Você está na página 1de 24

ASUHAN KEBIDANAN

RUPTUR UTERI
C

KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA :
MADE AYU CINTYA 011411231005
SIWI ANANDITA VIDYASTI
C 011411231006
RIRI YULIA TASMEN 011611223010
SITI NURUL FAJARIYAH 011611223011
ATIKAH YULIANI 0 11611223049
PENGERTIAN
Ruptur uteri adalah disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan
obstetrik yang paling serius.
Ruptur Uteri adalah kerobekan (diskontinutias) dinding rahim yang terjadi saat kehamilan
persalinan. (Dr. Chrisdiono M. Achadiat, Sp.OG)
Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinitas dinding rahim akibat dilampauinya daya
regang miometrium. (Sarwono Prawirohardjo,2002)
KLASIFIKASI
Menurut tingkat robekan Menurut etiologinya

Ruptur Uteri Komplit Ruptur Uteri Spontan

robekan terjadi pada seluruh lapisan dinding terjadi secara spontan pada uterus tanpa parut
uterus (utuh) dan tanpa adanya manipulasi dari penolong
Ruptur Uteri Traumatika
Ruptur Uteri Inkomplit
Disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh,
robekan hanya sampai miometrium, disebut kecelakaan seperti tabrakan dan sebagainya.
juga dehisensi.
Ruptur uteri pada parut uterus
Ruptur Uteri Imminens
Paling sering pada parut bekas seksio sesarea,
Teraba ligamentum rotundum menegang. peristiwa ini jarang timbul pada uterus yang telah
Teraba cincin Bandle setinggi pusat. Segmen dioperasi untuk mengangkat mioma (miomektomi)
bawah rahim menipis. dan lebih jarang lagi pada uterus dengan parut
karena kerokan yang terlampau dalam
MENURUT WAKTU MENURUT LOKASI

Ruptur Uteri Gravidarum Korpus uteri


terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi biasanya terjadi pada rahim yang sudah
pada korpus pernah mengalami operasi, seperti seksio
sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.
Ruptur Uteri Durante Partum
Segmen bawah rahim (SBR)
Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya
sering pada SBR. Jenis inilah yang paling biasanya pada partus sulit dan lama (tidak
banyak. maju). SBR tambah lama tambah regang dan
tipis dan akhirnya terjadilah ruptur.
Servik uteri
biasanya terjadi pada waktu melakukan
ekstraksi forcep atau versi dan ekstraksi,
sedang pembukaan belum lengkap.
Kolpoporeksis-kolporeksis
robekan-robekan diantara servik dan vagina.
PATOFISIOLOGIS
Ruptur uteri spontan
Faktor pokok disini adalah bahwa persalinan tidak dapat berjalan dengan baik karena ada halangan
misalnya: panggul yang sempit, hidrosefalus, janin yang letak lintang, dll. Sehingga segmen bawah
uterus makin lama makin diregangkan. Pada suatu saat regangan yang terus bertambah melampaui
batas kekuatan jaringan miometrium, maka terjadilah ruptur uteri.
Ruptur uteri traumatik
Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan. Robekan ini yang
bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang terjadi karena rupanya otot uterus cukup tahan
terhadap trauma dari luar.
Ruptur uteri pada luka bekas parut
Diantara parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang terjadi sesudah seksio sesarea klasik lebih sering
menimbulkan ruptur uteri dari pada parut bekas seksio sesarea profunda. Hal ini disebabkan karena
luka pada segmen bawah uterus yang menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas
dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat.
PENATALAKSANAAN
KEBIDANAN KLINIS

