Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
disusun oleh
MGMP PAI SMA/SMK
Kabupaten Jombang
MENU UTAMA
1 IDENTITAS PROGRAM
2 PETA KONSEP
3 MATERI BELAJAR
KOMPETENSI DASAR
1. Menjelaskan perkembangan Islam pada abad pertengahan
2. Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan
INDIKATOR
1. Menjelaskan perkembangan Islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban
pada abad pertengahan.
2. Menjelaskan manfaat dari sejarah perkembangan Islam pada abad pertengahan
3. Menyebutkan beberapa contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad
pertengahan.
4. Menjelaskan manfaat dari contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad
pertengahan
PETA KONSEP
PERIODE PERTENGAHAN
( 1250 1800 M.)
PERKEMBANGAN
ISLAM
MATERI POKOK
Perkembangan
Pada masa Utsman I, dilakukan penyerangan terhadap Kerajaan Byzantium, sebagai
simbol kekuasaan bangsa Barat ketika itu. Kota Broessa berhasil dikuasai Utsman I
pada tahun 1317 dan dijadikan sebagai ibu kota Kerajaan Utsmani. Setelah Utsman I
meninggal dunia, tahta kerajaan diteruskan oleh Orkhan (1326-1359), kemudian
Murad I (1359-1389) dan Bayazid I (1389-1403). Pada periode kepemimpinan
Bayazid I inilah Kerajaan Utsmani diserang tentara Mongolia di bawah pimpinan Timur
Lenk yang sebelumnya menempati wilayah Cina bagian selatan. Dalam serangan
tentara Mongolia ini, Bayazid I dan puteranya (Musa) tewas. Setelah Bayazid I
meninggal dunia, maka banyak penguasa di Asia Kecil yang melepaskan diri,
termasuk Serbia dan Bulgaria.
Keadaan buruk ini baru dapat diatasi ketika pemerintah dipegang oleh Sultan
Mahmud I (1403-1421). Sultan Mahmud I berusaha menyatukan kembali kekuasaan
Kerajaan Utsmani seperti sebelum Bayazid I meninggal dunia. Setelah Sultan
Mahmud I meninggal dunia, digantikan oleh Murad II (1421-1451). Puncak kejayaan
dari Kerajaan Utsmani ini dicapai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II
(1451-1484) yang bergelar Al-Fatih, karena berhasil menaklukkan Kerajaan
Byzantium pada tahun 1453 Masehi dan ibu kota Kerajaan Byzantium
(Konstantinopel) diubah namanya menjadi Istambul. Kaisar Kerajaan Byzantium ketika
itu, Palaelogus, bahkan terbunuh dalam sebuah pertempuran untuk merebutkan Kota
Konstantinopel tersebut. Gereja Aya Sophia, sebagai gereja tertua dan terbesar di
Kerajaan Byzantium ketika itu, diubah fungsinya menjadi masjid raya (al-masjid al-
jami).
Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Kerajaan Utsmani meliputi
Asia Kecil, Armenia, Irak, Syria, Hijaz dan
Yaman di Benua Asia, Mesir, Lybia, Tunis dan
Aljazair di Benua Afrika dan Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di
Benua Eropa.
Periode Pemerintahan
Kerajaan Utsmani berkuasa sekitar 625 tahun dengan masa pemerintahan
yang dibagi menjadi lima tahap. Pertama, mulai tahun 1299-1402, yaitu
masa pertumbuhan dan ekspansi wilayah sampai ke Eropa, dimulai dari
masa Utsmani I sampai dengan Bayazid I. Kedua, mulai tahun 1403-1566,
yaitu masa transisi karena terjadi perebutan kekuasaan di antara sesama
keturunan Bayazid I, mulai dari masa Muhammad I sampai dengan masa
Sulaiman al-Qanuni. Ketiga, mulai tahun 1566-1793, merupakan masa
bertahan bagi Kerajaan Utsmani dari serangan bangsa-bangsa lain,
sehingga tidak mengalami kemajuan yang berarti, mulai masa Salim II
sampai dengan masa Musthafa II. Keempat, mulai tahun 1703-1839,
merupakan periode kemunduran bagi Kerajaan Utsmani, sehingga daerah
kekuasaan yang dimiliki semakin sempit. Kelima, mulai tahun 1839-1924,
merupakan periode untuk melakukan pembaharuan di Kerajaan Utsmani
dalam bidang politik, administrasi dan kebudayaan. Maka lahir Gerakan
Turki Muda, Utsmani Muda, Pan-Turanisme dan Nasionalisme Turki.
