Você está na página 1de 25

APBN, KEBIJAKAN

FISKAL & UTANG LUAR


NEGERI KELOMPOK 5:
DIMAS WICAKSONO
ALFI HANUM ROZANI
FITRIYAH
FITRIA ROUSDIANA D.
DESITA INDAH P
Definisi APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara)

Suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan negara yang


diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan atau yang akan datang, serta
data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa lalu (John
F. Due ).
Rencana kerja pemerintah yang akan dilakukan dalam satu tahun yang dituangkan
dalam angka-angka (Nurjaman Arsyad ).
Suatu daftar atau pernyataan yang terinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara
yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun (M.
Suparmoko).
Pengertian APBN menurut Revrisond Baswir merupakan rencana keuangan yang
mencerminkan pilihan kebijakan untuk satu periode di masa yang akan datang
Dari pengertian APBN di atas, maka APBN secara lebih rinci dapat dikatakan
bahwa :
Dengan APBN dapat diketahui tercapai atau tidaknya kebijakan pemerintah di
masa lalu dan maju atau mundurnya kebijakan yang hendak dicapai
pemerintah di masa yang akan datang.
Dengan APBN dapat diketahui realisasi pelaksanaan kebijakan pemerintah di
masa yang lalu.
APBN merupakan gambaran dari kebijakan pemerintah yang dinyatakan
dalam ukuran uang, baik kebijakan pengeluaran pemerintah untuk suatu
periode di masa depan maupun kebijakan penerimaan pemerintah untuk
menutup pengeluaran tersebut.
Fungsi APBN

Di Negara manapun juga, baik yang beraliran sosial maupun berbasis kapitalis atau gabungan
dari keduanya, pemerintah mempunyai suatu peran sangat penting di dalam kegiatan ekonomi
nasional. Intervensi pemerintah sangat luas, bahkan menguasai atau memonopoli ekonomi.
Namun pada prinsipnya tugas pemerintah di dalam ekonomi hanyalah sebagai Stabilisator,
Fasilitator, Stimulator dan Regulator, sedangkan pelaku ekonomi sepenuhnya diserahkan
kepada swasta.
Tugas pemerintah ini direalisasikan lewat berbagai macam kebijakan, peraturan dan
perundang-undangan dengan tujuan untuk mendorong atau menggairahkan ekonomi pada saat
ekonomi sedang lesu dan mengerem laju ekonomi pada saat sedang memanas, terutama untuk
mencegah inflasi yang tinggi. Dalam kata lain, tugas pemerintah adalah untuk mejaga stabilitas
ekonomi dan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi pada tingkat tertentu yang menciptakan
kesempatan kerja penuh, yang berarti mengurangi/menghilangkan pengangguran dan kemiskinan.
Dalam sejarah Indonesia, sejak orde baru hingga sekarang, sering
kali pemerintah berperan sebagai motor utama, bukti paling nyata yang
menunjukkan besarnya peran pemerintah di dalam perekonomian
Indonesia selama ini adalah keberadaan APBN.
Selama orde baru hingga krisis keuangan Asia 1997-1998, APBN
disusun dan diumumkan setiap April, Jadi pada masa itu, tahun fiskal
dimulai setiap bulan April. Setelah krisis keuangan Asia 1997-1998,
tahun fiskal ditetapkan mulai Januari hingga Desember, berarti dalam
beberapa bulan menjelang akhir tahun, semua departemen pemerintah
dan lembaga pemerintah non-departemen sibuk menyiapkan anggaran
pengeluarannya.
Anggaran dari setiap departemen dan lembaga non-departemen diserahkan ke
Departemen Keuangan untuk penetepan jumlah anggaran APBN, yang
selanjutnya diusulkan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan dari lembaga
tersebut. Karena penyusunan APBN tahun ini adalah untuk tahun depan, maka
umum disebut rancangan atau rencana APBN atau RAPBN.
Penyusunan RAPBN atau penetapan besarnya pengeluaran dan pendapatan
untuk tahun depan, didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai nilai-nilai dari
sejumlah variabel ekonomi makro pada tahun depan, seperti tingkat inflasi, nilai
tukar rupiah, pertumbuhan ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi indonesia yang
ingin dicapai dan harga minyak dipasar internasional. Variabel terakhir ini penting
karena ekonomi Indonesia masih sangat tergantung pada minyak.
Komponen-Komponen APBN

AnggaranPengeluaran Pemerintah Pusat


Anggaram Pendapatan Negara
Anggaran Pengeluaran Pemerintah Pusat
Pengeluaran pemerintah pusat
Meliputi pengeluaran gaji pegawai negeri, pengeluaran material,
investasi, pembayaran bunga pinjaman, subsidi dan lainnya.
Pengeluaran pemerintah daerah
Dengan transfer ke pemerintah daerah. Berlaku sejak Penerapan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal (dibagi mennjadi dana
perimbangan dan dana penyesuaian dan otonomi khusus.
Anggaran Pendapatan Negara
Pajak
Retribusi
Royalti
Bagian laba BUMN
Pendapatan non-pajak lainnya

