Pendahuluan Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri.
Analgetik digolongkan menjadi 3 :
> Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
> Analgetik Anti Inflamasi Steroid
> Analgetik Opioid
Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Gol Asam Karboksilat > Derivat Asam Salisilat (aspirin, Benorilat, Diflunisal, Salsalat). > Derivat para amino fenol (fenasetin, asetaminofen/parasetamol) > Derivat Asam Asetat (Diklofenak, Fenklofenak, Indometasin, Sulindak, Tolmetin). > Derivat Asam Propionat (AsamTiaprofenat, Fenbufen, Fenoprofen, Flurbiprofen, Ibuprofen, Ketoprofen, Naproksen). > Derivat Asam Mefenamat (Asam Mefenamat, Meklofenamat). Lanjutan AINS Gol Asam Enolat > Derivat Pirazolon (Azapropazon, Fenilbutazon, Oksifenbutazon). > Derivat Oksikam (Piroksikam, Tenoksikam). ASPIRIN Dosis 250 mg dan 500 mg sebagai analgetik, antipiretik dan anti inflamasi Dosis 100 mg/hari sebagai trombolitik/anti platelet (menghambat penggumpalan trombosit) Efek samping : iritasi lambung, retensi natrium, perdarahan, ikterus pada bayi, reye sindrom pada anak-anak dan remaja yang menderita demam virus (muntah, demam, delirium, koma) Interaksi obat : tolbutamid dan aspirin dapat menyebabkan hipoglikemi ASETAMINOFEN/PARASETAMOL Pengganti aspirin Efek samping : kerusakan hati yang bersifat ireversibel (metabolit parasetamol yang toksik) Pengobatan keracunan parasetamol : asetilsistein ANALGETIK ANTI INFLAMASI STEROID (AIS) Contoh obat : Hidrokortison, Kortison, Kortikosteron, Metilprednisolon, Fludrokortison, Prednison, Prednisolon, Triamsinolon, Parametason, Betametason, Deksametason. Efek samping :moon face Mekanisme kerja AINS dan AIS Trauma/luka pada sel
Gangguan pada membran sel
Fosfolipid
Dihambat AIS enzim fosfolipase
Asam Arakidonat
Enzim lipoksigenase enzim siklooksigenase
Dihambat AINS Hidroperoksid Endoperoksid PGG2/PGH Leukotrien PGE2, PGF2, PGD2 Tromboksan A2 prostasiklin ANALGETIK OPIOID Analgetik opioid merupakan kelompok obat analgetik yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Analgetik opioid digunakan dalam persalinan, prabedah, intrabedah, pascabedah, dan dalam perawatan intensif untuk menghasilkan analgesia, sedasi serta pengurangan rasa cemas. Indikasi opioid : analgesia, anestesi, pengurangan ansietas. Opioid tidak diberikan per oral pada saat persalinan karena absorbsi dan metabolismenya lambat. Janin dan neonatus akan mengeksresikan opioid lebih lambat daripada orang dewasa. Kerja opioid : merangsang system saraf pusat (medula spinalis dan medulla oblongata). EFEK SAMPING OPIOID Sistem saraf pusat (fungsi yang lebih tinggi) Depresi dan penumpulan system saraf pusat Ekstabilitas system saraf pusat Depresi pernapasan Bradikardi Hipotensi Batuk Partus lama Retensi urin dan disuria Trakstus gastrointestinal Mual dan muntah Pelepasan histamin (pruritus atau spasme bronkus) Ketergantungan KONTRAINDIKASI Penderita asma, obesitas Pasien Geriatrik Hipotensi Ibu hamil yang menderita hipotiroidisme Penderita stroke, gangguan fungsi hati, ginjal, pre eklampsia Kemungkinan adanya ileus paralitik Ada riwayat alergi terhadap opioid INTERAKSI OBAT Pemberian opioid dengan anti depresan lain (alcohol, antihistamin, barbiturate, obat anestesi, benzodiazepine, metoklopramid) akan menyebabkan hipotensi dan depresi pernapasan pada orang dewasa dan neonatus. Dengan obat golongan SSRI (selective serotonin uptake inhibitor) dapat menyebabkan hipotensi atau hipertensi. Dengan metoklopramid, cisapride dan domperidon akan menyebabkan stasis lambung. Dengan simetidin akan menurunkan kerja enzim-enzim hati sehingga kadar opioid tinggi dalam plasma darah. Obat antikonvulsan, rifampisin, estrogen dapat meningkatkan kerja enzim-enzim hati sehingga opioid efeknya berkurang. CONTOH ANALGETIK OPIOID Meperidin (petidin) > Disuntikkan subkutan atau im dapat menimbulkan iritasi local sehingga diberikan secara epidural (memiliki sifat anestesi lokal). > Kontraindikasi pada ibu hamil yang menderita penyakit jantung Meptazinol (Meptid) > Tidak terlalu menimbulkan depresi pernapasan namun menimbulkan mual. > Digunakan dalam masa persalinan (intrapartum) atau sesudahnya (postpartum) > Lama kerja 2-7 jam > Dapat dimetabolisasi oleh neonatus Diamorfin (heroin) > Diamorfin dimetabolisasi dengan cepat dalam hati menjadi 6-monoasetilmorfin lalu menjadi morfin. > Mudah larut dalam lemak sehingga mudah melintasi sawar darah/otak dan analgetiknya cepat. > Digunakan dalam persalinan dan pascabedah > Tidak menimbulkan mual tapi dapat menimbulkan euphoria. Nalokson (Narcan) > Antagonis opioid sehingga dapat mengobati depresi pernapasan pada neonatus yang menjalani terapi analgesi opioid intrapartum. > Lama kerja 1-4 jam > Dapat diberikan subkutan, im atau iv > Pada orang dewasa, pemberian naloksan biasanya diikuti dengan timbulnya kembali rasa nyeri > Efek samping nalokson adalah mual, muntah, takikardi.