Pembaharuan ini mencapai puncaknya ketika Gerakan Sekulerisme yang
dipimpin Musthafa Kemal Attatruk berhasil menghapuskan sistem khilafah
Islamiyyah yang digunakan Kerajaan Utsmani untuk tetap berkuasa, yang
kemudian diganti dengan sistem Republik Turki.
Kemajuan Turki Usmani
Kemajuan yang dicapai Kerajaan Utsmani
meliputi kemajuan bidang :
1. Pemerintahan
2. Militer
3. Ilmu pengetahuan
4. Budaya
5. Ekonomi
6. Keagamaan.
Kemajuan Pemerintahan
Ketika berkuasa, Kerajaan Utsmani sudah memiliki organisasi
pemerintahan yang teratur. Hal ini dibuktikan dengan adanya
konstitusi (qanun) resmi yang bernama Multaqa al-Abhur yang
disusun pada masa kepemimpinan Sulaiman I. Pada struktur
pemerintahan, seorang sultan dibantu oleh perdana menteri (shadr
al-adzam). Pada setiap propinsi diangkat seorang gubernur (pasya)
dan di setiap kabupaten diangkat seorang bupati (janaziq).
Di samping itu, ketika Murad I menjadi sultan pada sekitar tahun
1359, digunakan gelar khalifah di samping gelar sulthan yang sudah
disandangnya. Gelar khalifah ini diklaim sebagai pemberian dari
pemimpin Dinasti Abasiyyah terakhir, yaitu Al-Mutawakkil III. Dengan
demikian, periode setelah Murad I diakui bahwa Kerajaan Utsmani
merupakan kunci pertahanan Islam terakhir sekaligus sebagai
penerus sah dari Dinasti Abasiyyah yang sudah runtuh.
Kemajuan Militer
Kerajaan Utsmani Turki memiliki tentara angkatan darat yang sangat
kuat dengan nama Jannisary (Inkisyariah). Sedangkan tentara yang dimiliki
kaum feodal (pemilik tanah yang luas) disebut dengan Taujiyah. Armada
laut Kerajaan Utsmani ketika itu juga dikenal dengan keberaniannya,
sehingga mampu menguasai Laut Hitam, Laut Tengah, Laut Merah, Laut
Arab, Teluk Persia dan Lautan Hindia.
Angkatan-angkatan perang ini sangat membantu Kerajaan Utsmani
untuk melakukan ekspansi wilayah, terutama setelah menaklukkan Kerajaan
Byzantium dan reformasi besar-besaran yang dilakuan panglima perangnya
bernama Orkhan. Reformasi tersebut dilakukan Orkhan dengan cara
memutasi personel tentara yang tidak setia kepada raja (sulthan) dan
melakukan rekrutmen besar-besaran terhadap anak-anak Kristen yang
masih kecil, kemudian diasramakan di Andrionopel dan Istambul. Tentara
yang diasramakan ini sudah siap sewaktu-waktu jika diperintahkan untuk
berangkat perang dan merupakan tentara yang selalu setia kepada sulthan.
Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan
Meskipun Kerajaan Utsmani lebih memfokuskan kepada ekspansi wilayah dan memperkuat
militer, namun di sisi lain juga berhasil membangun berbagai masjid, sekolah, rumah sakit dan
pemandian umum. Di antara masjid yang terkenal adalah Masjid Al-Muhammadi, Masjid Agung
Sulaiman dan Masjid Aya Sophia yang dibangun dari bekas sebuah gereja. Tokoh seni arsitektur
ketika itu yang terkenal adalah Sinan dari Anatolia.
Dalam bidang seni, pujangga yang terkenal ketika Kerajaan Utsmani berkuasa adalah Baki
(1526-1600) dan Nefi (1582-1636). Nefi kemudian dipenjara, diasingkan dan kemudian dibunuh
atas perintah Perdana Menteri Byram Pasya karena karya-karya yang dihasilkan banyak yang
mengkritik perilaku pejabat ketika itu, seperti nepotisme, kolusi, korupsi dan sebagainya.
Dalam bidang prosa, terdapat tokoh Katib Celebi (Haji Halife) yang bernama asli Musthafa
bin Abdillah, dengan karya terkenalnya berjudul Kunhal Akhbar yang berisi tentang sejarah dunia
sejak Nabi Adam sampai Yesus dan kebangkitan Islam periode awal yang dilanjutkan dengan
kebangkitan Kerajaan Utsmani itu sendiri. Di samping Katib Celebi, terdapat tokoh yang bernama
Eviliyah Celebi dengan karya monumetntal berjudul Seyahat Name yang berisi rangkuman cerita
perjalanannya di seluruh wilayah Kerajaan Utsmani, dengan fokus pembahasan pada masalah
kemasyarakatan dan ekonomi.