1. Pemasangan infus untuk mengganti cairan 1. Histeroktomi total ataupun sub total
dan perdarahan untuk mengatasi keadaan syok 2. Histerorafia, yaitu luka di eksidir
2. Memberikan profilaksis antibiotika atau pinggirnya lalu di jahit sebaik-baiknya
antipiretik. Sehingga infeksi dapat dikurangi. 3. Konserfatif : hanya dengan temponade dan
3. Segera merujuk penderita dengan didampingi pemberian antibiotika yang cukup
petugas agar dapat memberikan pertolongan
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa
faktor, diantaranya adalah :
Keadaan umum penderita
Jenis ruptur incompleta atau completa
Jenis luka robekan
Tempat luka
Perdarahan dari luka
Umur dan jumlah anak hidup
Kemampuan dan keterampilan penolong
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
IBU HAMIL DENGAN RUPTUR UTERI
Pengumpulan Data
I. Data Subjektif
Identitas
Umur Ibu : terdapat 21,8% nuliparitas dan 42,1% multiparitas pada kelompok ibu
usia tua. Dimana berbagai komplikasi akan muncul seiring dengan jumlah paritas ibu. Nuliparitas
dapat menimbulkan risiko komplikasi selama persalinan seperti obstruksi persalinan. Sementara,
paritas tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko hipertensi, plasenta previa, dan rupture uterus.
(Wang et al, 2008)
Keluhan
Pada kasus rupture uteri pasien mengeluhkan nyeri abdomen tiba-tiba dan seperti disayat pisau. Nyeri
uterus ini menetap. Nyeri bahu dapat dikaitkan dengan perdarahan intraperitonium (dr. Teddy
Supriyadi dr. Johanes Gunawan). Pasien mengeluhkan perasaan sering mau kencing. Hal ini karena
kandung kemih juga tertarik dan teregang ke atas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih
sehingga pada kateterisasi ada hematuria.
Riwayat Menstruasi
HPHT : menurut Sarwono (2008), dapat dijabarkan untuk memperhitungkan tanggal tafsiran persalinan bila
siklus haid 28 hari, rumus yang dipakai adalah Rumus Neagle yaitu hari + 7, bulan -3 dan tahun +1.
Riwayat Obstetri
Ruptur uteri dapat terjadi pada pasien yang memiliki riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus,
induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan lama, presentasi abnormal (terutama terjadi penipisan
pada segmen bawah uterus), adanya riwayat obstetrik. (Helen, 2001)
Riwayat kehamilan ini
Ibu yang pernah mengalami kecelakaan yang mengenai perut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami rupture
uteri dibandingkan yang tidak. Presentasi kehamilan yang abnormal, grandemultipara dan postmaturitas juga
dapat menyebabkan ruptur uteri, terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus. (Helen, 2001)
Riwayat kesehatan ibu
Diabetes : Penyakit diabetes merupakan salah satu faktor risiko bayi makrosomia yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya rupture uteri.
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat Gemeli: Gemeli juga dipengaruhi faktor keturunan selain bangsa, umur dan paritas.(Manuaba, 2010).
Kehamilan gemeli dapat menyebabkan peregangan uterus yang dapat mengakibatkan terjadinya rupture uteri.
Pola Fungsional
Pola Nutrisi
Makan 3x sehari dengan menu yang seimbang seperti nasi, lauk, sayur, buah, dan susu (cukup mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air). Minum: normalnya 6-8 gelas/hari.
Keadaan psikososial budaya
Keadaan psikologis ibu dengan rupture uteri adalah cemas dengan keadaan kehamilannya.
Menguraikan tentang kebiasaan kebiasaan ibu selama dan sebelum hamil antara lain :
