Você está na página 1de 47

AUTISM

SPECTRUM
DISORDER
(ASD)
SMF KEDOKTERAN JIWA
RSUD CIAMIS
DR. dr. H. IWAN ARIJANTO, Sp.Kj, Mkes

Oleh:
Choirunnisha
PENGERTIAN
Autisme berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti
segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri.
Autisme pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner
1943, seorang psikiatri Amerika.
Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu
gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol
yang sering disebut dengan sindroma Kanner.
Defisit perkembangan pervasif pada awal kehidupan anak
yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak yang
ditandai dengan ciri pokok yaitu terganggunya
perkembangan interaksi sosial, bahasa dan wicara, serta
munculnya perilaku yang bersifat repetitif, stereotipik
dan obsesif
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kelainan autisme empat kali lebih sering ditemukan pada
anak lelaki dibandingkan anak perempuan dan lebih sering banyak diderita
anak-anak keturunan Eropa Amerika dibandingkan yang lainnya.
Di Indonesia, pada tahun 2013 diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak
yang menderita autisme dalam usia 5-19 tahun.
Sedangkan prevalensi penyandang autisme di seluruh dunia menurut data
UNESCO pada tahun 2011 adalah 6 di antara 1000 orang mengidap autisme.
Data UNESCO pada 2011 mencatat, sekitar 35 juta orang penyandang autisme di
dunia. Itu berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap autisme.
Begitu juga dengan penelitian Center for Disease Control (CDC) Amerika Serikat
pada 2008, menyatakan bahwa perbandingan autisme pada anak usia 8 tahun
yang terdiagnosa dengan autisme adalah 1:80
Tetapi anak perempuan yang memiliki gangguan autistik cenderung terkena
lebih serius dan lebih mungkin memiliki riwayat keluarga gangguan kognitif
dibandingkan anak laki-laki.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab autisme sampai sekarang belum dapat
ditemukan dengan pasti.
Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli
yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini.
1. Faktor Psikodinamika dan Keluarga
2. Kelainan Organik-Neurologis-Biologis
3. Faktor Genetika
4. Faktor Imunologis
5. Faktor Perinatal
6. Temuan Neuroanatomi
7. Temuan Biokimiawi
1. Faktor keluarga dan psikodinamik
Mulanya diperkirakan gangguan ini akibat kurangnya perhatian orang tua,
tetapi penelitian terakhir tidak menemukan adanya perbedaan dalam
membesarkan anak pada orang tua anak normal dari orang tua anak yang
mengalami gangguan ini. Namun beberapa anak autisme berespon terhadap
stressor psikososial seperti lahirnya saudara kandung atau pindah tempat tinggal
berupa eksaserbasi gejala.

2. Kelainan Organik-Neurologis-Biologis
Autisme berhubungan dengan kondisi perinatal dan kandungan. Pada tahun
2007 sebuah review menyebutkan bahwa ditemukan hubungan antara kondisi
kandungan termasuk berat badan yang kurang, durasi kehamilan, dan hypoxia
selama kelahiran. Hubungan tersebut tidak disebutkan sebagai penyebab namun
merupakan dua kondisi yang saling berhubungan.
3. Faktor genetis atau keturunan
Gen menjadi faktor kuat yang menyebabkan anak autis. Jika dalam satu
keluarga memiliki riwayat menderita autis, maka keturunan selanjutnya
memiliki peluang besar untuk menderita autis. Hal ini disebabkan karena
terjadi gangguan gen yang memengaruhi perkembangan, pertumbuhan dan
pembentukan sel-sel otak. Kondisi genetis pemicu autis ini bisa disebabkan
karena usia ibu saat mengandung sudah tua atau usia ayah yang sudah tua.
Diketahui bahwa sperma laki-laki berusia tua cenderung mudah bermutasi dan
memicu timbulnya autisme.

