Batuan beku terbentuk dari proses kristalisasi magma. Ada beberapa jenis batuan beku seperti plutonik, vulkanik, dan piroklastik. Batuan diklasifikasi berdasarkan tekstur, komposisi mineral, dan kandungan SiO2. Klasifikasi QAPF digunakan untuk batuan plutonik dan vulkanik berdasarkan mineral felsiknya. Sedangkan batuan piroklastik diklasifikasi berdasarkan ukuran fragmen dan komposisi materialny
Batuan beku terbentuk dari proses kristalisasi magma. Ada beberapa jenis batuan beku seperti plutonik, vulkanik, dan piroklastik. Batuan diklasifikasi berdasarkan tekstur, komposisi mineral, dan kandungan SiO2. Klasifikasi QAPF digunakan untuk batuan plutonik dan vulkanik berdasarkan mineral felsiknya. Sedangkan batuan piroklastik diklasifikasi berdasarkan ukuran fragmen dan komposisi materialny
Batuan beku terbentuk dari proses kristalisasi magma. Ada beberapa jenis batuan beku seperti plutonik, vulkanik, dan piroklastik. Batuan diklasifikasi berdasarkan tekstur, komposisi mineral, dan kandungan SiO2. Klasifikasi QAPF digunakan untuk batuan plutonik dan vulkanik berdasarkan mineral felsiknya. Sedangkan batuan piroklastik diklasifikasi berdasarkan ukuran fragmen dan komposisi materialny
PETROGENESA BATUAN BEKU BATUAN BEKU Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 900oC 1.100oC dan berasal atau terbentu pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas. Mekanisme evolusi magma dapat dikelompokkan menjadi pengertian diferensiasi, asimilasi dan pencampuran magma. Diferensiasi magmatik adalah meliputi semua proses yang mengubah magma dari asalnya yang homogen dan dalam ukuran yang sangat besar menjadi massa batuan beku dengan bermacam- macam komposisi. PRINSIP KLASIFIKASI BATUAN BEKU Batuan beku (igneous rocks) merupakan bersumber dari kristalisasi magma yang terbentuk secara cumulate, deuteric, metasomatic atau proses metamorfosa. Klasifikasi utama batuan beku harus di dasarkan pada keberadaan mineral atau mode, jika tidak memiliki kristal atau gelas maka digunakan klasifikasi berdasarkan komposisi kimianya. Beberapa istilah yang perlu diketahui adalah : Batuan Plutonik : tekstur faneritik, berukuran butir relatif kasar (>3 mm), dimana setiap mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan Vulkanik : tekstur afanitik, rukuran butir relatif halus (<1 mm), diamana individu kristal mineral tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang, dan biasanya mengandung gelas vulkanik. Batuan harus dinamakan apa adanya, bukan berdasarkan kemungkinan. Batuan dinamakan dengan klasifikasi QAPF (kuarsa, alkali feldspar, Plagioklas,Feldspatoid). Akhiran bearing (pembawa) dipakai dengan nama mineral penting dengan komposisi <5%, contoh plagioclase bearing ultramafic. Atau sampai 20 % jika gelas vulkanik Akhiran rich (kaya) dipakai dengan nama mineral, jika mineral lebih dari 20 %. Contoh gabbro kaya biotit. Akhiran mineral dipakai jika mineral selain QAPF sebanyak 5 20%, contoh Andesit Hornblenda Awalan mikro -, dipakai untuk mengindikasikan batuan plutonik (intrusi) dengan ukuran butir lebih halus dari biasanya, contoh microdiorite (Diorit mikro). Kecuali diabas dan dolerit. Klasifikasi batuan beku, selalu menggunakan parameter indeks mafik (M) yang terlihat sebagai tingkat kegelapan warna batuan. Batuan ultramafik mempunyai nilai M 90,sedangkan batuan lainnya mempunyai M < 90. Pembeda nama batuan antara basal dan andesit, gabbro dan diorit adalah nilai M yang berbanding dengan nilai keasaman batuan (SiO2), lihat Gambar Berikut Gambar 4.1. Kategori pembagian parameter batuan beku, (a) parameter tekstur ukuran butir/ kristal, (b) parameter warna atau tingkat kecerahan batuan, (c)klasifikasi keasaman batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 (Gill, 2010) KLASIFIKASI BATUAN BEKU PLUTONIK
Klasifikasi ini dipakai untuk batuan faneritik (fanero-porfiritik) dengan ukuran