Merokok : Merokok melipat duakan risiko berat lahir rendah dan meningkatkan risiko hambatan pertumbuhan
janin dua sampai tiga kali lipat. Merokok juga dapat menyebabkan peningkatan ringan insiden subfertilitas,
abortus spontan, plasenta previa, dan solusio plasenta, serta pelahiran prematur (Cunningham, 2013).
Alkohol :Alkohol adalah teratogen, dan sindrom alkohol janin digunakan untuk menggambarkan malformasi
kongenital yang berhubungan dengan asupan alkohol maternal berlebih selama kehamilan (Diane M. Fraser,
2009).
Narkoba : Pertumbuhan pascanatal anak-anak ini tampaknya normal pada sebagian besar kasus, meskipun
lingkar kepala rerata lebih kecil daripada anak yang tidak terpajan. Mungkin terjadi keterlambatan ringan
perkembangan atau gangguan perilaku (Cunningham, 2012).
Obat-obatan : bisa menyebabkan persalinan preterm dan bayi cacat lahir.
Jamu-jamuan : Beberapa ramuan herbal dapat bekerja sebagai abortafisien (Cunningham, 2013).
II. Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, pemeriksaan darah dalam
dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Letargis
TTV:
TD : normal antara 110/70-120/80 mmHg. Tekanan darah pasien rupture uteri turun bahkan tidak terukur.
Suhu : normal antara 36,50C 37,50C. suhu pada pasien rupture uteri meningkat.
Nadi : normal antara 60-100 x/menit. Pada pasien rupture uteri, nadi teraba > 100 x/menit
RR : Pernafasan normal antara 18-24 x/menit. Pernapasan pasien rupture uteri jadi dangkal dan cepat.
Pemeriksaan fisik
Wajah: pucat, tidak oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Abdomen :
Perut pasien yang kembung, , kadang-kadang defance muscular dan pada keadaan ini janin sukar diraba. Palpasi dapat
menimbulkan nyeri tekan pada perut, terutama pada bagian yang robek.
Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri (TFU) dan bagian yang terdapat di fundus.
Leopold II : menentukan letak punggung anak dan letak bagian kecil pada anak.
Leopold III : menentukan bagian apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul
Leopold IV : menentukan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul.
Pada pasien rupture uteri, diantara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang yang bertambah
lama bertambah tinggi, menunjukan SBR yang semakin tipis dan teregang.
DJJ : normal 120-160x/mnt, Pada rupture uteri denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia) bahkan negative.
His biasanya tiba-tiba hilang.
Genitalia : terdapat pengeluaran darah dari jalan lahir.
Ekstremitas : adakah oedema pada ektremitas atas dan bawah (curiga preeklampsi), tidak ada varices.
Pemeriksaan vaginal : dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi seperti edema porsio, vagina, vulva, bagian bawah
janin tidak teraba lagi atau teraba tinggi dalam jalan lahir. Kadang robekan dapat diraba, demikian pula usus pada
rongga perut melalui robekan.
Kateterisasi : ada hematuria yang menandakan adanya robekan pada kandung kemih.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan adalah 10 gr%. Jika kurang dari 10 gr% maka ibu
tersebut anemia. Pemeriksaan Hb sangat penting dilakukan oleh karena kehamilan multiple sebagian besar
sering mengalami anemia.
Pemeriksaan USG
Pada pemeriksaan USG tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.
Identifikasi Diagnosis Dan Identifikasi Kebutuhan
Masalah Tindakan Segera