4. Penyakit Imunologis
Terdapat beberapa bukti mengenai inkompatibilitas antara ibu dan fetus,
dimana limfosit fetus bereaksi terhadap antibodi ibu, sehingga kemungkinan
menyebabkan kerusakan jaringan syaraf embrional selama masa gestasi.
5. Faktor kandungan (pranatal).
Kondisi kandungan juga dapat menyebabkan gejala
autisme. Pemicu autisme dalam kandungan dapat disebabkan oleh
virus yang menyerang pada trimester pertama, yaitu virus
syndroma rubella. Selain itu, kesehatan lingkungan juga
memengaruhi kesehatan otak janin dalam kandungan. Polusi udara
berdampak negatif pada perkembangan otak dan fisik janin
sehingga meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan risiko
autis. Bahkan, kondisi kandungan ibu yang bermasalah (komplikasi
kehamilan) hingga mengalami perdarahan juga menjadi pemicu
munculnya gejala autisme. Kondisi ini menyebabkan gangguan
transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan
gangguan otak janin. Bahkan, bayi lahir prematur dan berat bayi
kurang juga merupakan risiko terjadinya autisme.
6. Kelainan Neuroanatomi
Ditemukan kelainan neuroanatomi (anatomi susuan saraf pusat) pada
beberapa tempat di dalam otak anak autis. Banyak anak autis
mangalami pengecilan otak terutama pada lobus VI-VII. Seharusnya di
lobus VI-VII banyak terdapat sel purkinje. Namun pada anak autis
jumlah sel purkinje sangatlah kurang. Akibatnya, produksi serotinin
kurang, menyebabkan kacaunya prosses penyaluran informasi antar
otak. Selain itu ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi di dalam
otak sehingga emosi anak autis sering terganggu.
Autisme akibat berhentinya perkembangan dari cerebellum, cerebrum
dan sistem limbik. Pada MRI ditemukan hipoplasi vermis cerebellum
lobus VI dan VII (Courchesne,1991). Pada sekitar 10-30% anak dengan
autisme dapat diidentifikasi faktor penyebabnya (Lumbantobing,2001).
7. Faktor Biokimiawi
Obat-obatan untuk mengatasi rasa mual, muntah, ataupun penenang yang
dikonsumsi ibu hamil berisiko menyebabkan anak autis. Karena itu, Anda
harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi
obat-obatan jenis apa pun saat hamil. Selain itu, paparan obat-obatan
opium (penghilang rasa nyeri) dapat mengganggu perkembangan saraf
sehingga otak pun tidak berkembang dengan baik. Bahkan, paparan
merkuri juga memicu timbulnya autisme pada bayi. Merkuri bisa berasal
dari: saat Anda mengonsumsi ikan yang terkontaminasi merkuri,
penggunaan kosmetik yang mengandung merkuri, bahan-bahan
perawatan tubuh bayi yang berkomposisi merkuri, dan sebagainya. Zat
kimia yang terkandung dalam makanan sangat berbahaya untuk
kandungan. Salah satunya, pestisida yang terpapar pada
sayuran, Diketahui bahwa pestisida mengganggu fungsi gen pada saraf
pusat, menyebabkan anak autis, contoh lain yaitu logam berat, yang
terdapat pada ikan.
KLASIFIKASI
Menurut DSM-IV Autistic Spectrum Disorder (ASD) merupakan
bagian dari Pervasive Developmental Disorder (PDD) atau
Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP),
GPP adalah suatu gangguan perkembangan pada anak, dimana
terutama terdapat 3 bidang perkembangan yang terganggu, yaitu:
komunikasi, interaksi sosial dan perilaku.
Gejala-gejala tersebut harus sudah ada sejak sebelum usia 3 tahun,
walaupun demikian diagnosis ditegaskan saat anak berusia 3
tahun.
Gangguan di bidang komunikasi meliputi :
(1) tidak ada gesture ataupun mimik,
(2) tidak bisa mempertahankan bicara yang lama,
(3) bahasa stereotipik dan repetitif dan (4) tidak bisa bemain berpura-pura
(sandiwara).
Gangguan di bidang interaksi sosial meliputi :
(1) menghindari tatap mata,
(2) gagal dalam hubungan pertemanan,
(3) kurangnya spontanitas dalam bermain,
(4) hilangnya rasa emosional.
Gangguan di bidang perilaku meliputi :
(1) pola perilaku stereotipik tertentu,
(2) melakukan rutinitas secara ritual,
(3) mannerisme seperti finger flapping dan
(4) preokupasi terhadap bagian benda tertentu saja.
Namun secara klinis di lapangan, gangguan tersebut
ditemukan secara spectrum (berbeda kadar/derajat
keparahannya).
Bila gangguan tersebut memenuhi criteria lengkap seperti
di atas maka disebut dengan Autistic Disorder,
Sedangkan bila tidak lengkap maka disebut sebagai
Autistic Spectrum Disorder
Kondisi yang dapat diklasifikasikan kedalam Gangguan
Perkembangan Pervasif, menurut ICD-10(International
Classification of Diseases, WHO 1993), maupun menurut DSM-IV