Berdasarkan pokok APBN dari Departemen Keuangan RI, untuk tahun 2008,
penerimaan pajak dalam negeri maupun perdagangan inteasional tercatat Rp
658.700,8 miliar, dan untuk tahun 2009 sesuai APBN tercatat sebanyak Rp
725.843,0 miliar, lebih tinggi perubahan rencana APBN untuk itu (RAPBN-P)
yang tercatat sekitar Rp 652,1 Triliun.
APBN Realisasi Vs APBN Revisi
APBN yang direvisi biasanya disebut APBN-perubahan. Revisi bisa dilakukan dengan atau
tanpa kebijakan (misalnya mengeluarkan suatu regulasi/deregulasi). Realisasi APBN bisa lebih
besar, sama atau lebih kecil dari anggaran, baik anggaran awal atau anggaran yang telah direvisi.
Misalnya, pada tahun 2000 realisasi deficit anggaran tercatat sekitar Rp. 16,1 triliun, jauh
lebih rendah dari anggaran semula yang mencapai lebih dari Rp. 44 triliun, atau pada tahun 2001
realisasi defisit APBN memang lebih besar dari pada realisasi taahun 2000, tetai labih kecil dsri
anggaran 2001. Demikian juga untuk tahun 2010, ada perbedaan antara anggaran dan
realisasinya.
Revisi APBN tidak selalu berarti beban pemerintah semakin berat, atau pengeluaran defisit
APBN yang derevisi tidak harus selalu lebih besar dari anggaran semula. Dengan kata lain, revisi
terhadap APBN yang sedang berjalan atau telah disetujui tidak harus karena kondisi
perekonomian yang memburuk atau karena ada musibah, bisa karena ada kemungkinan
dilakukan efisiensi atau penghematan tanpa mengorbankan target atau tujuan dari anggaran
bersangkutan.
Tetapi memang, yang sering terjadi adalah revisi karena kondisi yang tidak
positif. Bahkan, sering kali APBN yang sedang berjalan terpaksa direvisi untuk
penyesuaian terhadap perubahan kondisi ekonomi, terutama ekonomi global,
karena sejak pemerintahan orde baru Indonesia menerapkan sistem ekonomi
terbuka dan sejak itu hingga sekarang perekonomian Indonesia semakin
terintegritas dengan perekonomian global lewat tiga saluran utama, yakni :
Perdagangan luar negeri (ekspor dan impor)
Investasi asing (investasi jangka panjang dan investasi jangka pendek)
Bantuan luar negeri (dalam bentuk ULN)
Seperi telah dijelaskan diatas revisi APBN diperlukan terutama saat kondisi
perekonomian cenderung berubah, yang artinya konsumsi-konsumsi tersebut
melandari penyusunan anggaran pemerintah tidak dapat teralisasi atau tidak dapat
dipertahankan.
Kebijakan Fiskal
Teori dan Model
Kebijakan ekonomi makro secara garis besar dapat dibedakan menjadi
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, seperti juga ekonomi dapat dibagi
menjadi dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter.
Sektor riil menghasilkan barang dan jasa yang dibagi menurut kelompok
kegiatan seperti pertanian, pertambangan, industri dan lain-lain. Sedangkan dari
sektor moneter merupakan hasil dari sektor riil dalam bentuk uang.
Pertumbuhan dan stabilitas sektor riil dipengaruhi oleh pemerintah lewat
kebijakan fiskal yang merupakan tanggung jawab Mentri Keuangan. Sedangkan
untuk di sektor moneter, dipengaruhioleh pemerintah lewat kebijakan moneter
yang merupakan anggung jawab Bank Indonesia
Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai 2 prioritas yaitu:
Mengatasi APBN Dan Masalah-masalah APBN.
Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil daripada
pengeluarannya.
Mengatasi Masalah Stabilitas Ekonomi Makro
Terkait dengan laju pertumbuhan ekonomi, tingkat atau laju pertumbuhan
inflasi, jumlah kesempaan kerja/penganggura dan saldo neraca pembayaran.
Mekanisme kerja dari pengaruh kebijakan fiskal terhadap ekonomi akan mudah dipahami
didalam konteks ekonomi makro dengan sebuah modal ekonomi tertutup yang sederhana dari
Keynes yang terdiri dari sejumlah persamaan sebagai berikut:
Y=C+I+G
C = c Yd + Ca
S = s. Yd; s = (1-c)
Yd = Y T
T = tY
I = Ia
G = Ga
S=I
T=G
T dan G mencerminkan kebijakan fiskal yang merupakan 2 instrumen dari
kebijakan tersebut. secara agregat, sisi pendapatan dari APBN diwakili oleh T dan
sisi pengeluarannya oleh G. Jika Pengeluaran lebih besar daripada penerimaan
(G>T), maka APBN dalam kondisi defisit; sebaliknya jika pendapatan melebihi
pengeluaran (G<T), maka APBN mengalami surplus.
Apabila APBN defisit pemerintah hanya memiliki 2 pilihan untuk membiayai
saldo negatif tersebut, yaitu didanai oleh Bank Indonesia lewat Printing Money
yang berarti jumlah uang yang beredar dimasyarakat meningkat, atau melalui
pinjaman, baik dari dalam negeri, misal dengan menerbitkan obligasi atau dari luar
negeri.
Analisis Empiris
Salah satu jalur lewat mana pemerintah bisa mempengaruhi atau memainkan
peran ekonominya adalah lewat kebijakan fiskal. Hal ini dilakukan dengan