> 3mm, dan untuk batuan intrusi yang berukuran halus (mikro-). Klasifikasi berdasarkan kehadiran mineral dilakukan dengan 3 tahap, yaitu : 1. Jika M (indeks mineral mafik) kurang dari 90% maka batuan diklasifikan dengan mineral felsiknya, yaitu dengan QAPF diagram (Gambar 4.2). 2. Jika M lebih besar atau sama dengan 90%, maka batuan diklasifikasikan seagai Ultramafik (Gambar 4.3) 3. Untuk Gabbro dan Diorit, dibedakan berdasarkan indeks M. Gabro mempunyai nilai M>35%. Gambar 4.2. Klasifikasi QAPF untuk batuan plutonik (Streckeisen, 1976 dalam Le Maitre, 2006). Q = kuarsa, A = Alkali feldspar, P = Plagioklas, F=Felsdpatoid. Cara penggunaan klasifikasi Penggunaan klasifikasi QAPF, pada dasarnya merupakan diagram segitiga (Ternary) yang mewajibkan mineral telah teridentifikasi dalam persen volum mineral felsik, yang kemudian di kalkulasikan menjadi 100 %. Sebagai contoh : sebuah batuan memiliki komposisi kuarsa = 10%, Ortoklas = 30 %, Plagioklas = 20 %, dan Mafik = 40% maka dikalkulasikan menjadi : Q = 100 x (10/60) = 16.7; A = 100 x (30/60) = 50.0; P = 100 x (20/60) = 33.3, maka batuan tersebut dinamakan Monzonit kuarsa. Klasifikasi ternary lainnya seperti batuan feldspatoid dan ultramafic, diberlakukan cara yang sama yaitu dengan penggunaan modal dari 3 mineral di kalkulasikan menjadi 100 %. Gambar 4.3. Klasifikasi untuk batuan Ultramafik (Streckeisen, 1973 dalam Leemaitre,2006). Ol (olivin), Px (piroksen), Cpx (klinopiroksen), Opx ortopiroksen), Hbl (Hornblenda). KLASIFIKASI BATUAN BEKU VULKANIK Klasifikasi QAPF-vulkanik hanya dipakai untuk batuan dengan tekstur teridentifikasi sebagai batuan vulkanik, dan jika mineral telah teridentifikasi kehadirannya. Untuk kolom basalt dan andesit, maka penamaan dibedakan berdasarkan indeks warna dan persentase SiO2. DAERAH PEMBENTUKAN BATUAN BEKU VULKANIK Gambar 4.4. Klasifikasi QAPF untuk batuan vulkanik (Streckeisen, 1976 dalam Le Maitre, 2006). Q = kuarsa, A = Alkali feldspar, P = Plagioklas, F = Felsdpatoid. KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK Batuann piroklastik merupakan batuan yang dihasilkan oleh erupsi gunung api dengan ciri-ciri yang khas. Endapan piroklastik menurut Mc Phie et al (1993) adalah Piroklastik atau piroklast didefinisikan sebagai fragmen produk langsung dari proses vulkanik,yang terbagi menjadi kristal, gelas, atau fragmen batuan. Proses pembentukan batuan piroklastik dan vulkaniklastik, terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan genesanya terendapkan oleh proses volkanik primer (jatuhan, aliran, surge). Termasuk dalam tipe endapan piroklastik meliputi:
Gambar 4.5. Diagram ternary untuk klasifikasi piroklastik. a) berdasarkan tipe
material, Pettijohn (1975) dan Harper & Row, Schmid (1981), (b) berdasarkan ukuran material, Fisher (1966). Penamaan piroklastika dalam petrografi berlaku untuk batuan dengan kandungan > 75% material piroklastik, jika terdapat pencampuran material lainnya maka dinamakan dengan klasifikasi campuran piroklastik dan epiklastik (Tabel 4.1). Tabel 4.1. Istilah yang digunakan untuk batuan campuran piroklastik - epiklastik Penamaan Batuan Vulkaniklastik Batua vulkaniklastik, merupakan jenis batuan klastika dengan parameter tertentu, dan sering di bingungkan dengan adanya transisi penamaan menuju epiklastik. Dasar penamaan sebagai batuan piroklastik menggunakan ukuran butir pada Tabel 4.1 (Schmid, 1981) dan Gambar 4.5 (Fisher, 1966), dimana digunakan pada batuan dengan kandungan >75% komponen piroklastika. Penamaan batuan vulkaniklastik atau piroklastika dapat mengikuti beberapa parameter, yaitu : 1. Penamaan Lapangan : a. Berdasarkan ukuran butir (Lihat Gambar 4.5), dan untuk batuan batuan piroklastika dengan butiran fragmen <2 mm dinamakan Tuf, yang terbagi menjadi Tuf kasar, Tuf sedang, dan Tuf halus. b. Menggunakan parameter dan penamaan menurut Mc Phie (1996) 2. Penamaan petrografi : a. Membagi berdasarkan kehadiran material penyusun : gelas, kristal mineral, dan batuan (lihat kembali Gambar 4.5). b. Menambahkan penamaan dengan tambahan tekstur tekstur khusus pada batuan: welded, alteration, diagenesa. c. Menambahkan penamaan dengan tambahan sifat batuan, seperti : andesitik, dasitik, riolitik, atau basaltik. Hal ini didasarkan kehadiran mineralogi atau litik yang dominan. Dan juga berdasarkan kecerahan atau kimia batuan.
Geological Models Considered Herein Evolved From The Analysis of Many Field Examples and Have Been Tested and Modified by Application During Mineral Exploration Over Many Years