(American Psychiatric Association, 1994) adalah :
1. Autisme Masa Kanak (Childhood Autism)
2. Gangguan Perkembangan Pervasif yang tak tergolongkan (GPP-
YTT)
(Pervasif Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-
NOS)
3. Sindroma Rett (Retts Syndrome)
4. Gangguan Disintegratif Masa Kanak (Childhood Disintegrative
Disorder)
5. Sindroma Asperger (Aspergers Syndrome).
1. AUTISME MASA KANAK (
CHILDHOOD AUTISM )
Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak
yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai
umur 3 tahun. Perkembangan yang terganggu adalah dalam
bidang :
komunikasi meliputi :
(1) tidak ada gesture ataupun mimik,
(2) tidak bisa mempertahankan bicara yang lama,
(3) bahasa stereotipik dan repetitif dan
(4) tidak bisa bemain berpura-pura (sandiwara).
interaksi sosial meliputi :
(1) menghindari tatap mata,
(2) gagal dalam hubungan pertemanan,
(3) kurangnya spontanitas dalam bermain,
(4) hilangnya rasa emosional.
perilaku meliputi :
(1) pola perilaku stereotipik tertentu,
(2) melakukan rutinitas secara ritual,
(3) mannerisme seperti finger flapping dan
(4) preokupasi terhadap bagian benda tertentu saja.
2. GANGGUAN PERKEMBANGAN
PERVASIF YTT (PDD-NOS)
PDD-NOS juga mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam
bidang komunikasi, interaksi maupun perilaku,
Namun gejalanya tidak sebanyak seperti pada Autisme Masa
kanak.
Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga kadang-
kadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial
tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.
3. SINDROM RETT
Adalah gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh
anak wanita.
Kehamilannya normal, kelahiran normal, perkembangan
normal sampai sekitar umur 6 bulan. Lingkaran kepala
normal pada saat lahir.
Mulai sekitar umur 6 bulan mereka mulai mengalami
kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai
berkurang antara umur 5 bulan sampai 4 tahun.
Gerakan tangan menjadi tak terkendali, gerakan yang
terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan
penarikan diri secara sosial.
Gerakan-gerakan otot tampak makin
tidak terkoordinasi. Seringkali
memasukan tangan kemulut,
menepukkan tangan dan Yang sangat
khas adalah timbulnya gerakan-gerakan
tangan yang terus menerus seperti orang
yang sedang mencuci baju yang hanya
berhenti bila anak tidur.
Hal ini terjadi antara umur 6-30 bulan.
Terjadi gangguan berbahasa, perseptif
maupun ekspresif disertai kemunduran
psikomotor yang hebat.
Gejala-gejala lain yang sering menyertai
adalah gangguan pernafasan, otot-otot
yang makin kaku timbul kejang, scoliosis
tulang punggung, pertumbuhan
terhambat dan kaki makin mengecil
(hypotrophik).
Pemeriksaan EEG biasanya menunjukkan
kelainan.
4. GANGGUAN DISINTEGRASI
MASA KANAK
Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok
adalah bahwa anak tersebut telah berkembang dengan sangat
baik selama beberapa tahun, sebelum terjadi kemunduran yang
hebat.
Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun. Anak tersebut
biasanya sudah bisa bicara dengan sangat lancar, sehingga
kemunduran tersebut menjadi sangat dramatis.
Bukan saja bicaranya yang mendadak terhenti, tapi juga ia mulai
menarik diri dan ketrampilannya pun ikut mundur.
Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul perilaku
berulang-ulang dan stereotipik.
5. SINDROM ASPERGER
Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga
lebih banyak terdapat pada anak laki- laki daripada wanita.
Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi,
interaksi social maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada
Autisme.
Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara tidak
terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada
juga yang bicaranya agak terlambat.
Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa
komunikasi secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya
searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu
menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya
merasa tertarik atau tidak.
Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang
baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa
tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak- anak
lain seumurnya.
Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek
tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal-hal ilmiah lain. Mereka
mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang menjadi obsesinya.
Obsesi inipun biasanya bergantiganti.
Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak
mempunyai kesulitan dalam pelajaran disekolah. mereka mempunyai
sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah mempelajari sesuatu aturan,
maka mereka akan menerapkannya secara kaku, dan akan merasa sangat
marah bila orang lain melanggar peraturan tersebut.
Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk
berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau
komputer daripada teman.
Mereka sulit berempati dan tidak bisa melihat/menginterpretasikan
ekspresi wajah orang lain.
Perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma sosial, memotong
pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu tentang seseorang
didepan orang tersebut tanpa merasa bersalah (mis. Ibu, lihat, bapak itu
kepalanya botak dan hidungnya besar ). Kalau diberi tahu bahwa tidak
boleh mengatakan begitu, ia akan menjawab: Tapi itu kan benar Bu.
Anak Sindrom Asperger jarang yang menunjukkan gerakan-gerakan
motorik yang aneh seperti mengepak-ngepak atau melompat-lompat atau
stimulasi diri.
Tetapi Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders V (DSM V; American
Psychiatry Association) telah terbit. Dan
didalamnya berisi perubahan mengenai
proses pembuatan diagnosa klinis Autisme
Ada beberapa perubahan diagnosa dalam DSM V yang perlu
dipahami oleh profesional dalam bidang kesehatan mental.
1. Diagnosa gangguan Autisme Spektrum (Autism Spectrum
Disorder).
Diagnosa ASD menggantikan berbagai diagnosa klinis
terdahulu seperti Gangguan Autistik, Asperger, dan Ganggan
Pervasive yang tidak spesifik.
2. Kriteria derajat keberatan gejala.
Dalam diagnosa ASD diperkenalkan juga kontinuum derajat
keberatan autisme, dari level 1, 2, 3. Tingkatan ini didasarkan
pada sejauh mana anak membutuhkan dukungan orang lain
dalam melakukan tugas perkembangannya.
Tingkatan ini menunjukkan bahwa ada anak dengan tingkat
ASD ringan dan ada pula yang tingkat gangguan lebih berat.
3. Diagnosa ASD dari Triadic menjadi Dyadic
Sebelumnya diagnosa autisme ditegakkan jika muncul gangguan
pada 3 ranah, yaitu:
- komunikasi dan bahasa,
- interaksi sosial dan perilaku,
- minat terbatas dan berulang (DSM IV TR, 2000).
Namun dalam DSM V, diagnosanya menjadi 2 ranah, yaitu:
- hambatan komunikasi sosial (deficits in social communication) dan
- minat yang terfiksasi dan perilaku berulang (fixated interest and
repetitive behavior).
4. Profil sensoris autisme
Sebelumnya problem sensoris atau inderawi autisme tidak
disebutkan dalam DSM IV. Dalam DSM V, profil sensoris anak
dengan ASD dimasukkan dalam gejala minat yang terfiksasi dan
perilaku berulang. Misalkan: tidak menyukai makanan tertentu
yang memiliki warna atau tekstur tertentu.
5. Gejala yang telah muncul sejak masa kanak
Menurut DSM V, diagnosa ASD bisa ditegakkan jika anak telah
menunjukkan gejala sejak masa kanak. Walaupun gangguan ASD
baru diketahui setelah masa kanak, namun penting untuk melihat
dyadic tersebut yang menunjukkan bahwa anak memiliki persoalan
dalam hal sosial dan perilaku dibandingkan anak-anak seusianya.
6. Perbedaan diagnosa Gangguan komunikasi sosial dan
ASD
Perbedaannya adalah Gangguan komunikasi sosial (Social
Communication Behavior) tidak mencakup problem
perilaku minat terbatas dan berulang. Karena ini adalah
kriteria yang baru, ahli klinis perlu lebih mempelajarinya
agar lebih terbiasa menggunakannya.
7. Diagnosa comorbid
Dalam DSM V, dijelaskan bahwa jika anak menampilkan
gejala dari beberapa gangguan, maka ia bisa
mendapatkan diagnosa komorbid. Diagnosa komorbid
adalah jika anak mendapatkan 2 diagnosa gangguan atau
lebih. Misalkan, anak dengan ASD dan ADHD.
GAMBARAN KLINIS
Tanda-tanda awal pada pasien autisme berkaitan dengan usia anak.
Usia anak dimana sindroma autism dapat dikenal merupakan kunci
untuk segera melakukan intervensi berupa pelatihan dan
pendidikan dini.
National Academy of Science USA menganjurkan bahwa pendidikan
dini merupakan kunci keberhasilan bagi seorang anak dengan
sindroma autisme.
Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau
anak menurut usia.
USIA 0 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 6 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 1 2 TAHUN
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)

