker juga dapat langsung kepada pasien
memberikan edukasi dan konseling atau secara tidak langsung
memberi informasi dan konsultasi tentang semua aspek obat
kepada pasien oleh TTK, berdasarkan informasi dan konsultasi
dari apoteker kepada TTK. Penderita dikonseling tentang
obatnya guna meningkatkan kepatuhannya.
Informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya
meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi.

Untuk penderita penyakit kronis tertentu dan penyakit


degeneratif yang membutuhkan pengobatan seumur
hidup seperti cardiovaskuler, diabetes, TBC, dan
ashma apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
Pelanggaran 2 :

Pelanggaran ini dilakukan ketika seorang Apoteker


tidak berada di Apotek. Dan hanya ada TTK yang
melayani resep dari dokter . TTK tersebut melakukan
pelayanan terhadap resep dokter tanpa menghiraukan
standar profesinya sebagai seorang TTK. Tentu hal ini
sangat jauh dari sikap profesional seorang Asisten
Apoteker dan merupakan sebuah pelanggaran.
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku :

PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian pada BAB II


tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian Pasal 21 ayat 2
yang isinya:Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan
resep dokter dilaksanakan oleh apoteker.

Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008


Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.08.08
Meracik sedian farmasi dibawah pengawasan
Apoteker/Pimpinan unit
Solusi :

Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah


terjadinya pelanggaran tersebut yaitu sebagai berikut :

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Tenaga


Teknis Kefarmasian di apotek haruslah sesuai dengan
standar profesi yang dimilikinya. Dimana seorang
Asisten Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna
obat (pasien) harus bersifat professional dan
baik.Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi
profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan
standar profesi.
Pelanggaran 3 :

Seringkali seorang TTK dalam hal pelayanan resep


mengerjakan segala sesuatunya sendiri, mulai dari
penerimaan resep, peracikan,menyiapkan resep,
memberi aturan pakai hingga penyerahan resep
kepada pasien. Hal ini memperbesar frekuensi
kesalahan resep yang diterima oleh pasien karena
tidak adanya rekan kerja yang mengoreksi.
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku :

Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/


VI/ 2008 Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode
Unit AA.FK.08.08

Meracik sedian farmasi dibawah pengawasan


Apoteker/Pimpinan unit
Solusi:

Sebaiknya seorang TTK dalam bekerja harus ada


rekan yang sama-sama TTK atau seorang Apoteker,
agar ada yang melakukan pengecekan terhadap apa
yang disiapkan. Sehingga pelayanan terhadap pasien
menjadi semakin efektif dan teliti.
Pelanggaran 4 :

Dalam penyediaan resep sehari-hari, ketika TTK


mengambil sediaan farmasi dari tempatnya, kurang
memperhatikan bahkan tidak mencatat kartu stok. Hal ini
dapat menyebabkan sediaan barang dengan jumlah kartu
stok berbeda. Jika ada pemeriksaan dari BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan) maka jumlah obat yang kurang dari
kartu stok akan dipertanyakan.
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku :

Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/


VI/ 2008 Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit
AA.FK.01.01

Mencatat ketersediaan farmasi dan perbekalan


kesehatan di unit kerja
Solusi:

Sebaiknya seorang TTK setiap kali mengambil sediaan


farmasi dari tempatnya harus selalu mencatat sediaan
yang diambil, agar jumlah barang sediaan selalu sesuai
dengan data pencatatan (kartu stok). Pelanggaran
administrasi ini sering kali terjadi di sebuah apotek
dengan sistem manual, sistem komputerisasi adalah
solusi terbaik untuk mengantisipasi hal ini.
Pelanggaran 5 :

Sampai saat ini masih ada beberapa TTK yang kurang


ramah dalam melayani pasiennya, sedangkan tujuan
seorang TTK harus mampu menjadi suri tauladan di
tengah masyarakat. Sikap dan perilaku seorang TTK
sangat mempengaruhi dalam hal pelayanan kesehatan bagi
pasien, apa jadi nya kalau pelayanan tersebut tidak dapat
terpenuhi? Yang ada hanya akan membuat pasien tidak
percaya lagi kepada sarana kesehatan tersebut.
Solusi:

Persepsi konsumen terhadap pelayanan apotek yang buruk


akan merugikan apotek dari aspek bisnis karena konsumen akan
beralih ke tempat lain.

Dampak yang timbul tidak saja kepada konsumen yang


bersangkutan tetapi kesan buruk ini akan diceritakan kepada orang
lain sehingga citra apotek, terutama para petugasnya, termasuk
apoteker, akan negatif/buruk. Oleh karena itu, persepsi konsumen
yang baik terhadap layanan harus ditumbuhkan terus menerus dan
berkesinambungan dengan orientasi kepada pelanggan itu sendiri.

Sebaiknya TTK mulai merubah sikap tersebut atau Apotekernya


sendiri yang menegur TTK agar tidak terjadi penyimpangan dalam
Apotek tersebut.

Você também pode gostar