menaikkan atau mengurangi pengeluarannya, di dalam model ekonomi makro
keynesian, ditandai dengan variabel G, atau menaikkan atau menurunkan tarif
pajak, ditandai dengan variabel T, dan ini semua tercerminkan oleh besar kecilnya
nilai APBN.
Salah satu indikator untuk mengukur sejauh mana peran pemerintah lewat
kebijakan fiskalnya dalam perekonomian indonesia adalah tren perkembangan
jangka panjang atau besarnya pengeluaran pemerintah sebagai presentase dari
pendapatan nasional atau PDB. Salah satu bagian penting dari pengeluaran
pemerintah semasa krisis adalah untuk membantu kaum miskin untuk program
Jaringan Pengaman Sosial (JPS), yang sebagai besar didanai oleh Bank Dunia.
Pada saat ekonomi mulai memanas yang bisa memicu kenaikan laju inflasi
(jika dibiarkan bisa menjadi bumerang, diantaranya bisa menambah kemiskinan
dan pada suatu saat pertumbuhan ekonomi bisa merosot karena kemampuan
belanja masyarakat berkurang), oleh karenanya, pemerintah menerapkan
kebijakan fiskal kontraktif. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi
pengeluaran pemerintah atau menaikkan pajak dengan tujuan mengurangi laju
kenaikkan pemerintah agregat. Jadi, dengan kata lain,naik turunnya pengeluaran
dan penerimaan pemerintah atau naik turunnya defisit anggaran pemerintah bisa
digunakan sebagai salah satu indikator mengenai arah kebijakan fiskal.
Untuk menganalisis tingkat kesehatan keuangan pemerintah,besarnya defisit
anggaran pemerintah juga perlu dilihat dari presentasenya terhadap PDB. Karena
perlu diukur tidak hanya beban dari kebijakan fiskal namun juga efektivitasnya.
Utang Luar Negeri (ULN)
Penyebab Utama: Suatu Prespektif Teori
Tingginya UNL dari banyak NB disebabkan terutama oleh empat jenis devisit :
Devisit transaksi berjalan(TB) atau tanpa melihat komponen lainnya dari TB
Devisit neraca perdagangan (trade gap), yakni ekspor (X) lebih sedikit dari pada
impor(M).
Devisit Investasi atau I-S gap, yakni dan yang dibutuhkan untuk membiaya
investasi (I) didalam negeri lebih besar dari pada tabungan nasional atau
domestic (S)
Devisit Viskal (viscal gap)
Dari faktor-faktor tersebut devisit TB sering disebut sebagai penyebab utama
membengkaknya ULN dari banyak NB.
Sejak pemerintahan orde baru hingga saat ini, tingkat ketergantungan
Indonesia pada UNL tidak pernah menyurut, bahkan mengalami suatu
akselerasi yang pesat sejak krisis ekonomi 1997-1998 karena pada periode
tersebut pemerintahaan Indonesia terpaksa membuat utang baru dalam
jumlah yang besar dari IMF untuk membiaya pemulihan ekonomi.
Ketergantungan pemerintahan terhadap UNL untuk membiaya deficit
anggarannya memang sangat berbahaya, seperti yang diilustrasikan
digambar (7.14), yaitu : ketergantungan terhadap UPN akan memperbesar
devisit APBN, dengan asumsi faktor-faktor lain tetap todak berubah, karena
mengeluarkan pembayaran pokok dan bunga pinjaman, yang selanjutnya
menambah ketergantungan pada ULN.
Ketergantungan pemerintah (APBN) terhadap UNL juga dituangkan dalam
Program Pebangunan Nasional (PROPENAS) mengenai program pengelolaan
utang pemerintah (Undang-undang No. 25 Tahun 2000).
Kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan untuk mengoptimalkan dan
menurunkan beban ULN :
Mengurangi secara bertahap pembiayaan pembangunandengan memakai UNL
Memanfaatkan pinjaman secara optimal sesuai dengan prioritas pembangunan
dan dilaksanakan secara transparan, efektif dan efisien
Mengkaji secara menyeluruh kemampuan setiap proyek dan mempertajam
prioritas pengeluaran anggaran dengan memperkuat pengawasan yang
sistematik, utamanya bagi proyek-proyek yang dibiaya dari ULN.
Selain itu, BAPPENAS juga membuat empat strategi pengelolaan UNL untuk
mengantisipasi masalah likuiditas dan solvabilitas guna mencapai keseimbangan
fiscal dari perekonomian yang terkait dengan ULN, keempat strategi tersebut
adalah :
(1) Percepatan pencapaian batas aman UNL
(2) Penetapan prioritas penggunaan UNL
(3) Pembentukan lembaga pengelolaan utang (DMO)
(4) Pembentukan perangkat peraturan landasan kebijakan pengelolaan UNL.
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur volbabiltas adalah rasio
UNL terhadap PDB (UNL/PDB) dan rasio UNL terhadap ekspor (INL/X),
sedangkan untuk mengukur likuiditas adalah rasio cicilan pokok plus bunga
terhadap ekspor (DSR). Untuk mencapai batas aman
Analisis Empiris
Ketergantungan pemerintah terhadap ULN untuk membiayai defisit
anggarannya, ketergantungan terhadap ULN akan memperbesar defisit APBN,
dengan asumsi faktor-faktor pinjaman, yang selanjutnya menambah
ketergantungan pada ULN