Diagnosa : GP.UK:..mg, inpartu,


kala 1 fase dengan rupture uteri. 1. Pemasangan cairan infus.
Masalah: nyeri abdomen dengan tiba-tiba, 2. Bebaskan jalan nafas
tajam seperti disayat pisau, nyeri bahu, 3. Pasang oksigen
perasaan sering ingin kencing. 4. Rujuk
Kebutuhan: metode pengurangan rasa
nyeri, kateterisasi.
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

Menyampaikan hasil pemeriksaan Langkah ini berisi tentang asuhan Langkah ini merupakan cara untuk
kepada keluarga. yang telah diberikan kepada klien mengevaluasi asuhan yang telah
berdasarkan rencana yang telah diberikan apakah telah memenuhi
Mengatur posisi pasien menjadi
disusun sebelumnya untuk kebutuhan asuhan yang dibutuhkan
posisi trendelenburg.
menangani diagnosa/ masalah yang klien. Jika memang asuhan yang
Memasang masker oksigen telah terindentifikasi telah diberikan belum efektif maka
Berkolaborasi dengan dokter SpOG perlu dilakukan pengulangan atau
perbaikan pada pemberian asuhan
Melakukan inform consent kepada selanjunya.
keluarga
Memindahkan pasien ke ruang
operasi
TINJAUAN KASUS
C
Tanggal : 23 Januari 2013
Jam : 10.30
Oleh : Bidan Septa
PENGKAJIAN DATA
I. Identitas
Nama : Ny. Z Nama suami : Tn. X
Umur : 42 tahun Umur : 47 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kraksaan Alamat : Kraksaan
II. Status perkawinan
Umur kawin : 15 tahun
Lama kawin : 1 tahun
III. Alasan MKB :
Dirujuk oleh bidan karena suspect impending ruptur uteri akibat ibu terus mengedan. Saat ini ibu merasa sangat
kesakitan. Gerakan janin sudah tidak dirasakan sejak satu jam lalu
IV. Riwayat kebidanan : V. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Haid
Manarche : 14 tahun
Siklus : 1 minggu/ teratur / 28
hari
Banyaknya : 2 - 3 softek
Warnanya : Warna khas, merah
terkadang hitam
Baunya : Khas, anyir
Keluhan : Desminorhea
Flour albus : Kadang kadang
VI. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 13 Mei 2013 TP: 30 Februari 2014
ANC : Trimester 1 : 1x di bidan
: Trimester II : 2x di bidan
: Trimester III : 2x di bidan & dokter
Keluhan : Trimester 1 : Mual dan muntah
Trimester II : Sering BAK
Trimester III : Sering BAK, nyeri di perut
USG tgl 15/12/2013 :
janin tunggal, hidup, intraurine, presentasi kepala, ketuban cukup, letak placenta : korpus
VII.Riwayat kesehatan yang lalu
Tidak memiliki riwayat penyakit keturunan (Diabetes, hipertensi, paru-paru) penyakit menular (hepatitis, HIV/AIDS)
dan penyakit menahun (Jantung).
VIII.Riwayat kesehatan keluarga
Tidak memiliki riwayat penyakit keturunan (Diabetes, hipertensi, paru-paru) penyakit menular (hepatitis, HIV/AIDS)
dan penyakit menahun (Jantung) serta tidak memiliki keturunan kembar baik dari pihak ibu maupun suami.
IX. Data psikososial
Hubungan ibu dengan keluarga dan suami harmonis, dengan lingkungan sekitarnya baik dan kehamilan ini sangat
diharapkan dan direncanakan serta menginginkan bayinya lahir sehat.
X. Data sosial budaya
Ibu melakukan selametan 4 bulanan dan 7 bulanan, selama hamil ibu tidak pernah minum jamu-jamuan dan tidak
pernah pijat di dukun.
XI. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Letargis
Tanda tanda vital :
Tekanan Darah : 80/60 mmHg
Pernafasan : 30x/menit
Nadi : 110x/menit, tidak teratur
Suhu : 37,9C
XII.Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Wajah : Menyeringai, tampak pucat, tidak ada oedema
Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih, palpebra tidak oedema
Mulut : Bibir pucat
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis
Dada : Puting susu menonjol, colostrum sudah keluar
Perut : Nampak lingkaran bandl melintang yang bertambah tinggi
L I : TFU 3 jari dibawah px, bagian fundus teraba bulat, Lunak, tidak melenting (bokong)
L II : Bagian kanan perut ibu teraba bagian tekecil janin (ekstremitas). Bagian kiri perut ibu teraba bagian
keras, memanjang, ada tahanan (punggung)
L III : Bagian terendah janin teraba bulat melenting (kepala)
L IV : Kepala sudah masuk PAP (divergent), 3/5 bagian
Mc. Donald : 33 TBJ : (33 11) x 155 = 3.410 gram DJJ : negatif (-)
Genetalia : Keluar perdarahan aktif dan berwarna merah segar
Anus : Tidak ada varises, tidak ada haemorhoid
Ekstremitas : Tangan kanan terpasang infuse RL 500 ml, flash ke 1
Tangan kiri terpasang infuse RL 500 ml flash ke 1
XIII. Pemeriksaan penunjang
Haemoglobin 6g/dl
ANALISA DATA
PENATALAKSANAAN

GIIIP2001 inpartu kala 1 fase aktif Tanggal : 23 Januari 2013, pukul 10.05 wib
dengan Ruptur uteri 1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada
keluarga, Keluarga mengerti
2. Memposisikan pasien, pasien dalam posisi
trendelenburg
3. Memasang O2 masker
4. Berkolaborasi dengan dokter SpOG, advis
dokter : antibiotik, infuse gelofusin,
siapkan transfusi dan histrektomi
5. Melakukan inform consent, keluarga
menyetujui setiap tindakan yang akan
dilakukan
6. Alih rawat ke ruang operasi
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesa didapatkan Ny.Z berumur 42 tahun, hamil yang ke-3, Ny.Z tergolong
dalam kehamilan resiko tinggi. Kesadaran ibu letargi, ibu merasakan kesakitan pada perut,
gerakan janin sudah tidak dirasakan, nafas cepat 30X/menit, ibu demam dengan suhu
37,9%, dan nadi cepat tidak teratur 110x/menit.Tekanan darah Ny.Z juga mengalami
penurunan 80/60 mmHg. Kondisi fisik ibu dengan muka pucat, konjungtiva pucat, pada
perut nampak lingkaran bandl melintang yang bertambah tinggi, keluar perdarahan aktif
berwarna merah segar dari genitalia, menurut teori adalah tanda gejala yang menunjukkan
bahwa ibu mengalami ruptur uteri. Pemeriksaan Hb:6 gr/dl. Hal ini menunjukkan bahwa
ibu anemis karena menurut teori kadar normal Hb ibu hamil adalah 11gr%.
SEKIAN
C

Você também pode gostar