Tidak mengeluarkan kata

Tidak tertarik pada boneka

Memperhatikan tangannya sendiri

Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus

Mungkin tidak dapat menerima makanan cair


USIA 2 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang sebagai benda

Kontak mata terbatas

Tertarik pada benda tertentu

Kaku bila digendong


USIA 4 5 TAHUN
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)

Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah

Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)

Temperamen tantrum atau agresif


Gejala autisme infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3
tahun.
Pada sebagian anak gejala gangguan perkembangan ini sudah
terlihat sejak lahir.
Seorang ibu yang cermat dapat melihat beberapa keganjilan
sebelum anaknya mencapai usia satu tahun.
Yang sangat menonjol adalah tidak adanya kontak mata dan
kurangnya minat untuk berinteraksi dengan orang lain.
DIAGNOSIS BANDING
Skizofrenia dengan onset masa anak-anak
Retardasi mental dengan gangguan emosional/perilaku

Afasia didapat dengan kejang

Ketulian kongenital atau gangguan pendengaraan parah

Pemutusan psikososial
PENATALAKSANAAN
Autisme not curable, but treatable
kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki
namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi
semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya
dapat berbaur dengan anak anak lain secara normal.
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :
a. Berat ringannya gejala atau kelainan otak
b. Usia
c. Kecerdasan
d. Bicara dan bahasa
e. Terapi yang intensif dan terpadu
TERAPI YANG TERPADU
Penanganan/intervensi terapi pada anak autisme harus dilakukan dengan
intensif dan terpadu.
Terapi secara formal sebaiknya dilakukan antara 4 8 jam sehari.
Seluruh keluarga harus terlibat untuk memacu komunikasi dengan anak.
Penanganan anak autisme memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang
berasal dari berbagai disiplin ilmu antara lain psikiater, psikolog,
neurolog, dokter anak, terapis bicara dan pendidik.
Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain :
a. Terapi medikamentosa : indikasinya bila ada agresifitas, hiperaktifitas,
inatensi, impulsifitas, insomnia.
b. Stimulasi tidak langsung : terapi psikologis, terapi wicara, terapi okupasi
termasuk sensori integrasi, terapi fisik (fisioterapi), terapi perilaku (ABA),
terapi pedagogi.
c. Stimulasi langsung : akupuntur
TERAPI PSIKOLOGIS
Intervensi difokuskan pada meningkatkan kemampuan bahasa dan
komunikasi, self-help dan perilaku sosial dan mengurangi perilaku
yang tidak dikehendaki seperti melukai diri sendiri (self mutilation),
temper tantrum
Dengan penekanan pada peningkatan fungsi individu dan bukan
menyembuhkan dalam arti mengembalikan anak autisme ke
kondisi normal.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Obat-obat obat-obat antidepressan SSRI (Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor) yang bisa memberikan keseimbangan antara