Terdapat juga nama Jalaludin Rumi (1207-1273) yang lahir di Afghanistan dan masih
keturunan Abu Bakar Shidiq r.a. Rumi merupakan tokoh besar dalam bidang tasawuf ketika itu,
sehingga memperoleh gelar Maulana (Tuan Kami). Karya Rumi yang terkenal adalah Diwan
Syamsi Tabriz (kumpulan puisi tasawuf) yang terdiri dari 33.000 bait puisi dan Mathnawi yang
terdiri dari enam jilid (26.660 bait) dan penyusunannya diselesaikan dalam waktu 10 tahun. Buku
Mathnawi ini sudah diterjemahkan selama 25 tahun dan diberi komentar oleh Renold Alleyne
Nicholson.
Bidang Ekonomi
Ketika Kerajaan Utsmani masih berkuasa,
masalah wakaf diurusi oleh pejabat negara yang
khusus mengurusi masalah wakaf, yaitu
Syaikhul Islam. Dalam bidang pertanian, sudah
dikenal undang-undang agraria bernama al-
Nizam al-Iqta yang mengatur pembagian tanah
bagi penduduk. Dalam bidang perdagangan,
sudah terjadi ekspor-impor dengan negara-
negara tetangga, seperti Syiria, Mesir, Iran,
Venesia, Laut Merah, Geneose, Teluk Persia
dan sebagainya.
Bidang Keagamaan
Pada masa Kerajaan Utsmani, peran mufti (pemberi fatwa)
sangat penting, karena masyarakat masih sangat terikat dengan
syariat Islam. Di samping itu, berkembang dua thariqat yang sangat
terkenal, yaitu thariqat Bektasyi yang diikuti para tentara Jannisary
dan masyarakat pada umumnya dan thariqat Maulawi yang didirikan
oleh Jalaludin Rumi dan diikuti oleh mayoritas pejabat. Di samping
kedua thariqat tersebut juga berkembang thariqat Naqsybandiyyah
dan Khalwatiyyah, meskipun anggotanya tidak sebanyak dari kedua
thariqat sebelumnya.
Kajian keislaman dalam bidang fikih, teologi, hadits dan tafsir
juga berkembang, meskipun masih dalam bentuk penjelas (syarah)
dan catatan kecil (hasyiyah) terhadap karya-karya ulama
sebelumnya. Mayoritas masyarakat Kerajaan Utsmani menganut
aliran Islam Sunni dengan lebih condong kepada paham Al-Asyari
dan teologi Jabariyah. Salah satu buktinya adalah buku berjudul Al-
Hushunul Hamidiyyah karya dari Syaikh Husain Al-Jisri.
Kerajaan Mughal di India
C. Padmayat
Buku ini merupakan karya sastra gubahan penyair istana Kerajaan Mughal yang terkenal,
yaitu Malik Muhammad Jayadi.
Kerajaan Safawi didirikan oleh Syah Ismail I pada tahun 1501 di Tabriz
(Iran), yang sebelumnya merupakan ibu kota dari Kerajaan Alaq Koyunlu
yang sudah runtuh. Ismail I merupakan anak dari Haidar, sekaligus cucu
dari Syaikh Junaid. Syaikh Junaid inilah yang mampu merubah ideologi
thariqat yang didirikan Syaikh Syafiudin Ishaq (1252-1335 M), yaitu
thariqat Safawi. Thariqat Safawi, yang sebelumnya hanya berorientasi
kepada kepentingan transendental (ukhrawi), perlahan tetapi pasti menjadi
thariqat yang sekaligus menjadi aliran agama yang memiliki
kecenderungan kepada bidang politik dan kekuasaan. Oleh karena itu,
kerajaan Islam yang didirikan Syah Ismail I kemudian dihubungkan
(dinisbatkan) kepada nama thariqat yang menjadi cikal bakal dari
Kerajaan Safawi itu sendiri.
Kerajaan Safawi ini beraliran Syiah dengan menggantungkan
kekuasaannya kepada kekuatan militer yang bernama Qizilbasy. Dengan
tentara yang kuat, maka wilayah kekuasaan Kerajaan Safawi terbentang
luas ke timur berbatasan dengan Kerajaan Mughal di India dan ke barat
berbatasan dengan Kerajaan Utsmani di Turki.