Selain di GBHN 1999-2004, amanat pengurangan ketergantungan pemerintah


(APBN) terhadap ULN juga dituangkan dalam Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) 2000-2004 (Undang-Undang No. 25 Tahun 2000) mengenai
program atau pedoman secara rinci pengelolaan utang pemerintah. Program ini
bertujuan untuk mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan. Adapun
sasarannya adalah tercapainya penggunaan pinjaman pemerintah, baik dalam
negeri maupun luar negeri, untuk keperluan pembangunan secara optimal dan
menurunnya beban ULN.
Kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Mengurangi secara bertahap pembiayaannya pembangunan dengan memakai ULN
Membenahi mekanisme dan prosedur pelaksanaan PLN, termasuk perencanaan, proses
seleksi, pemanfaatan dan pengawasannya.
Memanfaatkan pinjaman secara optimal sesuai dengan prioritas pembangunan dan
dilaksanakan secara transparan, efektif dan efisien
Mengkaji secara menyeluruh kemampuan setiap proyekdan mempertajam prioritas
pengeluaran anggaran dengan memperkuat pengawasan yang sistematik, utamanya bagi
proyek yang didanai dai ULN.
Meningkatkan kemampuan diplomasi dan negosiasi PLN untuk memperoleh jangka
waktu dan pola persyaratan yang memudahkan proses pencairan dan memperingan
beban pembayaran.
Melakukan restrukturisasi ULN, termasuk permohonan pemotongan utang dan
penjadwalan kembali ULN dengan para donor secara transparan dan dikonsultasikan
dengan DPR.
Berdasarkan data dari APDB pada periode pra krisis keuangan Asia 1997-1998, Indonesia
bersama dengan Thailand dan Filipina adalah Tiga Negara anggota dengan Jumlah ULN yang
sangat besar. Pada tahun 1990, jumlah ULN Indonesia (pemerintah pusat) tercatat hampir
mencapai 70 miliar dolar AS, lebih banyak daripada kedua negara anggota lainnya itu. Setahun
sebelum krisis keuangan Asia muncul, jumlah ULN indonesia mencapi sekitar 136 miliar dolar
AS dan menjadi 151 miliar dolar AS selama periode 1998-1999.
Setiap negara yang punya ULN dalam, misalnya, dolar AS harus menyiapkan cadangan
dolar AS untuk pembayran cicilan pokok utang dan bunganya. Sumber utama cadangan
tersebut harus dari hasil ekspor, bukan dari membuat ULN baru. Banyak Negara Besar yang
terjerumus kedalam yang disebut krisis ULN untuk membayar ULN yang jatuh tempo. Negara-
negar tersebut terpaksa meminjam uang yang disebabkan oleh ekspor mereka yang lemah.
Dengan kata lain pertumbuhan ekspor sangat penting bagi negara-negara pengutang, termasuk
Indonesia. Oleh karena itu, tiga Indikator yakni Rasio dari ULN terhadap hasil ekspor barang
dan jasa, jumlah pembayarn cicilan dan bunga, dan rasio jumlah pembayaran cicilan dan bunga
utang terhadap ekspor biasanya digunakan untuk mengukur tingkat keamanan dan
kesehatan dari negara pegutang dalam berutang

Você também pode gostar