neurotransmitter serotonin dan dopamin.
Yang diinginkan dalam pemberian obat ini adalah dosis yang
paling minimal namun paling efektif dan tanpa efek samping.
Pemakaian obat akan sangat membantu untuk memperbaiki
respon anak terhadap lingkungan sehingga ia lebih mudah
menerima tata laksana terapi lainnya.
Bila kemajuan yang dicapai cukup baik, maka pemberian obat
dapat dikurangi bahkan dihentikan.
TERAPI WICARA
Umumnya hampir semua anak autisme menderita gangguan bicara
dan berbahasa.
Oleh karena itu terapi wicara pada anak autisme merupakan
keharusan.
Penanganannya berbeda dengan penderita gangguan bicara oleh
sebab lain.
Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih dengan proses
pemberian reinforcement dan meniru vokalisasi terapis.
FISIOTERAPI
Pada anak autisme juga diberikan fisioterapi yang berfungsi
untuk merangsang perkembangan motorik dan kontrol tubuh.
ALTERNATIF TERAPI LAINNYA
menurut pengalaman Sleeuwen ( 1996 ) , yaitu :
a. Terapi musik
b. Son-rise program
c. Program Fasilitas Komunikasi
d. Terapi vitamin
e. Diet Khusus ( Dietary Intervention)
DIET KHUSUS
CFGF (casein free, gluten free)
Diet ini didasarkan pada sejumlah teori, tetapi dasar dari diet ini adalah
penghilangan gluten, yang merupkan bagian dari gandum, oat, barley,
dan sereal, dan kasein, protein utama dalam susu dan produk susu.

CFGFSF (Casein free, gluten free, sugar free)


Diet ini didasarkan pada proses inflamasi

GAPS diet (Gut And Psychological Symptoms)


Mengacu pada SCD (Specific Carbohydrate Diet)
Memperbaiki keseimbangan bakteri dalam usus
Mengeliminasi bakteri yang buruk
Menambah asupan nutrisi yang direspon baik oleh reseptor pada usus
sehingga memulihkan gejala psikologi anak
Diet berdasakan alergi
Anak autis umumnya menderita alergi berat. Makanan yang
sering menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu,
cokelat, gandum/terigu, dan bisa lebih banyak lagi. Cara
mengatur makanan untuk anak alergi dan intoleransi makanan,
pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya. Makanan
yang diduga menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus
dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka
semua makanan yang menggunakan telur harus dihindarkan.
Makanan tersebut tidak harus dipantang seumur hidup
MEKANISME AKUPUNTUR PADA AUTIS
Akupuntur meningkatkan cereberal blood flow
meningkatkan metabolisme glukosa
meningkatkan sinaptogenesis sel-sel otak
PROGNOSIS
Prognosis yang lebih baik adalah berkaitan dengan inteligensi
yang lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional dan
kurangnya gejala-gejala dan perilaku aneh.
Gejala-gejala sering berubah karena anak-anak tumbuh semakin
tua.
Sebagai aturan umum, anak-anak autistik dengan IQ diatas 70
dan mereka yang menggunakan bahasa komunikatif pada usia 5-7
tahun memliki prognosis yang terbaik.
Prognosis membaik jika lingkungan atau rumah adalah suportif
dan mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut yang sangat
banyak.
THANK YOU

Você também pode gostar