Perkembangan Kerajaan Safawi
Selama berdiri, Kerajaan Safawi diperintah oleh 17 raja dengan raja terakhir
bernama Sultan Muhammad. Kerajaan Safawi ini mencapai puncak kejayaan
ketika diperintah Syah Abbas I (1588-1629 M) yang berhasil mempersatukan
seluruh rakyat Iran, mengusir Portugis dari Kepulauan Hormuz, memindahkan
ibu kota Kerajaan Safawi dari Qizwan ke Isfahan dan mengubah nama
pelabuhan Gumran menjadi Bandar Abas, sampai sekarang.
Setelah Syah Abbas I meninggal dunia dan konflik antar penguasa dalam
memperebutkan jabatan semakin meluas, menyebabkan Kerajaan Safawi
semakin lemah. Oleh karena itu, kemudian Iran diperintah oleh Dinasti Zand
(1759-1794), Dinasti Kajar (1794-1925) dan terakhir Dinasti Pahlevi (1925-1979).
Pada tanggal 11 Pebruari 1979, di bawah pimpinan seorang tokoh spiritual dari
kaum Syiah yang bernama Ayatullah Komeini (1900-1989), sistem dinasti yang
dijabat secara turun temurun selama ribuan tahun di Iran, kemudian diganti
dengan sistem demokrasi republik dengan nama Jumhuri-ye Eslami-ye Iran
(Republik Islam Iran). Presiden pertama dari republik baru ini dijabat oleh
Abalhassan Bani Sadr.
Selama berdiri, Kerajaan Safawi mampu menunjukkan kemajuannya
dalam bidang pemerintahan, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
pembangunan.
Bidang Politik dan Agama
Struktur pemerintahan Kerajaan Safawi ditata secara horisontal
dengan berdasarkan garis kesukuan atau kedaerahan, sedangkan
secara vertikal meliputi dua kekuasaan, yaitu istana (dargah) dan
sekretariat negara (divan atau mamalik). Pelaksanaan organisasi
pemerintahan dipercayakan kepada kepala suku (amir) dan menteri
(wazir). Di samping itu, terdapat majelis nivis yang beranggotakan
para sejarawan istana, sekretaris pribadi raja dan kepala intelijen.
Jabatan raja (syah), di samping sebagai posisi tertinggi dalam
politik, juga merupakan status dalam sebuah thariqat yang setiap
perintahnya harus dilaksanakan para anggota thariqat tersebut.
Dengan jabatan ganda ini, sering kali tidak bisa dibedakan antara
raja sebagai kekuasaan politik dengan pemimpin tertinggi dalam
thariqat (mursyid). Pembedaan ini ternyata menunjukkan
ketidakberdayaan Kerajaan Safawi untuk memisahkan diri dari
budaya Persia Kuno yang menganggap raja adalah bayangan
Tuhan.
Bidang Sosial Ekonomi
Di samping terkenal dengan perdagangan melalui Bandar
Abbas yang mengekspor berbagai komoditi, Kerajaan Safawi juga
dikenal sangat produktif dalam bidang pertanian, terutama di
daerah Bulan Sabit yang subur bagian timur (fetile crescent).
Kemajuan dalam pertanian ini didukung dengan sistem irigasi
yang baik.
Kerajaan Safawi juga membuka hubungan dagang bilateral
dengan Inggris dalam bidang pendirian pabrik tekstil di daerah
Hormuz. Berbagai jalan dan jembatan pun dibangun, sebagai
akibat langsung dari semakin banyaknya devisa yang terseimpan
di Departemen Keuangan. Pada masa Syah Ismail I berkuasa,
sudah dikenal mata uang dengan menuliskan nama raja di koin
yang ada.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Kemajuan yang dicapai dalam bidang ekonomi, mendorong
penguasa Kerajaan Safawi untuk memperhatikan masalah
pengembangan ilmu pengetahuan dan memperluas ajaran-ajaran
Syiah, yang kemudian didirikan Sekolah Teologi. Dari
pengembangan ilmu seperti ini, kemudian pada masa Bahauddin
Syairazi lahir ahli filsafat terkenal yang bernama Sadrul Din
Syairazi (Mulla Sadra) dan Syihabuddin Yahya Suhrawardi,
yang keduanya terkenal dengan mazhab Isfahan yang pusat
kegiatannya berada di kota Qum.
Di samping kedua nama tersebut, juga terdapat beberapa
tokoh ilmu pengetahuan pada masa Kerajaan Safawi, seperti
Bahaudin Muhammad Al-Jubai, Muhammad Baqir Astarabadi
dan Muhammad Baqir Majlisi.
Bidang Pembangunan dan Kesenian
Kerajaan Kerajaan 3.
Islam Kerajaan
Safawi di
Mughal Persia (Iran)
India Islam
Syafawi
Iran
LATIHAN DAN TUGAS